KEEMPAT PULUH LIMA

2.7K 69 18
                                    

Kepulan asap dari teflon dan suara percikan minyak yang dihasilkan oleh telur ceplok, masakan andalan pagi hari. Hampir setiap hari aku memasak telor mata sapi sebagai teman makan roti.

Ku letakkan telor di atas roti tawar yang sudah ku kupas pinggirannya. Ku tuang air hangat ke cangkir yang sudah aku beri bubuk susu cokelat sebelumnya. Kepulan asapnya menyentuh wajahku lembut.

Ku tekuk lengan kemeja panjang ini. Karena kelelahan aku sampai lupa melepas kemeja kerjaku.

Seseorang memelukku dari belakang, menenggelamkan wajahnya dalam dalam di tengkukku. Wangi sabun dan parfum miliknya tercium jelas olehku.

Senyum ku mengembang.

"Roti pakai telur dan susu cokelat hangat." kataku.

Di ciumnya pipiku pelan lalu menuntunku ke meja makan membawa piring berisi roti isi tadi.

Aku duduk di pangkuannya, tanganya terus memelukku. Menjaga ku agar tak jatuh dari pelukannya.

"Sarapan paling enak seumur hidup ku." katanya.

Ku acak rambut tebalnya.

"Tiap hari kamu ngomong kayak gitu." kataku.

Dia mengembangkan senyumannya.

Pemandangan paling indah yang selalu aku temui setiap hari, yang diberikan secara gratis olehnya.

Di kunyahnya roti isi tersebut sambil mengangguk angguk. Kebahagiaan sedarhana seorang istri adalah ketika melihat suaminya begitu menyukai apa yang dia masak.

"Hari ini jadi ke pentasnya Aysa?" tanyaku.

Dia mengangguk pelan, "iya sayang."

"Aku mandi dulu kalau gitu."

Aku beranjak dari pangkuannya. Namun tangannya yang panjang itu menahanku untuk pergi. Ku tatap lembut dirinya, lalu tersenyum.

"Saya sayang kamu, Ayma Putri."

Dia mendekatkan wajahnya padaku lalu mencium bibir ku lembut. Selalu lembut.

"Saya juga sayang kamu, Pratama Candra." bisikku.

***

Riuh suara penonton menyambut kedatanganku dan Tama di ballroom sebuah mall tengah kota, tempat Aysa pentas. Sekolahnya mengadakan pentas seni dan Aysa berperan dalam acara ini.

Sejak kecil, Aysa memiliki keunggulan dalam bidang menari, khususnya tarian modern.

Kata papa, Tante Wanda yang menurunkan bakat itu pada Aysa. Saat remaja Tante Wanda beberapa kali pernah memenangkan lomba menari.

Aysa kini tumbuh menjadi remaja wanita yang cantik dan pandai. Meskipun Aysa bukan termasuk anak yang pandai di bidang akademik, namun dirinya cukup dikenal sebagai dancer terpopuler disekolahnya.

Aysa berlari kearahku lalu memelukku erat. Hal yang selalu ia lakukan saat bertemu denganku.

"Cantiknya adikku." pujiku padanya

"Aku grogi banget, Ay." katanya.

Meski sering mengikuti lomba dan berhasil memenangkannya. Aysa selalu saja gugup sebelum tampil.

"Tenang dek, kamu bisa, selalu bisa." kataku.

Aysa kembali memelukku, lalu tersenyum.

Acara di mulai setengah jam kemudian. Sekolah Aysa termasuk sekolah terpandang di kota kami. Semua acara yang mereka selenggarakan selalu meriah dan menarik minat penonton.

Setelah Aku Tau |✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang