Sheryl kembali mengecek perlengkapan sekolah Wayde untuk esok sekali lagi, lantas bertanya pada adik kecilnya itu. "Tak ada yang ketinggalan, kan? Aku tak mau kau dihukum jika meninggalkan keperluanmu besok."
Wayde hanya menggeleng, bocah itu segera merangkak naik keatas kasur sebelum memejamkan matanya. Sheryl menghampiri laki-laki berambut pirang gelap itu kemudian mengelus helai-helaian rambutnya dengan sayang. Juga tak lupa memberikan selimut untuk membungkus tubuh Wayde agar tak kedinginan nantinya. Beberapa menit setelahnya dia melangkah keluar dari kamar adiknya usai mematikan satu-satunya lampu di ruangan itu.
Perempuan itu menghembuskan napasnya lalu mengerutkan keningnya heran. Saudari perempuannya terlihat sedang melepaskan mantel cokelatnya dan segera menggantungnya di gantungan sebelah pintu. "Kau habis darimana, Kenzy? Kukira kau ada dikamarmu tadi."
Kenzy menggeleng, membuka sepatunya lantas menaruhnya di sebuah rak yang tak jauh dari gantungan mantel. "Tadi Daphne menyuruhku turun. Ada sesuatu hal penting yang harus kami bicarakan," Sheryl mengangguk mengerti setelah mendengar penjelasan singkat adiknya kemudian kakinya beralih ke arah kamarnya sebelum sebuah suara membuatnya terhenti.
"Sheryl?"
"Ya?" Dia memutar tubuhnya kemudian menatap adiknya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Kenzy membasahi bibirnya, terlihat sedikit canggung untuk menanyai sesuatu pada kakaknya. "Ka—apa kau mengenal Justin dan Thomas, Sheryl?"
Sheryl menyatukan kedua alisnya. Dia bingung. Bagaimana adiknya bisa tahu soal Thomas dan Justin? Oh, bodohnya dirinya. Tentu saja dua pria itu terkenal di seluruh penjuru New York bahkan dunia. Berkat keluarga mereka tentu saja. Tapi yang membuatnya masih saja bingung adalah, mengapa Kenzy tiba-tiba menanyakan kedua laki-laki itu? Bahkan mereka tak pernah membahas pria manapun selama ini. "Ada apa memangnya?"
"Just asking," Kenzy mengangkat kedua bahunya, melangkah kearah dapur diikuti Sheryl yang mengekor dibelakangnya. Gadis itu tahu pembicaraan mereka tak akan sampai disini saja. "Sebenarnya, Daphne datang kesini bukan membahas tentang urusan kami saja, namun juga denganmu."
Rasa bingung makin menyerang Sheryl. "Huh? Apa maksudmu?" Keningnya berkerut. Menimbulkan lipatan-lipatan kasar disana.
"Ini soal kau, Justin dan Thomas. Oh God, apa aku hanya yang merasa jika kalian terlibat cinta segitiga disini?"
Perempuan itu mendengus. "Tidak. Tidak ada cinta-cintaan diantara kami. Yang jelas kami hanya teman, tidak sepenuhnya teman juga, sih. Intinya kami tidak terjebak dalam cinta segitiga dan itu tak akan pernah terjadi." Jelas Sheryl buru-buru. Dia merasa moodnya jadi tambah buruk karena topik pembicaraan mereka kali ini, jadi dia memutuskan untuk ke kamarnya dan segera terlelap dalam mimpi indahnya.
"Sheryl?"
Gadis itu memutar matanya jengah. Oh, dia tak seharusnya bersikap seperti ini pada adiknya, namun dia muak jika harus membicarakan dua insan manusia itu. Terlebih Justin. Dia jadi dibebani perasaan bersalah karena menghina laki-laki itu kemarin malam. Tapi apa daya, dia terburu tersulut emosi karena pria itu terus mengejeknya dan Thomas. Dia benci diejek. "Apa lagi, Kenzy?"
"Apa kau tahu jika Thomas dan Justin sedang mengadakan balapan liar sekarang?"
Bola mata Sheryl rasanya ingin segera keluar dari tempatnya. Dia bahkan menahan napasnya beberapa detik. "W-what? Jangan bicara yang aneh-aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken • jb
FanfictionSheryl Bradson punya kehidupan yang membosankan sekaligus menyedihkan. Tidak ada yang menarik dalam ceritanya, dia hanya punya kisah yang sama setiap harinya; yaitu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan uang untuk keluarganya dapat bertahan hidu...