Jilid 15

465 7 0
                                    

Sementara itu, Bu Cin Tong sudah berkata pula: "Meskipun Pit-lauwtee belum lama menerjunkan diri ke dalam kalangan Rimba Hijau, akan tetapi, ia bukan seorang yang tidak mempunyai asal-usul besar. Aku merasa, Saudara-Saudara yang hadir di sini tentunya sudah pernah mendengar nama ayahnya."

"Siapa? Siapa?" demikian terdengar teriakan dari segala pelosok.

"Tiga puluh tahun berselang, ayahnya adalah seorang yang kenamaan dalam dunia Kangouw," kata Bu Cin Tong. "Cianpwee itu bukan lain daripada Cin-sam-kay (Menggetarkan tiga benua) Pit To Hoan! Sekarang ia mewarisi kedudukan ayahnya sebagai Pangcu dari Kaypang (partai pengemis) di Utara barat dan ia pun menjadi adik angkat Ciu San Bin, Kim-too-siauw-cee-cu di luar kota Ganbunkwan. Namanya adalah Pit Kheng Thian!"

Mendengar itu, biji mata si baju putih bergerak dua kali dan paras mukanya luar biasa.

Hoan Eng jadi tambah bersangsi. "Kau kenal ia?" tanyanya.

Pemuda itu yang sedang memusatkan perhatiannya kepada Pit Kheng Thian, menyahut secara menyimpang: "Hm! Kalau begitu, dia putera Cin-sam-kay? Kenapa dia tidak menjadi paderi? Kenapa dia kesudian menjadi Toa-liong-tauw?"

Harus diketahui, bahwa menurut peraturan keluarga Pit To Hoan, setiap anak lelaki yang sudah dewasa harus menjadi pengemis untuk sepuluh tahun lamanya, kemudian menjadi hweeshio untuk sepuluh tahun lagi dan sesudah itu, baru ia dapat memelihara rambut, menikah dan berusaha seperti orang biasa. 

Jika Pit Kheng Thian mentaati peraturan keluarga itu, dalam usianya kira-kira belum cukup tiga puluh tahun, semestinya ia tengah menjalankan tugas sebagai paderi.Hoan Eng merasa sangat heran. Si baju putih yang belum mengenal seluk-beluk kalangan Kangouw, agaknya banyak mengetahui asal-usul banyak orang ternama.

Meskipun Pit To Hoan sudah meninggal dunia lama berselang, namanya masih cemerlang. Baru saja Bu Cin Tong memperkenalkan jagonya itu, seluruh ruangan lantas saja menjadi ramai dengan suara orang yang masing-masing berunding dengan kawan-kawannya. Semua orang gagah yang berada di situ sangat mengagumi Cin-sam-kay, akan tetapi terhadap puteranya yang baru saja dua tahun tampil ke muka, mereka belum merasa takluk, meskipun pemuda itu pernah melakukan beberapa pekerjaan yang menggemparkan.

"Orang-orang Lioklim yang masing-masing menganggap dirinya jagoan, tak gampang-gampang mau bertekuk lutut," pikir Hoan Eng. "Dilihat begini, Pit Kheng Thian rasanya harus lebih dulu membuktikan kepandaiannya."

Pit Kheng Thian menyapu semua orang itu dengan matanya yang angker bagaikan mata harimau. "Sebagaimana Saudara-Saudara mengetahui, waktu ini dunia sudah mulai kalut," katanya dengan suara nyaring. "Dikatakan orang, dalam jaman begitu, enghiong hidup menderita, yang hidup mewah kebanyakan adalah manusia-manusia rendah. Jika kita sekarang mengharapkan tangan kaisar untuk membereskan negara, adalah seperti mengharapkan embun tengah hari. Maka itu, usul Bu-lookhungcu untuk mengangkat seorang pemimpin Rimba Hijau adalah usul yang harus diselesaikan secara lekas. Akan tetapi, penunjukan supaya aku menjadi Toa-liong-tauw benar-benar merupakan kejadian yang dapat ditertawakan orang. Bukankah di tempat ini terdapat banyak sekali orang yang lebih tepat?"

Baru habis ia mengucapkan perkataannya, di seluruh taman lantas saja terdengar teriakan banyak orang berlomba-lomba mengutarakan pendapatnya.

"Kenapa Pit-lauwtee berlaku begitu sungkan?" kata Bu Cin Tong.

"Sedari dulu, enghiong muncul daripada kalangan orang-orang muda," seru seorang lain. "Kedudukan Toa-liong-tauw memang pantas ditempati Pit-ceecu."

"Siapa lagi yang berani merampas uang Ya-mun-su?" tanya seorang.

"Apakah orang lain berani mengacau di ibukota? Benar sekali perkataan Bu-lookhungcu, bahwa dua pekerjaan itu saja sudah mencukupi syarat untuk menjadi pemimpin kita."

Pendekar Wanita Penyebar Bunga - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang