Chapter. 46 Pengakuan Dosa

84 10 0
                                    

Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.

Sebelumnya ...

Beberapa luka tidak dapat di hindari.

Amukan api dan asap yang tebal mengganggu penglihatan dan pernapasan setiap orang .

Azka mengincar tepat kearah Durlan. Mendekat dan semakin mendekat.

***

Beberapa perlawanan telah menjalani jalan buntu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa perlawanan telah menjalani jalan buntu. Beberapa polisi telah pada posisinya untuk menyebar dan bertahan secara bersamaan.

Dengan banyaknya kekacauan yang terjadi  perkelahian induvidu Azka dan Durlan tidak menjadi fokus semua orang.

Dengan ke ganasan masing-masing Durlan dan Azka saling menembakkan pukulan masing-masing. Bahkan di tangan Azka sudah tertahan tingkat milik Durlan hingga mereka masing-masing terjerat dengan keadaan imbang.

Baku tembak terus terjadi dan meramaikan tempat kejadian.

Dengan licik Durlan mengambil pisau kecil yang tersimpan dalam saku jasnya. Dengan gerakan yang gila Durlan menirehkan luka ditangan kiri Azka yang memegang kuat tongkatnya.

Dengan darang yang terus menetas Azka menarik kuat tongkat kayu yang di miliki Durlan.

"A ambil tongkat itu. Aku mendapatkan sunyal elektronik di dalamnya!" Ucap Alda yang berbicara dari alat komunikasi mereka.

"Aku akan membantumu." Ucap Raka dengan cepat mendekati Azka.

Azka menahan tongkat Durlan dengan keras kepala. Bebda itu ada di sembunyikan tepat disamping bajingan ini setiap saat. Pantas saja sulit untuk di lacak.

Dengan sedikit goyah Azka melimpat ke samping ketika melihat mata Durlan yang berpindah dari tangannya ke arah kepalanya.

Benar saja jika salah sedikit maka pisau itu akan melukai matanya.

Mata Azka memunculkan ejekan lucu.

Bagaimana bisa kakeknya kalah dan mati di yangan orang gila ini jika tanpa sesuatu yang mengancamnya dan membut melanggarkan perhatian kakeknya.

Mata Azka terus menatap ke arah titik merah yang tiba-tiba muncul di sela perkelahian mereka.

Tembakan jarak jauh.

Milik siapa?

Azka menarik kuat tongkat itu dengan tergesa-gesa sampai suatu ketika tembakan menggema.

Azka mendapat kejutan, tidak jauh dari posisinya tadi tertanam sebuah jejak peluru.

Benar saja Durlan tidak akan membiarkannya hidup.

"Mati kau!!" Teriak Durlan sambil terus menyerang Azka dengan gila.

Tangan Azka telah berkumuran darah dan mengakibatkannya sedikit pusing.

✔️A Priori : With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang