Jilid 52

195 3 0
                                    

Sakada Eio menjadi jeri, ia balik tubuhnya, untuk
menyingkirkan diri. Ia dipegat Keng Sim, yang menendang
padanya, lantas saja ia terhuyung, karena dengkulnya adalah
yang kena ditendang itu. Justru itu, datang pula samberannya
Kheng Thian. Tidak ampun lagi, ia roboh dengan polonya
pecah berarakan.
Otonu licik, melihat kawannya terbinasa, ia lantas lari.
Jumlah tentaranya Pit Kheng Thian ini ada seribu lebih,
digabung menjadi satu dengan tentaranya Tiat Keng Sim,
jumlah mereka jadi melebihkan tentara musuh, maka itu,
sebentar kemudian, keadaan jadi terbalik, ialah sekarang
musuh yang kena dilabrak hingga mereka buyar dan lari
kucar-kacir, banyak yang terbinasa dan luka.
Kheng Thian hendak mengejar, untuk melabrak terus tetapi
Sin Cu cegah padanya.
"Lebih baik kita pergi membantui Yap Tongnia ," Sin Cu
usulkan.
"Jangan kuatir,"
Kheng Thian mengasi keterangan. "Aku sudah perintah Pit
Goan Kiong membawa seribu serdadu pergi ke sana."
Sin Cu tetap berkuatir, karena ia tahu musuh berjumlah
besar. Melihat ia sudah menang, Kheng Thian tidak
memaksakan kehendaknya. Keng Sim segera kumpuli
tentaranya dan menghitung. Yang terbinasa dan terluka ada
kira-kira enam puluh orang. Jumlah kurban ini kecil kalau
diingat hebatnya pertempuran, tetapi ia berduka, karena ia
insaf inilah tentara nelayan yang dilatih baik sekali oleh Seng
Hay San. Ia cekal tangannya Sin Cu, sembari menghela napas
ia berkata: "Aku pandai membaca kitab ilmu perang, nyatanya
kepandaian itu tidak dapat dipakai dalam perang yang
433
sebenarnya, buktinya telah terbinasa dan terluka begini
banyak saudara... Ah, mana aku ada punyai muka untuk
pulang dan menemui Yap Toako?"
Pit Kheng Thian lihat pergaulan orang yang erat itu, tak
senang hatinya, tetapi ia bisa mengendalikan diri. Maka sambil
tertawa lebar ia kata: "Menang atau kalah adalah umum
dalam peperangan, buat apa kau pikirkan itu? Kau bertentara
beberapa ratus jiwa, kau bisa layani seribu lebih serdadu
musuh, itu pun sudah bagus! Saudara, apakah she-mu?"
(bersambung)
CATATAN
1) hal 104, pertempuran itu diceritakan dalam Peng Cong
Hiap Eng (Dua Musuh Turunan). Dalam cerita tsb juga
diceritakan hubungan antara keluarga Pit dan keluarga Thio
Tan Hong.
2) hal 125, pertikaian tiga murid Peng Hweeshio diceritakan
dalam Hoan Kiam Kie Ceng (Sebilah Pedang Mustika) dan
Peng Cong Hiap Eng (Dua Musuh Turunan). Setelah sekian
lama menghilang, peta dan harta peninggalan Thio Su Seng,
yang petunjuknya berupa lukisan, akhirnya ditemukan oleh
Thio Tan Hong dalam cerita Peng Cong Hiap Eng

Kheng Thian lihat orang gagah, ia menyangka Keng Sim menduduki tempat penting dalam tentara rakyat, ingin bergaul erat dengannya.

Keng Sim perkenalkan dirinya, bahwa ia datang dari Tayciu
untuk menggabungi diri dengan Yap Cong Liu. Kemudian ia
menambahkan: "Pit Toaliongtauw, syukur kau keburu datang.
Terima kasih untuk bantuanmu ini."
Teng Bouw Cit lalu memperkenalkan terlebih jauh, katanya:
"Tuan ini ada putera dari Giesu Tiat Hong, yang di Tayciu
terkenal untuk ilmu silat dan ilmu suratnya. Baiklah kamu
bersahabat."
"Oh, kiranya satu kongcu..." kata Kheng Thian di dalam
hatinya seraya ia lirik anak muda itu. Karena ia melirik, ia
dapatkan Sin Cu, yang sudah lepaskan tangannya yang dicekal
Keng Sim, masih berdiri di damping si pemuda. Kembali timbul
rasa tak puasnya. Maka dengan tertawa tawar ia kata dalam
hatinya: "Ie Sin Cu ada satu wanita gagah, kenapa dia boleh
penujui mahasiswa begini macam?"
Berbareng dengan itu. Kheng Thian lantas ingat bahwa
orang yang Sin Cu paling puja adalah Thio Tan Hong, dan Tan
435
Hong pun seorang mahasiswa. Mengingat ini, kalau tadinya ia
cuma tak senang terhadap Keng Sim, dengan tiba-tiba saja ia
jadi bersikap "bermusuh" terhadap pemuda itu...
Sebaliknya adalah Tiat Keng Sim. Ia mulanya memandang
enteng kepada orang sebangsa Kheng Thian ini, tapi setelah
kekalahannya apa yang orang bilang, ia menyangka saja
mereka itu sahabat-sahabat erat, dari itu, ia turut tertawa.
Malam itu semua orang bergembira, maka juga Yap Cong Liu
melakukan keistimewaan, ialah ia menitahkan menyembelih
belasan ekor babi untuk mereka berpesta, guna memberi
selamat atas kemenangan mereka.
Keng Sim telah gunai satu ketika akan secara pribadi
menghaturkan maaf kepada Cong Liu.
Pemimpin itu tertawa, ia kata: "Tidak ada artinya! Aku
cuma pernah lebih sering bentrok sama perompak kate
(pendek) itu, aku jadi terlebih berpengalaman sedikit. Setelah
aku pikirkan, kata-katamu tentang ilmu perang Sun Cu itu
benar beralasan. Bukankah kau telah bilang, menurut kitab
Sun Cu itu, kalau musuh banyak dan kita sedikit kita mesti
menyingkir dari perang mati-matian? Aku pikir, memang satu
kali kita toh mesti bertempur secara memutuskan dengan
musuh perompak ini! Untuk itu, kita mesti mencari daya yang
paling menguntungi kita. Laoko, lain kali akan aku minta kau
menutur kepadaku tentang ilmu perang Sun Cu itu. Sudikah
kau, Laoko, menerima murid setolol aku ini?"
Keng Sim jengah sendirinya. Ia lihat Cong Liu pandai
merendah, meski sudah berjasa besar, dia tidak jumawa, dia
tidak mengagulkan diri. Ia kata: "Sekarang barulah aku insaf,
membaca kitab perang saja masih belum berarti. Aku berlagak
pintar, aku main kunya kata-kata Sun Cu, aku pakai bukan di
tempatnya! Pantas aku kalah. Cuma satu hal aku minta toako
sudi menerangkan padaku..."
436
Cong Liu tetap merendahkan diri.
"Baiklah Tiat Siang-kong yang memperka-takan itu, nanti
kita merunding bersama," ia bilang. Ia lantas saja ketahui
tabiat pemuda ini, maka itu, ia lantas bawa lagaknya
merendah.
"Toako," Keng Sim menanya, "kenapa kau ketahui musuh
mengatur tentara sembunyi?"
Cong Liu bertindak ke luar tenda sambil tertawa. Ia lihat di
luar tangsi, anak buahnya lagi repot menyembelih babi dan
kambing, suara mereka riuh. Jauh di atas rimba terlihat
burung-burung berter-bangan, masih ada yang belum terbang
jauh. Ia kata: "Tadi pagi di waktu kita memeriksa di atas
puncak, bukankah di sana tertampak banyak burung berterbangan?"
Ia maksudkan hutang alang-alang.
Tiba-tiba saja Keng Sim sadar.
"Ya!" sahutnya. "Jikalau di sana tidak ada tentara
sembunyi, tidak nanti burung-burung itu kabur terbang. Yap
Toako, kau pandai sekali memikir!"
"Inilah tidak berarti!" Cong Liu masih tertawa. "Setiap
orang tani mengetahui tentang ini, aku cuma pakai itu dan
memindahkannya ke medan perang..."
Keng Sim malu sendirinya. Ia mengarti sekarang bahwa
kepandaian tidak terdapat di buku saja.
Besoknya selagi berpesta, Yap Cong Liu mengajukan usul
mengangkat Pit Kheng Thian menjadi congciehui, yaitu
pemimpin umum, untuk pergerakan mereka menentang
perompak kate (pendek). Ia sendiri rela menjadi pembantu
437
saja. Tentang ini, ia sudah mengasi penjelasan kepada
orangnya, yang tidak menyatakan sesuatu.
Kheng Thian sangat setujui usul itu, meskipun di mulutnya,
di muka orang banyak berulang-ulang ia menampik. Ia
menanti saja saatnya untuk menerima "dengan terpaksa."
Adalah justeru sejenak itu, Keng Sim campur bicara.
"Tidak, inilah tidak dapat!" katanya. "Yap Toako sudah
sering menempur musuh, kau telah ketahui baik perihal
musuh itu, toako juga ada penduduk setempat, untukmu jadi
lebih banyak yang me-nguntungi. Kalau toako ditukar lain
orang, kendati dia pandai sekali, dalam hal pengalaman, dia
kalah dari toako."
"Tapi Pit Toaliongtauw mengepalai lima propinsi Utara,
sudah beratus kali dia berperang sama tentara negeri,
pengalaman perangnya itu lebih menang daripada aku."
berkata Cong Liu. "Laginya dalam hal menghadapi perompak,
kita harus bekerja sama, kita harus sering berunding. Aku
menjadi pembantunya toaliongtauw, apakah halangannya?
Toaliongtauw beratus kali lebih pandai daripada aku, baiklah
dia diminta menjadi pemimpin besar."
Keng Sim tidak mau mengarti. Ia tahu tindakannya Kheng
Thian yang bakal diambil: Lagi sekali dia berpura-pura
mengalah, lantas ia bakal menerima. Maka ia berkata pula:
"Memang, buat melawan perompak kita mesti bekerja sama,
bersatu padu! Kalau begitu, buat apa kita saling mengalah?
Laginya, berperang melawan tentara negeri beda dengan
berperang melawan perompak ini. Sekarang ini di pesisir dari
beberapa propinsi, siapa juga mengetahui toako adalah
pemimpin utama tentara rakyat, kalau toako ditukar sama lain
orang, banyak ruginya, sedikit kebaikannya. Toako hendak
menyerahkan kedudukan, itu tandanya toako pandai
menghormati orang sebawahan, dan Pit Toaliongtauw suka
438
mengalah, menampik kedudukan itu, ini pun menandakan
toaliongtauw jujur. Dua-dua toako dan toaliongtauw adalah
orang-orang yang harus dihargakan. Toako, sudah selayaknya
toako menerima baik penampikan toaliongtauw, dari itu harap
toako tidak mengalah terlebih jauh!"
Berpengaruh suaranya Keng Sim ini, maka juga beberapa
orang, yang tadinya setuju pemimpin mereka menyerahkan
kedudukan kepada Pit Kheng Thian, sekarang pada menahan
pula pemimpinnya itu. Bukan main mendongkolnya Kheng
Thian atas cegahannya Keng Sim ini. Tentu saja ia tidak dapat
berbuat apa-apa lagi. Dasar ia pandai membawa diri, lantas ia
tertawa lebar.
"Dasar Tiat Kongcu seorang sekolahan," katanya,
"pandangannya menjadi jauh dan luas, apa yang kukatakan,
telah ia mendahuluinya menguraikan. Ya, Yap Toako, kaulah
harapan orang ramai, jangan kau mengalah pula! Bukankah
perlawanan kepada perompak juga bakal ada hari
penutupnya? Di belakang hari masih banyak sekali urusan
besar dalam mana kita bisa bergandeng tangan dan bekerja
sama!"
Mendengar ini, Sin Cu tergerak hatinya. Ia heran. "Kenapa
Pit Kheng Thian lepehkan pula bahpauw yang sudah masuk ke
dalam mulutnya?" ia kata dalam hatinya. "Mungkinkah ia telah
merubah tabiatnya? Teranglah sudah ia ada mengandung
sesuatu maksud..."
Yap Cong Liu jujur, tidak pernah ia memikir curang, maka
itu, mendengar perkataannya Kheng Thian itu, ia bilang:
"Kalau Pit Toaliongtauw memaksanya, baiklah, aku terima
perintah. Toaliongtauw benar, kecuali perlawanan kita
sekarang terhadap pemberontak, di belakang hari masih ada
banyak urusan dalam mana kita harus bekerja sama. Aku
lihat, baiklah atur begini saja! Sekarang aku tetap menjadi
439
pemimpin tentara rakyat melawan perompak, tapi
toaliongtauw mesti jadi bengcu, kepada ikatan. Bukankah
toaliongtauw telah menjadi bengcu di lima propinsi Utara?
Maka lain kali, akan aku kumpulkan semua orang gagah kaum
Rimba Hijau di dua propinsi Kangsouw dan Ciatkang supaya
mereka memasuki ikatan toaliongtauw itu. Kalau nanti
perompak sudah dapat diusir pergi dan pesisir aman sentosa,
kami semua suka mendengar segala titah toaliongtauw."
Ini pun ada keinginannya Pit Kheng Thian, tapi untuk
sesaat ia masih menampik, setelah ia dibujuk, barulah ia
menerima, maka itu perjanjian lantas diperkuat. Mengenai
ikatan itu, Keng Sim tidak ketarik hati, dari itu, ia tidak campur
bicara. Ia pun tidak menyangka bahwa Pit Kheng Thian ada
menyimpan maksud yang dalam, bahwa Cong Liu hendak
dipakai tenaganya nanti.
Habis upacara perserikatan, Kheng Thian tarik Cong Liu ke
samping, untuk diajak bicara berdua saja. Mereka kasakkusuk.
Sin Cu dapat lihat kelakuan orang itu, ia tidak dapat
menduga apa-apa, ia hanya terkejut sendirinya tempo ia
dapatkan Cong Liu mengawasi padanya sambil bersenyum.
"Apakah bisa jadi mereka bukan sedang berdamai hanya
lagi membicarakan urusan-ku?" si nona menduga-duga. Ia jadi
bercuriga. Ia memandang kepada Kheng Thian, ia pun dapat
orang lagi mengawasi padanya. Lantas saja ia kata dalam
hatinya: "Di antara semua orang ini, yang ketahui aku wanita
cuma Pit Kheng Thian dan Pit Goan Kiong, jikalau mereka itu
membuka rahasia, terang sudah tidak dapat aku berdiam lebih
lama pula di sini."
Hatinya si nona menjadi lega pula kapan kemudian ia
dapatkan Cong Liu bicara terus secara wajar, terhadapnya
pemimpin itu tidak mengubah sikap.
440
Semenjak perginya Seng Hay San, Ie Sin Cu berdiam di
dalam sebuah tenda bertiga bersama Thio Hek dan Tiat Keng
Sim, tetapi malam itu, Yap Cong Liu menitahkan orangnya
membangun tiga tenda lagi, terus dia minta si nona dan Keng
Sim masing-masing menempati sebuah tenda, sebuah tenda
lagi untuk Pit Kheng Thian. Thio Hek tetap menempati tenda
yang lama. Alasan dari ini adalah supaya masing-masing
merdeka.
Keng Sim paling senang kalau orang hargakan padanya, ia
senang dengan ini cara perlayanan. Sin Cu tapinya bercuriga.
Dia halus perasaannya, lantas dia dapat menduga inilah pasti
ada buahnya kasak-kusuk Kheng Thian dengan Cong Liu tadi.
Dia menjadi tidak puas. Dia anggap Kheng Thian kurang
terhormat. Di lain pihak, dia senang mendapatkan sebuah
tenda. Memang dia kuatir, kalau lama-lama tinggal bersama
Keng Sim, pemuda itu nanti curigai atau pergoki dia. Maka itu
dengan gembira dia menghaturkan terima kasih kepada Cong
Liu.
Cong Liu telah mengatur pula pasukannya dengan rapi, ia
pun berserikat sama tentara rakyat di lain-lain tempat. Selama
itu, dia menjadi repot sekali. Pula selama itu, sikapnya
terhadap Sin Cu tidak pernah berubah, hingga si nona raguragu
kalau orang telah mengetahui rahasia penyamarannya
itu.
Lewat setengah bulan, selesai sudah segala pengaturannya
Cong Liu, perhubungannya dengan lain-lain pasukan rakyat
pun sudah erat, maka mulailah ia menggeraki pasukan
perangnya menggempur kawanan perompak. Dalam beberapa
kali pertempuran, musuh bisa didesak balik ke arah pesisir,
sampai di Seeouw, sepuluh lie dari tepi laut. Di sini perompak
itu dapat bertahan sebab mereka dapat bantuan serombongan
ronin, yang baru tiba dari negerinya.
441

Pendekar Wanita Penyebar Bunga - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang