Jilid 34

341 5 0
                                    

Duduknya hal adalah sebagai berikut: Setelah Cian Sam San terbinasakan Thio Hong Hu, Kaisar Kie Tin perintah orang pergi mengundang Cio Hong Pok, gurunya kepala Kim-ie-wie itu.

Dijelaskan bahwa Ciam Sam San terbinasakan Thio Tan Hong dan Cio Hong Pok diminta suka menuntut balas untuk muridnya itu. Cio Hong Pok menampik undangan dengan alasan usianya yang telah lanjut, tetapi ia percaya saja keterangannya Kie Tin itu, ia jadi membenci Thio Tan Hong, maka, sekalian untuk memamerkan ilmu kepandaiannya, ia kirim murid kepalanya itu. Kie Tin lantas angkat Law Tong Sun menjadi kepala Gie-lim-kun.

Para hadirin tak tentram hatinya kapan mereka lihat Yang Cong Hay berdua mengambil meja di dekat pintu, sebagai juga mereka itu hendak memegat jalan.

Si kate (pendek) kecil cerdik sekali, diam-diam ia tarik si paderi, untuk memilih meja dekat pintu besar, hingga mereka jadi seperti menyaingi kedudukannya Yang Cong Hay itu.

Kwee Seng Tay tidak puas sama suasana di situ, berulangkali ia kasih dengar tertawa yang bernada ejekan.

Yang Cong Hay duduk dengan tidak berdiam saja, dengan matanya yang tajam ia menyapu semua hadirin, apabila matanya bentrok sama matanya Ie Sin Cu, ia agaknya heran. 

Sin Cu sebaliknya tak gentar hatinya, dia justeru mengawasi dengan tajam.

Tiba-tiba saja Yang Cong Hay tertawa, lalu ia berbicara seorang diri: "Sungguh, inilah yang dibilang, mencari sampai sepatu besi pecah, yang dicari tidak kedapatan, sebaliknya, yang dicari itu kedapatan tanpa susah payah! Semua hadirin adalah orang-orang kosen, maka itu hari ini kita mesti minum hingga puas!" 

Lalu tanpa orang mengundangnya lagi, ia tenggak kering tiga cawannya secara beruntun.

San Bin angkat kedua tangannya memberi hormat kepada kedua perwira itu.

"Kedua Thayjin sedang menjalankan tugas, aku tidak berani memintanya untuk minum banyak-banyak," ia berkata, "sekarang Thayjin sudah minum tiga cawan, maka para hadirin, persilahkan siapa hendak bersantap, siapa ingin minum, baiklah masing-masing memilihnya sendiri!"

"Tugasku telah mendapat bantuan kau, Saudara, itu tidak menjadi soal lagi," berkata Yang Cong Hay. "Dengan tiga cawan ini, terimalah ucapan terima kasihku!"

Mau atau tidak, San Bin heran. Ia menahan cawan araknya. "Thayjin, apakah artinya kata-katamu ini?" ia menanya.

"Sri Baginda mengundang Saudara datang ke kota raja!" menyahut Yang Cong Hay tanpa pakai tedeng aling lagi.

San Bin menjadi tambah heran untuk keberaniannya congkoan itu. Ia mau percaya orang telah ketahui tentang dirinya, tetapi di situ toh banyak orang lainnya.

"Aku ada satu mahasiswa tolol," ia berkata, tetapi suaranya dingin, "untuk mencapai tingkat siucay saja, beberapa kali aku turut ujian, selalu aku jatuh, maka itu mana aku ada punya peruntungan bagus untuk menghadap Sri Baginda Raja? Yang-thayjin, bukankah kau sedang berkelakar?"

Yang Cong Hay tertawa terbahak-bahak.

"Aku harap di hadapan orang yang mengetahuinya jangan kita omong dari hal yang tidak benar!" ia bilang, "Siauwceecu, kau adalah seorang bun-bu-siang-coan dan Sri Baginda Raja sangat memangeni kepadamu!"

Kali ini Yang Cong Hay memanggil orang sebagai siauwceecu, yaitu ceecu muda. "Ceecu" ialah pemimpin dari suatu rombongan. Dan ia pun sengaja memuji orang ada "bun-bu-siang-coan" pandai ilmu surat dan silat dengan berbareng.

Tiba-tiba si paderi gemuk menyelak.

"Yang-thayjin," katanya, "Ini engko kecil juga bagus sekali ilmu silatnya, kau harus sekalian mengundang padanya!"

Pendekar Wanita Penyebar Bunga - Liang Ie ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang