Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.
Sebelumnya
Zia dengan perlahan menepuk-nepuk bahu Azka berniat membangunkan pemuda itu. "Azka.", "Hei Azka." Panggil Zia berkali-kali sambil terus menepuk dan sesekali membersihkan keringat Azka.
Perlahan mata Azka tebuka ketika merasakan belaian menenangkan milik Zia hingga air matanya jatuh karena merasa terselamatkan.
Kenangan itu datang lagi, mimpi buruk yang sudah dilupakannya itu kembali datang.
*****
"Ini minumlah dulu" Zia menyerahkan sebuah cangkir berisi air putih dingin yang didapatnya dari dapur tapi ia tidak mendapatkan balasan dari Azka.
Azka menatap kearah luar jendela sambil mengingat mobil mainan itu, dimana ia meletakkannya. "Jangan-jangan... Aww! Ya Zia".
Zia menjambak rambut Azka tanpa perasaan sambil melotot, "Aku sedang baik hati mau mengambilkan air untuk mu dan kau tidak mempedulikannya!!" amuk Zia tidak terima.
"Zia maaf kan aku." Ucap Azka lemah tapi tetap bisa didengan dengan jelas oleh Zia.
"A-apakah sakit? Maaf kan aku Azka." Ucap Zia melembut.
Azka menyembunyikan senyum miringnya karena berhasil sekali lagi kabur dari amukan Zia walau sepenuhnya dia hanya memanfaatkan kabaikan hati Zia yang jarang diketahui oleh orang lain.
"Cepat minum dulu." Ucap Zia sambil menyodorkan gelas minum kembali dan akhirnya disambut oleh Azka.
Candaan dan keceriaan dirumah itu kembali terdengar oleh keributan yang memang membuat sore itu menjadi lebih menyenangkan untuk mereka.
Tapi tanpa mereka ketahui dari balik keceriaan itu ada sebuah teropong hitam yang terus mengawasi mereka.
"Aku menemukan mereka, nampaknya mereka tidak memiliki benda itu." Ucap orang itu sambil menutup sambungan telponnya dan mejauh dari posisinya dengan memberikan senyum kecut bagai meremehkan kebahagiaan yang dia lihat sejak tadi.
Azka melihat itu, melihat dengan jelas seseorang yang terus memperhatikan mereka sejak tadi tapi hanya sebatas bayangan hitam yang menggangu. "Kurasa aku sudah menemukan yang ku inginkan. Ayo kita kembali Zia." Azka bangkit dari duduknya sambil menggengam tangan Zia kuat.
Mobil hitam Azka melaju cepat menjauhi rumah yang menjadi awal mimpi buruknya itu, "Mengapa lagi-lagi orang itu seperti mebiarkan mereka begitu saja, apa yang di incarnya dan siapa dia?" pertanyaan itu terus berputar di kepala Azka serta ada perasaan menggangu yang mebuatnya menjadi lebih terancam dari biasanya.
Zia menatap Azka dengan lekat dari tadi dia tidak dapat mengerti apa yang sedang ada di pikiran Azka hingga terus menyeretnya kesana kemari dan itu membuatnya bingung, beberapa kali ia sudah berusaha membuat lelaki itu untuk menjawab petanyaannya tapi tidak ada satupun di jawab "Hei Azka kita mau kemana lagi, Azka!!" teriak Zia hingga membuat Azka menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Hei, Azka apa kau ingin membuatku cepat mati!!" teriak Zia lagi.
Azka tersadar dari lamunannya lalu menengok ke arah Zia dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi beberapa saat senyum miring yang selalu dibuatnya muncul "Terkadang kau memang sangat berguna wahai kucing manis ku." Ucapnya sambil menarik hidung Zia.
Perkataan Zia tentang cepat mati hal itu mengingatkkannya akan tindakannya dulu, ia ingat menaruh mobil pemberian kakenyya dulu di bawah pohon mati dekat dengan rumah yang didiaminya sekarang, "Kita harus bergegas sebelum mereka." Ucapnya lalu kembali melajukan mobil hitamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️A Priori : With Me
AcciónSelesai-end "Kematian merupakan akhir dari kehidupan semua mahluk hidup di dunia ini. Akan tetapi bagaimana jika kematian lah awal dari kehidupan itu sendiri." Azka Shoutwellm harus kuat menghadapi kenyataan bahwa seluruh keluarganya harus mening...