Chapter 27

412 44 16
                                    

Semenjak Sheryl menerima telepon dari Thomas, raut wajahnya terlihat begitu khawatir. Entahlah apa yang dipikirkan gadis itu, tapi Justin rasa dia hanya sedang sangat cemas pada adiknya. Pria itu kadang sedikit kesal melihat kekasihnya yang terlalu over-protective pada adik-adiknya sendiri. Dia terlalu berlebihan, walaupun apa yang dilakukannya semata-mata hanya karena dia menyayangi adiknya.

Sangat menyayangi adiknya.

Thomas hanya mengatakan jika Kenzy akan menginap di rumahnya sementara waktu. Laki-laki pirang itu bilang dia menemukan Kenzy di sebuah jalanan sedang menangis karena masalah cowok yang ia sukai. Masalah yang sulit untuk Justin mengerti sebenarnya. Dan yang terpenting dari itu, Kenzy bilang dia tak ingin menemui siapapun, termasuk Sheryl.

Meski Justin tahu apa yang dibicarakan Thomas hanya akal-akalannya pria itu saja, tapi dia tidak berkata apapun. Dia bahkan ikut berusaha meyakini Sheryl jika adiknya baik-baik saja di sana, apalagi ibunya juga bekerja di rumah Thomas. Justin mengatakan pada Sheryl jika tak ada yang perlu dicemaskan soal Kenzy. Padahal dia tahu Thomas menyembunyikan sesuatu yang besar lewat suaranya. Justin telah mengenal Thomas dari mereka kecil, dia tahu dengan baik kapan Thomas berbohong dan kapan ia berucap jujur.

Bukannya Justin tak ingin Sheryl mengetahui sesuatu yang disembunyikan Thomas soal Kenzy, dia hanya tak ingin membuat gadis itu terlalu banyak pikiran. Persoalan tentang ayahnya dan keluarga Justin cukup untuk hari ini.

"Ayahku... ayahku merupakan orang kepercayaan kalian?" Sheryl mengerutkan keningnya seraya memberikan tatapan tidak percayanya.

Mereka sedang berada di ruang kepala sekolah sekarang. Tidak lama setelah panggilan dari Thomas terputus, ada panggilan dari kepala sekolah untuk mereka berdua. Dan ternyata itu panggilan dari nenek Justin. Dia datang karena ingin menjelaskan semuanya pada Sheryl. Wanita itu memberikan senyuman tipisnya dan berkata, "Ayahmu sudah kuanggap layaknya anakku sendiri, Sheryl. Sewaktu ia masih kuliah, dia mulai bekerja untuk keluarga kami dalam waktu yang lama," jawabnya lembut.

Justin yang berada di sebelah Sheryl hanya membuang napasnya dan mengusap punggung tangan gadis itu. Sebenarnya, Justin tidak suka dengan kedatangan neneknya tiba-tiba seperti ini hanya untuk menjelaskan segalanya pada Sheryl. Tapi toh, dia tidak bisa membuat neneknya pergi dari sini, Sheryl bahkan terlihat antusias mendengar ceritanya.

"Namun, setelah bertahun-tahun berkerja dengan kami, ayahmu berhenti. Tapi dia masih suka membantu kami kadang-kadang. Dia mencoba membuat usahanya sendiri dari nol. Dan berkat kecerdasannya, dia sukses mendirikam perusahaannya sendiri," mata perempuan tua itu berbinar ketika menceritakan ayah Sheryl, terlihat sekali jika dia memang menyayangi Harper seperti anaknya sendiri. "Aku senang sekali mengetahui itu. Aku sangat bangga padanya. Dan ketika perusahaannya telah sebesar milik keluarga kami, suamiku menawarkan untuk melakukan kerja sama. Dan dia menyetujuinya,"

"Ayah pernah memiliki perusahaan yang besar? Dia..." Sheryl bahkan sudah tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia bahkan tidak tahu ayahnya pernah sekaya itu dulu. Dia hanya tahu sewaktu ayahnya masih hidup, keluarganya hidup sederhana dan tidak miskin seperti sekarang. Tapi tidak sekaya seperti ucapan Molly.

Molly mengangguk. "Harper bahkan adalah satu-satunya orang yang membuat perusahaan keluarga bisa Bieber sesukses ini. Dia membantu banyak dalam perkembangan Bieber Industry. Dia itu sangat pintar, Sheryl. Ayahmu sangat cerdas,"

Sheryl membuka bibirnya merasa terkejut dengan semua penjelasan nenek Justin. Dia terlihat sangat kagum mendengarkan cerita tentang ayahnya. Dan mendengar semua ini hanya membuatnya tambah merindukan ayahnya yang sudah lama meninggalkannya.

Unbroken • jbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang