Jilid 48

175 4 0
                                    

Sin Cu tidak ambil perduli sikapnya dua orang itu."Guruku sudah lama mengagumi gurumu yang kesohor," ia berkata, "sampai sebegitu jauh guruku tidak berjodoh untuk membuat pertemuan dengan gurumu, maka itu sekarang hendak aku mewakilkannya untuk menghadap Cio-lookiamkek. Aku minta Encie Bun Wan sukalah mengajak aku menemuinya.""Terima kasih, sebenarnya kita tidak berani menerima kunjunganmu," berkata Hay San, yang mendahului si Nona Cio.Thio Tan Hong benar masih muda dibanding sama gurunya tetapi Sin Cu omong demikian merendah, Hay San menjadi malu hati. Ia memang jujur dan polos sekali. Ia pun heran atas sikap sumoay-nya. Katanya di dalam hati: "Ini orang she Ie begini halus dan sopan, kenapa sumoay bilang dia ceriwis?""Tarolah kata ayahku ada di rumah, dia pasti tidak nanti menemui kau!" kata Nona Cio dingin. Agaknya hatinya menjadi panas pula."Sumoay, kau kenapa..."Hay San heran, ia tanya adik seperguruan itu, tapi ia dipotong si sumoay. "Kau... kau apa?" Si nona pun mendelik.Sebenarnya Hay San hendak menanya, kenapa adik itu bersikap tak manis, karena ia dipegat, ia lantas merubah haluan."Bukankah suhu sudah pulang?" demikian ia tanya. "Kenapa suhu tidak ada di rumah?""Siapa yang bilang ayah sudah pulang?" si nona membaliki, suaranya tawar."Toh kau yang mengatakannya tadi..." katanya."Kau melihat memedi barangkali! Kapannya aku bilang begitu?"Hay San menjadi heran sekali."Rupanya aku salah dengar," ia bilang. "Kuku garuda tadi bilang suhu sudah pulang maka juga dia telah datang kemari.""Memang beberapa hari yang lalu ayah telah minta pertolongan membawa surat, katanya lagi beberapa hari dia bakal pulang dengan naik kapal," berkata si nona. "Sampai sekarang ayah belum balik. Hm, kuku garuda itu liehay kupingnya, maka pantaslah dia dapatkan tikamannya!..."Tiba-tiba si nona berhenti bicara. Ia ingat bahwa yang menikam si kuku garuda adalah si pemuda ceriwis..."Jikalau begitu, aku tidak berjodoh untuk menemui Cio-lookiamkek," berkat a Sin Cu. Ia agaknya menyesal.Bun Wan masih bersikap tawar, ia tidak memberikan penyahutan.Sin Cu berdiri dengan hati tak enak. Ia tahu sebabnya sikap dingin dari si nona. Tadi ia telah kesalahan berbuat kurang manis. Karena terpaksa, ia rangkap kedua tangannya seraya berkata: "Pesan lisan dari Tiat Keng Sim telah aku sampaikan, di sini sudah tidak ada urusan apa-apa lagi, aku meminta diri.""Terima kasih untuk bantuan kau ini, Saudara Ie," berkata Hay San sambil ia membalas hormat."Tentang Tiat-suheng, kami sudah mendapat tahu. Memang sengaja Tiat-suheng meminta kau menyampaikan pesannya itu, supaya kami dapat berkenalan denganmu. Itu pun menandakan, Tiat-suheng pandang kau bukan seperti orang luar. Mengenai urusan Tiat-suheng itu, dari terancam bahaya dia pasti bakal mendapatkan keselamatannya, tentangnya tak usah Saudara buat kuatir."Ada maksudnya kenapa Hay San menyebutkan Sin Cu bukan orang lain. Perkataannya itu sebenarnya ditujukan kepada Cio Bun Wan. Sin Cu sebaliknya menjadi heran. Kenapa Tiat Keng Sim menyuruh ia menyampaikan pesannya itu? Mengenai urusannya Keng Sim sendiri, rupanya pemuda itu sudah mengatur segala apa. Apakah siasatnya itu? Ia tidak tahu, Keng Sim ingin ia datang ke Pek-see-cun, untuk belajar kenal sama Cio Bun Wan. Hanya sayang, kejadiannya ada di luar dugaan Keng Sim. Sebab ia justeru bentrok sama Nona Cio...Sin Cu kembali ke kota, bertemu sama Thio Hek, ia tuturkan pengalamannya selama dua hari.Thio Hek pun heran atas sikapnya Keng Sim itu, tak dapat ia menerkanya."Tentang Yap-toako, sudah datang beritanya," kemudian ia pun memberi keterangan. Katanya nusa lagi bakal ada datang orang untuk berhubungan sama kita. Cuma nusa lagi itu ada harian pemeriksaan atas dirinya Tiat Keng