PERTAMA

7.8K 214 3
                                    

Lebih dari tiga bulan mencoba untuk memaafkan seseorang yang nyatanya tidak benar-benar mengerti apa arti meminta dimaafkan membuat semua saraf yang bekerja untuk hatiku hampir mati rasa. Setiap hal yang akan aku lakukan selalu dihantui oleh seseorang yang nyatanya tak pernah benar-benar memasukkan aku kedalam pikirannya. Masalah datang memang untuk menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih baik dan lebih kuat lagi untuk menjalani kehidupan setelahnya. Atau bahkan sebenarnya kita disiapkan untuk menghadapi masalah dengan level diatas masalah sebelumnya.

"Hai, Im." Ku dongakkan kepalaku dan melihat sosok lelaki bertubuh tegap yang sudah tak asing lagi untukku.

"Jeco?"

"Kok sendirian lagi? Temen-temen kamu mana?" Tanya Jeco yang sudah duduk disebelahku.

Aku menoleh ke kanan kiri mencari sosok Tata, Pika dan Vanessa yang tak kunjung datang, "mereka lagi perjalanan kesini. Kenapa?" Tanyaku balik.

Jeco mengeluarkan sebungkus coklat dari tas hitamnya lalu menyodorkannya kepadaku. Ku kerutkan dahiku memandang bungkusan ungu yang ia sodorkan kepadaku. "Buat aku?" Tanyaku.

Jeco mengangguk mantap, "aku denger kamu habis ulangtahun, ya itung-itung ini kado buat kamu." Jawabnya.

Ku sunggingkan senyuman tipis kepadanya. "Makasih ya, Co. Repot-repot banget sampe beliin aku coklat gini." Kataku.

Jeco menatap mataku dalam, segera ku alihkan mataku memandang objek lain selain dirinya. Aku sedang belum berminat untuk melakukan tatapan sedalam itu lagi. Aku kembali membaca novel yang aku bawa dari rumah.

"Serius banget bacanya." Kata Jeco yang terdengar seperti sedang protes.

"Kenapa emangnya?" Tanyaku.

Diam beberapa saat, dia tak menjawab pertanyaanku. Ku lirik kakinya yang mengetuk-ngetuk tanah seperti sedang resah. "Sabtu ini kamu ada acara apa?" Tanya Jeco setelahnya.

Ku alihkan perhatianku menatap wajahnya yang sedikit gugup itu. "Kenapa emangnya?" pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya untuk Jeco.

"Aku mau ngajak kamu keluar sabtu ini bisa? Ke perpus sih sebenernya." Jawabnya.

Ku anggukkan kepalaku tanda respon atas jawabnnya. "Boleh, nanti gimana-gimananya kamu bisa chat aku lagii. Aku duluan ya." Beberapa detik setelahnya Tata, Pika dan Vanessa datang lalu aku ikut melangkah masuk kedalam kampus untuk menuju ke kelas.

***

"Im kamu mau langsung pulang atau ke kos Vanessa atau Pika dulu?" Tanya Tata sambil memasukkan barangnya kedalam tas.

"Kayaknya aku langsung aja deh, Ta. Aku ada urusan juga. Kamu mau mampir kesana emang?" Jawabku.

Tata menggendong tasnya dan membawa serta tas Pika karena tadi dia ijin mau ke kamar mandi untuk buang air kecil.

"Iya kayaknya, hari ini Mama aku keluar kota jadinya nggak ada temen. Rencananya aku mau makan sama Pika habis ini."

Aku mengangguk mendengar Tata. Kami berdua berjalan menuju toilet tempat Pika berada.

"Kayaknya nanti aku cuma sebentar deh urusannya, kalo udah selese nanti aku susulin kalian." kataku pada Tata.

Tak lama setelahnya Vanessa datang dengan terburu-buru menghampiri kami.

"Kenapa, Van? Ngapain ke kampus? Nggak ada kelas kan kamu. " Tanya Tata.

Vanessa mengatur nafasnya yang terengah-engah tak karuan. Hari ini jadwal Vanessa memang tak sama seperti jadwalku dan yang lain. "Aku gabisa ikut ke Pika, Ta. Soalnya hari ini Oga kesini." Kata Vanessa.

Setelah Aku Tau |✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang