Chapter 23

340 34 11
                                    

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Sheryl untuk sampai ke rumahnya. Usai menjemput adik laki-lakinya setelah pulang sekolah, dia langsung buru-buru pulang. Dan sekarang di sinilah dia, mematung di hadapan lemari kamarnya dengan raut wajah cemasnya.

Gadis itu menggigit jarinya seraya memutar matanya meneliti isi lemarinya. Dia mendesah, nanti malam dia akan bertemu keluarga Justin, dan dia belum menemukan satupun baju yang sepertinya cocok untuk acara itu. Dan ini merupakan hal buruk baginya.

Sheryl terus berpikir, mencari cara yang memungkinkannya mendapat baju yang selayaknya dipakai ketika makan malam bersama keluarga pacarnya nanti. Apa dia perlu ke tempat rongsokan untuk mengambil pakaian? Tapi tempatnya lumayan jauh, mana mungkin dia meninggalkan Wayde sendirian demi kepentingan dirinya sendiri. Lagipula Wayde pasti lelah karena baru saja pulang sekolah, jadi pastinya, Sheryl tidak bisa juga membawanya ke sana.

Membicarakan soal Wayde yang akan sendirian bila Sheryl tinggal, ia jadi ingat jika dirinya jadi jarang melihat Kenzy akhir-akhir ini. Perempuan itu selalu pulang menjelang pagi, dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya akhir-akhir ini. Dan Sheryl berusaha untuk mengerti keadaan adiknya meskipun merasa kelewat cemas.

Dia akhirnya melupakan soal 'kekhawatirannya pada pakaian yang akan ia pakai nanti malam' dan mencoba untuk menemukan Wayde di kamar laki-laki kecil itu. Dia segera membuka pintu kamar Wayde ketika sudah berhadapan langsung dengan pintunya. "Wayde?"

Pria kecil itu terlihat sedang begitu fokusnya menggambar sesuatu di atas lantai kamarnya. Wayde memang suka menggambar. Sheryl mendekatkan dirinya untuk melihat apa yang sedang digambar oleh adik laki-lakinya, tapi buru-buru ia langsung menyembunyikan kertas gambarnya itu ke belakang punggungnya. "Apa yang kau lakukan di sini, Sheryl?"

Sheryl menyipitkan matanya ketika menatap Wayde. "Kenapa kau menyembunyikan gambarmu seperti itu? Kau tidak menggambar yang macam-macam, kan?" Tanyanya dengan nada yang berlebihan menurut Wayde.

Laki-laki itu menggeleng seraya mendengus. "Tentu saja tidak. Tapi aku malu menunjukkannya padamu," jawabnya sembari menundukkan wajahnya. Entah menyembunyikan pipi merahnya karena malu atau karena sesuatu yang lain, Sheryl tidak tahu.

Gadis itu terkekeh kecil. "Oh, aku tahu! Pasti kau menggambar seorang perempuan yang kau sukai, ya?" Godanya seraya menggerakan kedua alisnya ke atas dan ke bawah.

Dan benar saja seperti tebakannya, Wayde memang menggambar seseorang yang ia sukai. Terlihat dengan gerak-geriknya yang terlihat salah tingkah, dan hal itu terlihat sangat cute bagi Sheryl.

"Oh, Wayde, rasanya seperti aku baru saja melihat kau keluar dari perut Ibu, sekarang kau sudah menyukai seseorang saja," ucap Sheryl dengan senyuman lebar. Dia senang adiknya akhirnya bisa menyukai seorang perempuan. Selama ini, Wayde dikenal sebagai seseorang yang kelewat pendiam dan mungkin aneh bagi beberapa orang. Namun tidak, dia tidak aneh menurut Sheryl. Adiknya hanya berbeda dengan orang kebanyakan. Dia pendiam karena menurutnya banyak omong itu hal yang tak berguna, Wayde lebih suka melakukan sesuatu tanpa berucap. Dia lebih suka menunjukkan hal yang sebenarnya dia rasakan daripada banyak membuat omong kosong. Dia tipe cowok yang suka memberikan sebuah bukti, dan karena itu Sheryl yakin, Wayde akan tumbuh menjadi pria yang bisa membahagiakan seseorang yang ia sukai suatu saat nanti.

"I-ini bukan gambar seorang gadis," bantahnya setelah sekian lama diam. Mungkin dia berusaha menutupinya karena malu. Sheryl tahu itu.

Sheryl hanya tersenyum hangat sebelum mengelus puncak kepala adiknya sayang. "Tidak apa, aku malah senang jika kau menyukai seseorang. Kau harus lebih banyak bercerita padaku soalnya, oke?"

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang