KETIGA PULUH EMPAT

865 50 1
                                    

Menuju semester akhir pada tingkat perkuliahan memang sedikit menguras tenaga dan pikiran.

Beberapa laporan dan tugas yang harus dikumpulkan bersamaan, hampir membuatku kewalahan.

Apalagi ditambah tugas akhir yang rasanya semakin dekat dan memaksaku untuk mempersiapkannya sedini mungkin agar tidak kuwalahan diakhir nanti.

Belum lagi beberapa mata kuliah yang harus aku ulang karena nilai yang tidak cukup bagus jika nanti dipamerkan di transkrip kelulusan. Begitu melelahkan, tapi aku harus egera menyelesaikan semua ini agar cepat lulus dengan nilai yang aku ingin kan.

“Ayma..” Pekikan seorang wanita membuat langkahku terhenti di lobby kampus siang ini.

“Hey Pik, yang lain mana?” Tanyaku pada Pika yang sedang berlari kecil kearahku.

“Lagi di kantin nungguin kamu. Udah selesai kan urusan akademiknya?” Jawab Pika.

Aku mengangguk kepadanya. Tadi setelah kelas selesai aku menyuruh ketiga sahabatku untuk langsung menuju kantin karena ada hal yang harus aku urus terlebih dahulu di bagian akademik.

Aku berjalan berdampingan dengan Pika menuju kantin yang sudah mulai sesak. Tata dan Vanessa duduk di tengah kantin dengan makanan yang sudah melambai-lambai untuk dimakan.

“Lama banget, Im.” Omel Vanessa yang rupanya sudah mulai lapar.

“Ini makanan aku ya?” Tanyaku melihat semangkuk pangsit mie dengan gorengan diatasnya. Persis seperti yang selalu aku pesan.

Tata mengangguk di tengah aktivitasnya menyeruput air mineral dingin miliknya. Kami memulai makan saat Pika sudah selesai membeli air mineral yang rupanya lupa dibelikan oleh Tata.

“Kita jadi liburan kan liburan semester ini?” Tanya Vanessa.

“Jadi dong. Harus.” Sahut Pika.

Tata menatapku lalu mengangkat sebelah alisnya. Aku dengar waktu itu Tata tak mendapatkan ijin dari orangtuanya. Diantara kami berempat memang Tata lah yang memiliki masalah dengan ijin jika pergi terlalu jauh.

“Tapi menyesuaikan sama jadwalnya pacar aku ya.” Kata Tata.

“Dapet ijinnya?” Tanyaku kaget dengan jawaban Tata yang seolah sudah mendapat ijin dari orangtuanya.

“Iya, kemarin Syarif kerumah dan bilang ke ibu ku. Eh nggak tau kesambet apa tiba-tiba dibolehin aja gitu.” Jelas Tata.

Vanessa dan Pika mengembangkan senyuman mereka. Liburan bersama memang sudah kita inginkan dari semester satu lalu. Tapi karena beberapa hal dan beberapa pertimbangan baru bisa kita laksanakan semester ini.

“Nanti aku suruh Oga nyiapin semuanya. Kita tinggal berangkat aja.” Kata Vanessa.

***

“Tante seneng deh sekarang anak perempuan tante jadi nambah lagi.” Celetuk Mama Alva.

Aku masih sibuk dengan kegiatanku bersama Putri yang berstatus sebagai pacar dari kakak Alva, Mas Rizky.

“Ayma kalo mau main kesini jangan sungkan ya.” Kata Tante Nimas lagi.

Aku tersenyum padanya yang begitu ramah padaku, “iya tante.” Jawabku singkat.

“Kapan-kapan kalo kamu butuh temen buat jalan juga bisa ajak aku loh.” Sahut Putri sambil meletakkan piring yang sudah selesai aku bilas ke rak piring.

Aku tersipu mendengar ucapan mereka.

Hari ini Alva mengajakku makan malam bersama di rumahnya. Katanya, Tante Nimas sedang membuat acara makan malam keluarga yang juga di hadiri oleh oacar Mas Rizky. Awalnya aku ragu, tapi mengingat begitu baik dan ramahnya keluarga Alva terhadapku, akhirnya aku menyetujui untuk ikut kemari.

Setelah Aku Tau |✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang