Chapter 10. Perbaikan

387 65 8
                                    

A Priori ch. 10 Perbaikan

Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.

"

Aku selalu berharap tidak lagi bertemu dengan mu. Kalau pun bertemu aku benar-benar ingin membalaskan rasa sakit hatiku.

Tapi mengapa aku selalu merasakan rasa kasihan jika melihat wajah mu? Bahkan sampai sekarang." Ucap Zia dengan raut wajah sedih dan sesekali menampilkan raut wajah kesalnya.

Sungguh bagi Zia kenangan masa lalu yang sangat ia benci ialah harus bertemu dengan Azka dan masa depan yang tidak ingin ia milik adalah kembali bertemu dengan Azka tapi takdir bagaikan penghinat untuknya.

Azka dan Zia harus kembali bertemu bahkan dalam situasi yang sangat berbahaya sekalipun.

*** **

Pagi datang dengan bukti sinar matahari yang masuk menembus celah kaca dari kamar rawat Azka, dengan malas sosok lelaki yang awalnya tidur berbaring sekarang mengacak rambut hitamnya dengan gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi datang dengan bukti sinar matahari yang masuk menembus celah kaca dari kamar rawat Azka, dengan malas sosok lelaki yang awalnya tidur berbaring sekarang mengacak rambut hitamnya dengan gusar.

Dengan perlahan Azka membuka matanya dan sesekali memejamkan matanya kembali karena masih belum terbiasa dengan sinar matahari.

Ketika mata Azka benar-benar terbuka, dia menengok kerah samping dan mendapatkan Zia tertidur dengan posisi duduk menelungkup dengan kepala di atas tempat tidurnya.

"Sekarang bagaimana cara ku untuk tidak mengatakan kalau dia memang mirip seperti kucing yang dengan manis menemani tuannya tidur." Ucapnya dengan senyum tertahan, dengan perlahan Azka turun dari tempat tidurnya lalu diangkatnya tubuh Zia ke atas tempat tidur.

Setelah memastikan Zia dalam posisi yang nyaman Azka dengan perlahan menuju tempat tidur lain disisi kanan sambil menarik tiang infusnya. "Baiklah aku percayakan semuanya kepada kalian" ucap Azka sambil meletakan alat komunikasi ditelinganya.

Setelah malam itu Azka memberikan seluruh yang dia tahu tentang pamannya itu kepada devisinya melalui email tanpa sepengetahuan Zia.

"Membosankan." ucap Azka sambil merebahkan dirinya diatas tidur. Tatapannya lurus keatas sambil menerawang dan berusaha mengusir rasa penasarannya tentang hubungan pamannya dengan organisasi mawar hitam dan apa kah pamannya yang telah membunuh seluruh keluarganya.

Azka hanya bisa membuang napasnya dengan gusar, lalu memiringkan posisi sehingga bisa melihat dengan jelas wajah Zia yang tengan tertidur di tempat tidur samping.

"Sekarang aku harus bersabar dan menjaga kucing yang sombong..." ucapan Azka terhenti ketika melihat pergerakan kelopak mata Zia yang tampak akan membuka, dengan sengaja di tutup matanya agar tampak seperti orang yang tertidur agar dapat menipu Zia.

✔️A Priori : With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang