Semua bersorak senang sesaat setelah Alva mengatakan jika acara kami berjalan sukses. Senyuman tipis ku pamerkan kepada yang lain seolah ikut berbahagia dalam suksesnya acara inu, Alva terlihat begitu bahagia.
Ku tatap Pika yang masih sibuk dengan ponselnya, "Vanessa udah di rumab Tata dari tadi." katanya setelah itu.
Ku anggukkan kepalaku lalu menyambar tas yang ada tepat disamping. Pika berjalan mengikutiku keluar dari ruangan aula besar yang kurang lebih 3jam yang lalu kami buat untuk menyelenggarakan acara ulangtahun jurusan.
Besok adalah hari yang penting untuk Tata dan Vanessa, karena mereka akan menjalani test masuk perguruan tinggi dengan jurusan yang sebenarnya mereka inginkan. Kami berempat memutuskan untuk menginap di rumah Tata, karena kebetulan lokasi tes mereka tidak juh dari sana. Aku dan Pika juga membuat rencana untuk meneani Tata dan Vanessa saat ujian besok. Dengan hati yang was was dan sedikit sedih.
"Ayma..."
Aku dan Pika menghentikan langkah kami untuk melihat siapa yang memanggilku barusan.
"Hey, buru buru amat." kata Alva saat sampai di hadapan ku.
Ku lempar senyuman tipis padanya. "Mau langsung pulang?" tanyanya.
Pika tak begitu memperhatikan keberadaan Alva. Dia terus memainkan ponselnya, entah membuka apa.
"Iya Alva, kenapa?" jawabku.
Alva menganggukkan kepalanya seolah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
"Makasih ya udah bantuin nyuksesin acara aku. Next time aku bakal ajak kamu lagi." kata Alva. Senyumannya begitu lebar.
"Sama-sama, kamu hebat juga kok, Va." jawabku.
Setelah itu aku memutuskan untuk kembali berjalan mengikuti Pika yang berjalan lebih dulu.
"Hati-hati, Ayma." sebuah bisikan terdengar saat baru beberapa langkah aku meninggalkan Alva. Ku toleh sejenak untuk tersenyum padanya dan melambaikan tangan
Laki-laki dengan kacamata klasik ini tak pernah lelah tersenyum rupanya.
***
Mama Tata membukakan pintu gerbang untuk aku dan Pika. Seperti sudah diberi komando, Mama Tata mempersilahkan kami untuk langsung masuk kamar Tata karena sudah di tunggu. Kami berjalan perlahan, sesekali Pika melirik kearah ku. Selama di perjalan, Pika beberapa kali mengungkapkan kebingungannya.
'Nggak tau harus ikut seneng atau justru sedih pas nanti mereka ketrima, Im.' ungkapnya.
Perasaanku sebenarnya juga sama seperti Pika. Bingung. Persahabatan yang terjalin kurang dari satu tahun ini rasanya begitu indah. Banyak alasan mengapa aku dan Pika resah ketika membayangkan jika nantinya Tata dan Vanessa benar-benar pergi.
Suara Vanessa mulai terdengar saat Aku semakin dekat dengan kamar Tata. Sambil menunggu kedatangan kami, Vanessa memiliki ide untuk belajar bersama Tata.
"Rajin banget teman-teman saya ini." celetuk Pika.
"Jelas toh, demi masa depan yang lebih baik." jawab Vanessa dengan medok khasnya.
Aku membaringkan tubuhku di kasur Tata ukuran sedang dan menghentak lembaran soal miliknya.
"Ayma ganti baju dulu sana!!!"
Suara nyaring Tata berhasil membuatku melompat dari sana. Diikuti cekikikan Vanessa aku berangkat ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Acara belajar yang di adakan Tata dan Vanessa berakhir pada pukul 10 malam. Sisa malam ini kami habis kan untuk bertukar pikiran di kasur tumpuk milik Tata.
"Kalo kalian ketrima nanti, bakal tinggal aku sama Ayma aja berdua." Kata Pika yang tidur di kasur bagian bawah bersawa Vanessa.
"Janji bakal sering main kok." jawab Tata.
Ku tengok wanita yang merebahkan tubuhnya disebelahku ini. "Vanessa nanti bakal di Jogja, kan, kalo ketrima. Mainnya gimana?" tanyaku.
"Tiket pesawat atau kereta kan gampang banget dibelinya sekarang." jawab Vanessa.
Hening beberapa saat, hanya suara kipas yanh terdengar di kamar ini. "Aku pikir kita bakal terus temenan kok genks." pecah Tata.
"Sahabatan, kan, nggak selalu garus bareng-bareng. Selama kita sadar kalo punya satu sama lain, nggak bakal ada kesepian." sahut Vanessa.
Pika terbatuk sejenak, "temenan itu kayak pacaran ya. Sedih kalo sadar bakal LDR." Katanya.
"Jangan salah. Sahabatan sama pacaran itu sama aja, cuma kalo sahabatan jangka waktunya bisa jadi lebih panjang dari pacaran." kata Tata.
"Sama aja kayak pacaran, kunci keberhasilan persahabatan kita nantinya adalah komunikasi. Selama komunikasi oke, aku pikir nggak ada masalah. Kuat kuat LDR berempat." lanjut Vanessa.
"Aduhhh, mau tidur ada bahasannya berat banget ya kita. Mimpi buruk nih lama-lama." Omelku.
Cekikikan mereka bertiga mulai bisa aku dengar. Kami memaksakan tidur karena besok pagi sekali Tata dan Vanessa harus fokus menjalani ujian mereka. Ujian penentu masa depan mereka.
Karena pada dasarnya kita tidak akan benar-benar bisa berjauhan dengan orang yang kita sayang....
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Aku Tau |✔
RomansaSeri 2 'Seharusnya Aku Tau' Disaat aku tak tau harus melangkah maju atau mundur. Disaat semua terus terasa abu-abu, maukah kau ubah abu-abu ku menjadi pelangi kita?