Chapter 30

270 35 6
                                    

          Sheryl merasakan semuanya berubah begitu cepat. Semuanya tidak sama lagi sekarang. Dia rasa bahkan keluarganya tidak akan sama lagi. Tidak setelah hari itu terjadi. Tidak setelah Thomas meninggal.

          Tidak lagi setelah dia seharusnya mati hari itu.

           Sheryl merasa aneh. Bagaimana pun dia telah mencoba sebisanya untuk merasa baik-baik saja, nyatanya tidak ada yang bisa dibilang seperti itu. Semuanya sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat.

          Sejujurnya, Sheryl tidak suka dengan pernyataan ini, tapi dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika dirinya merasakan kosong. Entahlah, dia hanya merasa sebagian dirinya telah hilang. Sampai bagaimana pun Sheryl terus mencoba untuk mengatakan dia tidak merasa kacau, tapi tidak selamanya dia bisa menyangkal. Sheryl tidak terbiasa membohongi semua orang, termasuk dirinya sendiri.

          Semuanya terasa begitu lambat sekarang, bahkan satu hari saja terasa seperti berhari-hari baginya. Hidupnya sudah hampa. Dia tidak punya Thomas lagi. Dia juga sudah tidak punya Justin lagi.

          Tapi bukannya ini yang Sheryl inginkan pada awalnya? Bukannya diam-diam Sheryl pernah berharap kembali ke kehidupannya yang seperti ini?

          Sheryl menutup matanya, merasa lelah sekali. Dia tidak tahu apa yang membuatnya merasa lelah, dia hanya... entahlah. Sheryl sudah tidak mengerti lagi apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.

          Dia membuka matanya ketika merasakan sebuah salju jatuh ke atas kepalanya. Sheryl menghela napasnya sebelum bangun dari bangku itu sebelum tiba-tiba mematung mengingat sesuatu.

          Dulu, Sheryl pernah duduk di sini dengan Thomas. Sheryl menangis ketika itu dan Thomas berusaha membuatnya merasa lebih baik. Dan ya, Thomas melakukannya dengan baik, tapi Justin malah melihat kejadian itu dan marah. Laki-laki itu mengira Sheryl berselingkuh dengan Thomas, padahal sebenarnya tidak sama sekali.

          Tanpa sadar, Sheryl terkekeh kecil dan menundukkan kepalanya sebelum suara tawanya langsung lenyap beberapa detik setelahnya.

          Ini menyedihkan. Keadaannya, tidak, keadaan mereka sekarang menyedihkan.

          Sheryl menarik napasnya dalam-dalam sebelum berjalan menyusuri taman lebih jauh. Memutar pandangannya ke sekitar, berusaha melupakan berbagai hal yang tak bisa hilang dari otaknya dua minggu belangkangan ini.

          Kemudian mata Sheryl bisa menangkap sebuah danau. Dia kembali teringat kenangan lainnya. Gadis itu otomatis menahan napasnya lantas mengedipkan matanya berkali-kali menahan tangis. Di sana, tepat di tempat duduk dekat danau, Thomas pernah menghiburnya juga. Ketika makan malam dengan keluarga Justin tidak sesuai dengan harapan Sheryl, Thomas menemaninya dan membuatnya merasa baikan.

          Dulu, Thomas selalu ada untuknya. Namun, sekarang tidak lagi.

           Sheryl kembali mengayunkan kakinya dan melangkah lebih jauh dari sana. Dia mengulum bibirnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket tebalnya.

           Sheryl menundukkan kepalanya ketika berjalan, berharap dirinya tidak akan menangis lagi. Setidaknya untuk hari ini. Sudah banyak sekali hari yang ia habiskan untuk menangis, dia harus bisa menahan air matanya untuk satu hari saja. Dia tidak bisa terus begini.

          Tapi semuanya mungkin akan sia-sia. Sheryl menemukan dirinya berhenti melangkah dan tidak bisa berhenti memandang sebuah restoran di hadapannya.

         Dia kembali teringat kenangan lainnya bersama cowok pirang itu. Thomas dulu pernah membawanya ke sana dan meneraktirnya makan. Dia masih ingat dengan baik jika Thomas pernah bernyanyi untuknya di hadapan semua pengunjung restoran hanya untuk membuatnya merasa lebih baik. Sheryl bahkan masih bisa merasakan rasa terpukaunya dengan suara Thomas saat itu.

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang