Playlist: • Someone to stay — Vancouver Sleep Clinic
• Never knew I needed —Ne-Yo~*~*~
Sheryl menatap pantulannya lewat cermin, sedikit membetulkan tatanan rambutnya dan menghela napas. Apa ini sudah bisa dikatakan bagus? Dia benar-benar punya selera buruk dalam berbusana—bahkan adiknya sering mengatakan itu— dan dia merasa jika gaunnya malam ini begitu buruk.
Well, walaupun dress yang ia pakai malam ini hanya sebuah dress hitam diatas lutut yang simpel dan dihiasi sedikit dengan renda di atasnya, Sheryl merasa berlebihan. Atau mungkin terlalu sederhana? Entahlah, dia merasa pakaiannya sekarang benar-benar buruk.
Sheryl akhirnya memutuskan untuk tetap memakai gaun pemberian Justin itu sebelum mengambil tas tangannya di atas meja. Mungkin datang ke acara prom malam ini memang hal buruk. Maksudnya, setelah semua yang terjadi sejauh ini, prom bukanlah keinginan Sheryl lagi. Tidak setelah ini.
Tapi, karena Justin yang memintanya dan telah memberikan gaun lengkap dengan yang lainnya, Sheryl pikir tidak ada salahnya untuk datang. Setidaknya hanya untuk malam ini saja ia bisa mendapat waktu tanpa memikirkan yang lainnya, setidaknya hanya malam ini saja ia ingin melupakan segalanya.
Sheryl menatap dirinya sekali lagi dalam pantulan cermin dan segera berjalan untuk membuka pintu kamarnya—ralat, kamarnya untuk sementara— ketika mendengar suara Wayde yang memanggilnya. Sheryl dan Wayde memang pindah ke rumah Justin semenjak Ibu mereka telah ditahan, Justin telah membuat keputusan, dan mereka tak bisa menolak keinginan pria itu kali ini. Lagipula mereka tidak tahu harus tinggal di mana lagi selain di rumah pria itu. Mereka tidak punya banyak pilihan.
"Sheryl, cepatlah. Justin sudah sangat berisik menunggumu,"
Sheryl membuka pintu dengan tergesa sebelum menemukan adiknya yang sedang menekuk wajahnya kesal. Ia menampilkan cengirannya sebelum berucap. "Maaf, Wayde. Aku sedikit bingung menggunakan alat rias. Kau tahu 'kan aku tidak punya bakat sama sekali untuk jadi wanita sesungguhnya?"
"Yep, dan sekarang kau harus menemui Justin. Dia sangat menyebalkan jika sudah menunggumu seperti ini," dengus Wayde kesal. "Sepertinya dia masih takut kau akan meninggalkannya lagi, Sheryl,"
Sheryl tersenyum kecil sebelum berjongkok di hadapan adiknya. "Aku tidak akan meninggalkan kalian lagi. Aku janji,"
Wayde menatapnya lama sebelum membasahi bibirnya. "Aku tahu," gumamnya kecil. "Dan aku masih belum benar-benar memaafkanmu. Kau meninggalkan kami tanpa memberi tahu apapun dan kembali seakan tidak ada yang terjadi. Ditinggalkan begitu saja seolah tidak penting, it sucks, ya know?"
"Yeah, dan aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat kalian merasa begitu. Aku punya banyak alasan yang masuk akal untuk melakukan hal ini, oke? Please, Wayde," Sheryl memandang adiknya dengan pandangan memelas, sedangkan Wayde hanya menghembuskan napasnya.
Pria kecil itu menghembuskan napasnya. "Dari awal hanya kau yang kupunya, Sheryl. Dan sekarang, aku punya Justin juga. Aku hanya memiliki kalian berdua,"
Sheryl menarik sebelah alisnya. "Jadi kau memaafkanku?"
"Uhm-hm, setelah kau melakukan hal yang tepat malam ini. Kau harus membuat Justin senang, Sheryl. Setuju?" Wayde menatap kakak perempuannya lekat. "Setelah semua yang ia lakukan demi kita, setidaknya kau perlu membalasnya. Lakukan apapun yang bisa membuatnya bahagia. Karena dia sudah melakukan ini semua untuk kita, sister,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
FanfictionSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...