Sim oleh tiehu bersama pihak Nippon...Sin Cu ketarik hati, ia agaknya heran."Bagaimana kau bisa ketahui halnya peperiksaan itu?" ia tanya."Tentang itu telah ada permaklumannya," menjawab Thio Hek. "Banyak orang telah membilang hendak menonton sidang itu."Pemeriksaan secara terbuka itu ada keinginannya Tiat Keng Sim, ia menang dari tiehu. Pihak Nippon menerima baik permintaan itu karena kepercayaannya tak bakal terjadi sesuatu."Kalau begitu," berkata Sin Cu kemudian, "di harian sidang itu, kau baik berdiam di rumah, untuk menanti orang yang akan berhubungan dengan kita. Aku hendak pergi menonton."Thio Hek terima baik pengaturan itu.Sidang yang bakal dibuka itu adalah hal baru untuk kota Tayciu. Ada luar biasa yang tiehu hendak periksa perkara bersama-sama pihak asing, dan peperiksaan itu terbuka untuk khalayak ramai. Tapi untuk kebanyakan penduduk, yang mengarti keadaan, mereka itu mendongkol dan penasaran. Mereka membenci pihak asing itu, mereka tak puas terhadap tiehu, yang dikatakan pengecut sebab sudah membiarkan pihak asing mencampuri tahu wewenangnya.Demikian di harian peperiksaan, sejak pagi sudah berkumpul banyak orang di muka kantor, untuk menyaksikan sidang. Di antara orang banyak itu, Sin Cu menyelipkan dirinya.Kira tengah hari, tiehu dari Tayciu muncul bersama seorang pembesar Nippon yang tubuhnya gemuk. Melihat orang asing itu, banyak orang mengangkat tangannya untuk menunjuk."Dialah wakil Nippon, namanya Takahashi!" kata seorang.Takahashi itu datang bersama dua pengiring, salah satu di antaranya Sin Cu kenali sebagai Egukhi, dan ketujuh. Yang satunya lagi, menurut katanya seorang penduduk, adalah Segokhi, perwakilan militer Nippon di Tayciu, dan dia katanya ada dan keenam.Kapan tiehu sudah duduk di muka meja pengadilan, ia bawa aksinya. Ia menepuk meja, lantas ia mencabut sebatang ciam, yang ia terus lemparkan."Bawa menghadap si orang jahat!" ia memberi titah. Ciam itu ada tanda kekuasaannya untuk memanggil persakitan atau terdakwa.Perintah itu dijalankan seorang hamba polisi, maka tak lama kemudian, Tiat Keng Sim telah dibawa menghadap. Pemuda itu bersikap gagah. Dia tidak bertekuk lutut, sebaliknya dia berdiri tegar, sepasang matanya yang bersorot bengis mengawasi ke arah si orang asing.Takahashi gentar hatinya menyaksikan sikap gagah itu. Tapi ia menggeprak meja."Orang jahat yang bernyali besar! Tahukah kau kesalahanmu?" ia menegur. Ia mendahulukan tiehu. Ia bicara dalam bahasanya, lalu ada juru bahasa yang menterjemahkannya."Tidak tahu!" sahut Keng Sim keras."Kau telah membunuh orang dan merampas barang!" bentakTakahashi. "Kau sudah pukul mati seorang kapten kapal Nippon, kau telah rampas barang-barang dari kapal itu! Kau juga sudah begitu berani merobek-robek bendera Matahari Terbit kita! Kesalahanmu telah nyata, kau mesti dihukum berat! Eh, Tiehu, aku bilang, Tidak usah kau memeriksa lagi. Biarlah Kolonel Segoshi yang menjalankan hukuman potong kepadanya!"Jumawa wakil ini. Kata-katanya yang belakangan itu ditujukan kepada tiehu.Keng Sim tertawa dingin. Ia kata: "Kau harus ketahui, lebih dulu daripada itu kapten kamu sudah bunuh orang Tionghoa, sudah merampas barang-barangnya, dan di sebelah itu ada belasan orang lain yang sudah dilukakan! Aku lakukan perbuatanku itu untuk membela keadilan, umpama benar aku telah membunuh orang, itu berarti satu jiwa ganti satu jiwa! Barang-barang yang aku rampas itu asalnya ada barang-barangnya kapal Tionghoa. Kapalmu sendiri itu hari juga sudah lari menyingkir, mana dapat kamu menampak kerugian!"Takahashi menjadi gusar sekali, dia menoleh kepada tiehu. "Tiehu, apakah boleh satu penjahat mengacau di muka pengadilan?" ia menegur. "Bawa dia pergi!"***

Pendekar Wanita Penyebar Bunga - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang