Chapter 2. Pendengaran

611 110 7
                                    

A PRIORI Chapter 2. Pendengaran

Azka benar-benar merasa telah dijebak sepenuhnya oleh ketua devisinya sendiri dalam memberikan misi.


Sekarang ia bahkan harus tiba-tiba pergi menuju daerah bukit karena disanalah ia akan memulai misi. "Malam ini begitu dingin" ucap Azka sambil mempercepat laju motor yang ia gunakan.

Di tengah perjalanan tiba-tiba mata Azka menangkap sosok wanita yang tengah berdiri sambil sesekali menendang mobilnya.

"Lihat bagaimana cara aku melindungi sosok mengerikan seperti dia." Ucap Azka sambil memperlambat laju motor yang digunakannya dan memutuskan untuk berhenti di seberang jalan dari tempat mobil dan Zia berada.

Zia terus saja menyalurkan kemarahannya pada mobil yang baru saja ia gunakan. "Cepat jemput aku!!" Ucapnya kepada penerima telpon diseberang sana.

"Aku tidak mau tau. Mobil ini tiba-tiba saja mati dan tidak mau bergerak." Ucap Zia lagi dengan nada marah.

"Lihat dia sekarang bahkan masih pintar dalam memaki Ahahaa." Azka masih duduk diam di atas motornya dan terus memperhatikan Zia dalam diam. Malam semakin larut jalanan semakin sunyi dan sepi.

Zia memutuskan masuk kedalam mobil dan menunggu managernya untuk menjemputnya. "Mengapa begitu lama?" Ucapnya resah dan terus memainkan hpnya.

"Mengapa kau belum sampai?" Ucap Zia kembali menghubungi Rina. "Apa aku masih harus menunggu 2 jam! Apa tidak bisa lebih cepat?" Ucap Zia pasrah.

Sebuah mobil hitam mendekat dan berhenti tepat di depan mobil Zia. Karena menyangka itu adalah mobil yang menjemputnya, maka Zia keluar, "Ku kira aku harus benar-benar menunggu 2 jam." Ucap Zia sambil mendekati mobil hitam.

Sebelum Zia membuka pintu mobil tiba-tiba keluar beberapa orang dan membekap mulit Zia dan menariknya masuk secara paksa kedalam mobil.

Azka menatap kejadian itu dan dengan segera mengikuti laju mobil yang membawa Zia. Balapan di tengah malam yang dingin mungkin menjadi situasi yang mengingatkan Zia kembali dengan kejadian seperti ini di masa kecilnya dan kejadian yang tidak lama terjadi.

Zia menangis ketakutan, badanya bergetar dan merasakan bahwa ia seperti di teror dalam kegelapan. Mulutnya di tutup secara paksa dengan plester dan matanya di tutup kain hitam dengan tangan diikat kencang. "Diam jangan banyak bergerak." Ucap penculik itu membuat Zia menjadi tegang tanpa berani bergerak.

Azka menghentikan motornya tepat didepan sebuah gudang tua yang tampak tidak terpakai.

Dengan hati-hati Azka masuk tanpa membuat sedikit suara dan memukul dua orang yang tengah berjaga di dekat Zia, setelah cukup mengenal situasi Azka mendekati Zia dan membisikan "Tenang lah aku sudah di sini." Azka mulai meletakan sebuah aerphone yang berputar lagu untuk menenangkan Zia yang tampak ketakutan dilepaskannya ikatan tali dan penutup mata serta kain yang terikat di mulut Zia.

Mata Zia masih tertutup rapat tidak berani membuka dan membiarkan dirinya diangkat oleh seseorang yang ia anggap sebagai penolongnya.

Dengan langkah tergesa-gesa Azka membawa Zia keluar dari gudang itu untuk menghindari kesadaran dari para pencilik itu bahwa sandra mereka telah hilang.

Dengan cepat Azka menaiki motornya bersama Zia yang telah duduk dibelakang menggunakan helm yang ia pakaikan sebelumnya. Azka meletakan tangan Zia melingkar di pinggangnya dan membiarkan angin menghempas kuat saat kepergian mereka menuju tempat tujuan awal Azka.

Sesampainya di gerbang sebuah penginapan Azka segera memarkirkan motornya sambil memegang tubuh Zia yang tampak tertidur dengan sebelah tangannya.

Rina yang berada diluar gerbang menyadari bahwa sosok wanita yang dibawa oleh sang pengendara itu adalah Zia, "Dimana kau menemukannya dan terimakasih telah membawanya kembali." Ucap Rina menyangka bahwa Azka merupakan salah satu dari staf yang bekerja dan mbantunya dalam mencari Zia.

"Sepertinya dia tertidur." Ucap Azka sambil mengakat Zia dengan kedua tanganya lagi sambil mengikuti Rina yang menuju masuk kedalam penginapan.

Rina segera membuka kamar milik Zia dan mempersilahkan orang itu meletakan Zia berbaring diatas tempat tidur dan terus berterimakasih. "Aku sungguh berterimakasih" ucap Rina. "Sama-sama. Aku permisi dulu." Ucap azka sebelum meninggalkan kamar.

*****

Sinar matahari pagi telah memasuk diantara sela jendela yang membuat Zia mau tidak mau harus membuka matanya. "Bagaimana kedaan mu?" Ucap Rina yang memang berada di kamar itu juga.

"Aku tidak baik-baik saja. Asal kau tau aku sangat ketakutan semalam. Para penculik itu datang kembali." Ucap Zia dengan sedikit meninggikan suaranya. Rina yang mendengar ucapan Zia dengan cepat memeluknya dan menenangkannya. "Tenanglah kau sudah aman." Ucap Rina menenangkan.

Setelah beberapa menit Zia sudah kembali tenang. " Apa kau tau siapa yang menolong ku?" Ucap Zia sambil menyuap bubur yang diberikan Rina.

"Ku rasa ia salah satu dari kru yang ikut mencari mu semalam." Ucap Rina sambil kembali berdiri dan menyiapkan beberapa baju.

"Apa jadwal hari ini?" Tanya Zia disela makannya. "Nanti siang kita akan melaksanakan pembacaan naskah." Jawab Rina. Zia telah bersiap dan selesai dirias oleh beberapa make up artisnya segera menuju tempat diadakan pembacaan naskah tapi sesaat keluar kamar mata zia terbelalak menemukan sosok lelaki yang berjalan mendekati Kearahnya. "Kau!" Ucap Zia sehingga Azka menghentikan langkahnya.

Azka memandang Zia dari atas sampai bawah, membuat beberapa kesimpulan atas keadaan wanita yang semalam diculik. Setelah merasa cukup Azka kembali melangkahkan kakinya melewati Zia.

"Tunggu!" Ucap Zia berbalik ke arah Azka. Langkah Azka terus berlanjut dan menganggap ucapan yang diucapkan oleh Zia bagai angin lalu yang tidak perlu ditanggapi.

Dengan cepat Zia menarik tangan Azka sampai membuat pemuda itu berpaling. Keheningan kembali terjadi dintara mereka.

"Kenapa?" Ucap Azka memecahkan suasana yang canggung, Zia tersadar setelah suara Azka terdengar. "Azka." Ucap Zia dengan nada memastikan.

Sekarang senyum tipis penuh misteri terpatri tepat didepan Zia, pemuda yang awalnya seperti mengabaikannya tiba-tiba memberikan ingatan masa lalu yang telah ia lupakan.

~ SEE YOU~

BY : Rp

✔️A Priori : With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang