Chapter 24. Makna Masa Lalu

202 24 4
                                    

Bacalah dengan posisi yang nyaman dan jangan membaca terlalu dekat, ingat 30 cm adalah jarak yang paling minimal untuk aman mata.

Sebelumnya

Azka  tersenyum dibalik masker hitamnya. Yang benar saja ia sejak tadi terkejut ketika menemukan tempat Rina merupakan sebuah caffe dengan dipenuhi orang sekelilingnya.

"Bahkan ia sekarang memamerkan ku pada semua orang. Apa aku harus senang atau bagaimana." Gumam Azka sambil melihat ke arah Zia.

•••

Kehadiran mobil hitam yang tak jauh di depan Azka pun membuat senyumnya merakah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kehadiran mobil hitam yang tak jauh di depan Azka pun membuat senyumnya merakah.

  Sosok seorang dewi memang tidak akan hanya memikat seorang Dewa saja bahkan Dewa kematian pun mendekat.

Keramaian yang di akibatkan Zia semakin memggila. Sekarang sudah pada tahap penutupan dan sesi terakhir yaitu menyapa para penggemar yang memas sudah sejak pagi berdesak-desakan demi melihat Zia.

Semakin siang karena sudah mendekati jam 2 matahari yang semakin terik membuat napas Zia menjadi lebih sulit.

"Zia sebentar lagi tahan ya." Bisik Rina karena melihat gelagat Zia yang mulai resah.

Entah sejak kapan ini menjadi ketakutan Zia sendiri. Padahal dulu keramaian tidak akan membuatnya susah bernapas.

Mengapa aku mulai pusing.

Zia menahan seluruh rasa sesak yang mulai membuatnya susah berdiri. Sekarang sudah selesai. Tinggal keluar dan masuk kedalam mobilnya.

"Terimakasih banyak" ucap Zia sambil sedikit menunduk bersama artis dan aktor lainnya.

Sekarang untuk keluar dari kerumbunan orang pun membuatnya semakin sulit bernapas. Tapi tiba-tiba sebuah tangan membekapnya kuat.

"Az- azka!" Ucap Zia terkejut ketika menyadari siapa yang sekarang disampingnya.

Mata hitam dibalik topi hitam yang hampir menutupi semua wajahnya tidak membuat Zia lupa bahwa itu Azka.

Sttt. Aku hanya melakukan pengawalan seperti biasanya. Kucing ku. bisik Azka dengan sedikit menundukan wajahnya.

Semua berjalan lancar hingga Zia kembali ke dalam mobilnya. Azka hanya mengantarkannya sampai ke pintu mobil dan kembali menghilang.

"Seperti biasanya? Apa maksud dia." Ucap Zia sambil menatap punggung Azka yang mulai menghilang.

Tapi entah mengapa rasa sesak itu menghilang sejak Azka didekatnya. Sekarang degup jantung Zia memuncak. Panas diwajahnya membuatnya sulit untuk menutupinya.

✔️A Priori : With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang