A Priori ch. 8 Kepemilikan
Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.
Perasaan senang yang tidak bisa ditutupi Zia membuatnya langsung menuju ke samping tempat tidur Azka dan menunggu mata Azka membuka.
Azka merasakan matanya masih kurang bisa melihat jelas karena cahaya yang tiba-tiba masuk sehingga perlu beberapa detik untuknya melihat secara sepenuhnya, "Zia?" ucapnya pertama kali ketika membuka mulutnya.
*****
"Maaf Zia, kami akan pergi dulu untuk menyiapkan segala keperluan Azka jadi kami boleh minta tolong menitipkan dia kepadamu sebentar?" ucap Nadia sambil mendorong Ardi keluar dari kamarawat Azka.
"Hei kenapa kau juga mendorong ku keluar?" ucap Ardi tidak terima karena rencana untuk beroto bareng Zia aktris kesukaannya tiba-tiba saja menghilang.
"Ini urusan yang mudah." Ucap Nadia sambil mengedipkan matanya, sehingga Ardi mengerti lalu tertawa ketika menyadari apa sebenarnya maksud Nadia.
"Ahahaha dasar anak muda." Ucap Ardi sambil terus tertawa.
Azka sekarang bisa menyeimbangkan cahaya yang masuk matanya, yang semula buram sekarang matanya benar-benar melihat lekatnya manik mata lain didepannya.
"Azka." Ucap sosok itu membuat Azka memaksakan matanya untuk cepat bekerja seperti semula.
Suasana masih hening hanya menggemakan panggilan saling menyahut antara Azka dan Zia, "Apa?" balas Azka ketika menyadari Zia yang berada disamping kanannya.
"Apa ada yang sakit? Apa perlu ku panggilkan Dokter?" tanya Zia lembut dan sedikit berhati-hati menanyakan keadaan Azka yang sekarang sudah duduk tegak dengan sedikit menahan sakit ditangan kanannya yang dia sangat tau bahwa disanalah peluru yang sempat bersarang semalaman ketika Azka menolongnya.
Mata Azka terus mengawasi sikap Zia yang sekarang melambut kepadanya, didalam benaknya ia tahu bahwa ada bercak rasa bersalah dimata sosok wanita rapuh itu, dan dengan sebuah senyuman mungkin bisa mengurangi bebannya.
"Duduk lah dini dulu." Ucap Azka masih dengan senyumnya menepuk-nepuk ruang yang cukup untuk Zia duduk di sampingnya.
Mata Zia meragu tapi badannya mendekat tanpa ragu, sekarang kulit Zia dapat merasakan sedikit kehangatan ketika menyentuh lengan Azka disampingnya.
"Tenanglah, ini tidaklah sakit dan bagaimana dengan mu? Apa kau terluka?" ucap Azka sambil dengan cepat menarik Zia hingga duduk dipangkuannya dan mulai memeluknya dari belakang sambil menghirup harum apel dari rambut Zia dan sesekali di tariknya sehingga membuat pemiliknya sedikit meringis.
"Tidak, aku tidak terluka." Ucap Zia menggelengkan kepalanya. "hmmm..." balas Azka masih melakukan kegiatannya tanpa niat berhenti.
Sudah lebih dari 10 menit Zia membiarkan Azka melakukan apa yang di inginkannya seperti menarik bahkan mengacak-acak rambutnya hingga rasa sabarnya hilang, "Hentikan! Sebenarnya kau ini sedang apa?!" ucap Zia membuat kegiatan Azka terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️A Priori : With Me
AcciónSelesai-end "Kematian merupakan akhir dari kehidupan semua mahluk hidup di dunia ini. Akan tetapi bagaimana jika kematian lah awal dari kehidupan itu sendiri." Azka Shoutwellm harus kuat menghadapi kenyataan bahwa seluruh keluarganya harus mening...