Jilid 11

531 9 0
                                    

Hoan Eng terkesiap. 

Pada jaman itu, kiamkek (ahli pedang) yang kesohor di wilayah Tiongkok adalah: "Di Selatan Thio Tan Hong, di Utara Ouw Bong Hu, di Barat Yang Cong Hay, sedang di Timur adalah Cio Keng Tauw. Thio Tan Hong dan Ouw Bong Hu sudah lama mengundurkan diri dari pergaulan umum, Cio Keng Tauw kabur ke seberang laut sebagai pemburon lantaran merampok pedang mustika dari istana dan hanya Yang Cong Hay yang masih malang melintang di daerah Tiongkok Barat daya, di mana ia sudah melakukan banyak perbuatan terkutuk. 

Sepanjang warta, ia adalah jago Ceng-shia-pay (Partai kota hijau), tapi para tetua partai itu ternyata tak sanggup mengendalikan lagi tingkah lakunya. Dengan menunggang seekor Toa-lwee-gie-ma, sudah terang ia sekarang menjadi kaki tangan kaisar dan "Yang-thayjin" itu yang disebut-sebut oleh para Wiesu, tentulah ia adanya.

Hoan Eng menyedot napas dalam-dalam untuk menenteramkan hatinya. 

"Baiklah!" katanya. "Aku akan mengantar kau!"

 Ia maju setindak dan sekali membalik tangan, golok Biantoo sudah menyambar. Bacokan itu yang dilakukan secara tidak diduga-duga, sudah cepat luar biasa, tapi Yang Cong Hay tidak kalah cepatnya. Sembari tertawa dingin, ia mementil dengan kedua jerijinya. 

Beratnya sabetan Hoan Eng ada beberapa ratus kati, tapi, begitu terpentil, golok itu mental!

Dan pada saat itu, Yang Cong Hay sudah menghunus pedangnya seraya membentak: "Rasakan pedangku!"

Hoan Eng yang sudah kenyang menghadapi lawan-lawan berat, lalu melancarkan serangan berantai, dengan tendangan, sabetan tangan dan bacokan yang semua merupakan serangan mati-matian. 

Yang Cong Hay kembali tertawa dingin dan berkelit sembari menikam. 

"Bret", pundak Hoan Eng tergores pedang! 

Dengan tikaman itu, Yang Cong Hay sudah berlaku murah hati lantaran ia ingin sekali dapat membekuk Hoan Eng hidup-hidup guna mengorek keterangan dari mulutnya. 

Jika mau, dengan mudah ia dapat menobloskan tulang pundak musuh.Dulu, paman Hoan Eng mempunyai kedudukan setingkat dengan Thio Hong Hu dan dikenal sebagai salah seorang dari "Tiga Jago Kota Raja". 

Dengan mewarisi ilmu silat turunan, ia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi. Begitu pundaknya tergores, ia meloncat mundur dan selagi Yang Cong Hay mau menikam pula, tiba-tiba ia membentak keras sambil membacok dan menendang. 

Pukulan ini sangat tersohor dan dinamakan pukulan Houw-wie-kak-tiong-ma-to (Tendangan buntut harimau bacokan kuda kabur). Orang yang bisa mengelit bacokannya, tak nanti mampu mengegosi tendangannya. 

Akan tetapi, Yang Cong Hay bukan lawan biasa dan dengan meloncat mundur, ia dapat menyingkir dari dua serangan itu.Di lain pihak, sembari membacok dan menendang, Hoan Eng terus menubruk ke depan dan menerobos keluar dari kurungan api. 

Selagi meloncat, ia menyembat dua batang cabang pohon yang berkobar-kobar untuk menimpuk musuhnya. Yang Cong Hay mengebas dengan tangannya dan kedua batang itu jatuh di tempat yang terpisah kira-kira tujuh kaki dari badannya. 

Akan tetapi, perbuatan Hoan Eng ini ada hasilnya juga, yaitu sudah membikin binal kuda Yang Cong Hay. 

Ketika akhirnya hewan itu dapat dibikin jinak, Hoan Eng sudah lari agak jauh.

Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, Yang Cong Hay bernyali besar dan ia lantas saja mengubar."Kawan! Hayo membantu!" berseru Hoan Eng.

"Keluar! Aku tak takut!" berteriak Yang Cong Hay dengan suara mengejek.

Sekonyong-konyong di luar hutan terdengar suara berbengernya kuda. Yang Cong Hay mengeluarkan suara "hm" dan menduga, Hoan Eng benar-benar mempunyai kawan. Ia mengempos semangat dan mengubar seperti kilat cepatnya, dengan tujuan lebih dulu membinasakan Hoan Eng dan kemudian baru melayani musuh yang masih berada di luar hutan.

Pendekar Wanita Penyebar Bunga - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang