Prolog

125K 2.8K 99
                                    

TADA!!!

Saya hadir lagi! membawa kisah baru, ada yang sudah kenal kah? kalau belum kenal kalian bisa mampir dulu ke lapak My Dream Is You *promo* hehehe
Yap! ini kisah tentang seorang Alvero Syah Jibran, kakak dari Vivian ( My Dream Is You ). awalnya saya sama sekali nggak ada niat bikin cerita si Vero ini, tapi mendadak ide-ide itu berkeliaran di otak saya dan mau tak mau saya harus tumpahkan sebelum luber dan berserakan kemana-mana. semoga kalian tetap suka dengan tulisan gaje saya *nggak ngarep dibilang keren*. Genre ini agak sedikit berbeda, kalian jangan terkejut dengan adegan-adegan yang jauh berbeda dari cerita-cerita saya yang lain. oke.. cukup sudah cupa-cuap gaje saya, silahkan di nikmati dan saya masih tetep ngarep Vote & Comment kalian.

Love,

bebyZee

************************************************************************************************************************

“ Siapa kamu?,” tanya Emily dengan nada menyelidik saat dilihatnya ada seorang Pria asing yang tiba-tiba saja menduduki kursi kerja sahabatnya.

                “Kau sendiri siapa?,”tanya Pria itu dengan wajah tampannya yang menantang. Wajahnya yang tampan dengan sorot mata dalam sekarang manatap Emily dengan terang-terangan, membuat Emily yang sedang emosi semakin bertambah gerah dibuatnya.

                “Aku yang lebih dulu bertanya, tak bisakah kau menjawab tanpa harus balik bertanya?.”

Pria itu tersenyum dan berdiri dari posisinya. Ia berjalan mendekat ke arah Emily dengan senyum menyeringai. Emily berani bersumpah ia akan melempar keluar Pria itu sekarang juga.

                “A-apa yang mau kau lakukan?,”tanya Emily mulai panik karena Pria itu mendekat dan mau tak mau membuat dirinya berjalan mundur.

                “Aku? Ehm…  aku mencoba memperkenalkan diriku padamu, “jawab Pria itu dengan nada menggoda. Emily ingin sekali mencekik Pria di hadapannya ini. tapi ia tak ingin kantor yang dibangunnya bersama sang sahabat berubah menjadi TKP pembunuhan.

                “Apa harus seperti ini caranya?,” tanya Emily dengan nada jengkel saat melihat Pria tersebut berhasil memerangkapnya di sudut ruangan.

                “SIAL! Harusnya aku buka pintu itu lebar-lebar.”

Emily terus menggerutu di dalam hati sampai ia tidak sadar kalau Pria tersebut hanya diam dan menatapnya dengan tatapan tak terbaca.

                “Apa yang sedang kau fikirkan?.” Tanya Pria itu. Emily terdiam sejenak sebelum ia sadar kalau Pria itu masih tidak merubah posisinya. Emily tidak yakin berapa centi meter jarak mereka tapi ia sangat yakin kalau Pria dihadapannya bisa kapan saja merebut ciuman darinya.

                “Jelaskan padaku apa yang saat ini kau fikirakan?,”tuntut Pria tersebut dengan tangan sudah mencekal lengan Emily, cukup kuat namun tidak menyakitkan.  Emily panik dan dia mulai mencari-cari dimana celah ia bisa kabur dan lari dari posisinya.

                “Jelaskan sekarang atau….”kata-kata Pria itu menggantung seiring wajah Pria itu lebih mendekat ke arah Emily. Emily mengerjapkan matanya bingung.

                “Hei, Hei! Kau mau apa?.”

                “Aku? Kau ingin tahu apa mauku?.”

                “Aku sudah tahu apa niatmu tapi lebih baik aku bertanya, jadi.. apa yang akan kau lakukan Pria asing? Tak bisakah kau menyingkirkan tubuh besarmu itu? Ruangan ini luas dan kenapa kau harus mepet-mepet pada tubuhku? Memang aku pasang magnet apa sampai kau harus nempel-nempel seperti ini? kau –“

Ucapan Emily tertelan saat seseorang membungkam mulutnya dengan sesuatu. Sesuatu yang  hangat dan kenyal. Pria itu, ya.. Pria itu yang melakukannya. Pria itu sangat pandai memagut bibirnya, sampai Emily tidak sadar kalau mendadak ruangan sahabatnya ini berubah menjadi panas.

Tanpa sadar Emily bahkan menutup matanya, mencoba menyicipi sedikit rasa Pria itu.

                Manis..

                Kenyal..

                Dan..

                “Dan aku yakin kau tidak pernah berciuman sebelumnya .”

Mata Emily kontan terbuka dan dihadapannya Pria itu sudah kembali memasang tampang tengilnya, membuat Emily sadar kalau Pria itu tengah menertawakannya.

                “Sial!,” gerutunya sambil memalingkan wajahnya.

                “Sial?,” Pria itu membeo ucapannya. Emily berusaha menatap Pria itu lagi dengan pertahanan emosi yang luar biasa.

                “Ya!Kau dasar Pria Sialan!.”

Emily segera menerobos tubuh besar Pria itu dan berlari sekuat tenaga. Ya.. harusnya sejak tadi ia melakukan itu. Lari dan menjauh dari Pria yang memiliki aura memabukkan itu. Tapi kenapa?

                “Emily bodoh!,” rutuknya sambil menepuk-nepuk kepalanya dengan tangannya sendiri.

*****

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang