KEEMPAT

1.5K 72 0
                                    

Ku keraskan volume lagu yang mulai ku putar lewat ponsel putih ku ini, nada sendu sedikit demi sedikit masuk kedalam gendang telinga, mencoba menyamai irama detak jantung yang berdetak pelan. Ku lihat beberapa anak berlalu lalang di depan ku sejak lima belas menit yang lalu. Ku tengok kanan kiri, tapi tetap sama seperti lima belas menit yang lalu, belum ada tanda-tanda kedatangan Tata. Aku memang selalu menunggu Tata datang agar kami bisa masuk bersamaan. Entah kenapa meskipun sudah sekian lama, rasa canggung masih tetap ada mengelilingi perasaanku. Rasanya tidak nyaman berada di kelas sendirian tanpa adanya Tata, Pika daan Vanessa.

"Im." suara nyaring seseorang terdengar di sela musik yang sedang ku dengar.

"Kamu nggak baca pesanku ya, kan aku nyuruh masuk duluan. Ini mata kuliahnya Pak Antok, dan kalo kita dapet tempat duduk di belakang itu bahaya banget tau." Omel Tata.

Belum sempat aku membalas apapun, Tata sudah menarik tanganku untuk berlari sekencang mungkin menuju kelas. Benar saja, kelas sudah hampir penuh saat kami melangkah masuk kedalam. Tata mengisyaratkan kekesalannya karena telat masuk ke kelas. Tapi tak lama setelahnya, ada sebuah tangan melambai kearah kami. Ku tamat kan siapa pemilik tangan itu.

Pika

Aku dan Tata segera mendekati Pika yang sudah duduk berseberangan dengan Vanessa. Rupanya mereka sudah sampai terlebih dahulu dan mendapatkan tempat duduk yang biasa kami tempati selama berkuliah disini. Terdengar hembusan nafas lega milik Tata saat kami berjalan menuju Pika dan Vanessa.

"Kok tumben sih kalian dateng duluan. Aku kira malah telat kalian berdua." Kataku sembari duduk di sebelah Pika yang masih asik dengan ponselnya.

"Nggak tau temen kita satu ini kesambet setan apa. Masak pagi-pagi banget dia ke kosan aku, tiba-tiba bangunin aku nyuruh mandi terus ngeburu-buruin buat berangkat pagi." Jawab Vanessa.

Pika hanya tersenyum nakal, "kok tumben sih, biasanya tuan putri Pika Harum Rahajeng ini paling telat dari orang telat." Timpal Tata.

"Nah itu, makanya jangan suka ngeledekin aku. Aku juga bisa kali bangun terus nggak telat." Pika membela dirinya sendiri.

Aku tersenyum tipis mendengarkan pernyataan Pika, "iya, tapi momen ini bakal ada satu per seribu kali kamu telat baru deh." Kataku.

Pika mengerucutkan bibirnya mendengar kalimatku, di tambah Tata dan Vanessa yang tertawa terpingkal-pingkal. Beberapa detik setelah itu, pintu kelas terbuka dan terlihat sosok lelaki paruh baya yangkami kenal dengan Pak Antok masuk sambil membawa beberapa lembar kertas yang kami yakini itu soal kuis yang sudah dia janjikan minggu lalu. Sebelum itu dia menatap kami beberapa detik, lalu serempak kami mengeluarkan tugas minggu lalu yang sudah harus di kumpulkan. Aku, Pika, Tata dan Vanessa saling bertatap sejenak, kami memang paling takut dengan dosen ini.

***

Kelas Pak Antok memang selalu terasa sangat lama dan menguras banyak energi. Selain karena parasnya yang terkesan sangat galak, sikap mengajarnya yang di dominasi dengan bentakan dan nada tinggi membuat kita mengeluarkan energi yang sangat banyak untuk nenahan ketakutan. Sebenarnya Pak Antok tidak jahat, hanya saja nada bicara dan gaya berbicaranya saja yang sedikit berbeda, membangun persepsi jahat pada setiap mahasiswanya.

Karena kehabisan energi, aku, Tata, Pika dan Vanessa memutuskan untuk pergi ke kedai bubur ayam yang sudah menjadi langganan kami. Seperti biasa aku memesan bubur tanpa kacang dan segelas es teh manis. Cand tawa menambah kenikmatan bubur pagi ini.

"Im gimana kalo besok kita pergi." kata Pika. Aku melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiri ku, menebak tanggal esok hari.

"Boleh, semua ikut, kan." kataku. Pika dan Tata mengangguk bersamaan sambil mencoba menelan bubur yang baru saja mereka suapkan ke dalam mulut.

Setelah Aku Tau |✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang