Chapter 18. Runtuhnya Ingatan

262 28 2
                                    

Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.

Sebelumnya

-----

"Kita semua juga tidak mau membuatnya menunggu tapi kita harus memastikan keselamatannya dan warga sekitar. Jika memang mereka memasang bom itu maka kita yang pergi tanpa rencana yang matang maka semuanya akan berakhir." Jelas Ardi dan dibalas anggukan dari Nadia.

Azka mengepalkan tangannya kuat karena semua yang dikatakan Ardi benar adanya, "Zia ku mohon bertahanlah."

-----

Zia perlahan terbangun tapi kegelapanlah yang menyambutnya, lagi-lagi dalam waktu singkat Zia harus kembali merasakan kengerian ini tapi kali ini perasaannya sungguh tidak nyaman seperti perasaan yang membuatnya berpikir jika semuanya ini hanya jebakan dan itu membuatnya takut.

"Sepertinya dia sudah sadar bos." Ucap salah seorang pesuruh Durlan.

Sorot mata Durlan menatap Zia sebentar lalu memberikan senyumannya sambil membersihkan senapan laras panjangnya yang berwana hitam legam dan memberikan tanda pergi kearah orang-orang yang ada di sekitarnya untuk hanya meninggalkan ia dan Zia saja.

"Bagaimana keadaan mu Zia? Tidak ku sangka kita lagi-lagi harus bertemu."

Zia mendengar suara itu, suara yang tidak pernah ia lupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zia mendengar suara itu, suara yang tidak pernah ia lupakan. Tubuh Zia menegang dan panik berusaha untuk kabur, ingatannya kembali berulang dimana ia melihat dengan matanya sendiri darah yang mengalir mengotori wajahnya yang merupakan darah dari sosok managernya yang terdahulu.

"hppp hpppp." Teriak Zia tertahan dengan gerakan memberontak tapi semua apapun yang dilakukannya hanyalah sia-sia.

"Tidak kusangka kau berani berhubungan dengan polisi padahal aku sudah melepaskan mu begitu saja." Ucap Durlan sambil menatap Zia dari posisi duduknya.

Zia hanya bisa menangis ketika merasa tubuhnya sudah lelah melawan, dirasakannya perih ditiap kulitnya ketika bergesekan dengan tali yang mengikatnya dan sudah dipastikan kulitnya pasti sudah memerah dan menimbulkan lecet hingga menimbulkan nyeri tiap Zia berusaha memberontak.

"Diamlah, kau tidak akan ku apa-apakan karena aku menginginkan benda itu. Tidak kusangka anak kecil yang berhasil lari kembali sendiri dan dengan bodohnya berani melawan ku." Ucap Durlan sambil berjalan mendekat kearah Zia.

Anak kecil? Apakah maksud dia adalah Azka. Tidak kumuhon Azka jangan kesini. Pikir Zia.

------

Azka membongkar mobil mainan yang tampak usang dan membersihkan mainan itu dari tanah yang menutupinya. "Tidak kusangka kakek bahkan menaruhnya di sini." Ucap Azka miris.

✔️A Priori : With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang