Alvero mencoba menahan senyumnya tapi tidak bisa. Ini pertama kali dirinya bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya penasaran tapi sekaligus jengkel. Vero, biasa ia di panggil melakukan sambungan International pada adiknya untuk memastikan siapa wanita aneh yang baru saja ia cicipi rasa bibirnya.
Manis..
Vero mengutuk dirinya yang tidak bisa menahan godaan untuk mencicipi bibir wanita itu. Bibir itu begitu mengundang.
Penuh dan merah merekah..
Kembali Vero tersenyum sambil menunggu sambungannya di angkat oleh sang adik.
“Assalamualaikum,” sapa adiknya.
“Walaikumsalam, Apa kabar Vi? Ibu gimana?,”tanya Vero yang merasa sangat rindu dengan dua sosok penting dalam hidupnya saat ini.
“Aku baik, Ibu? Ehm.. lagi belanja sama Bibi, Kakak mau ngomong sama Ibu?.”
“Nggak usah, kakak mau bicara sama kamu, sekarang Kakak lagi di ruangan kamu, mau tanya, Gadis bermata belo, berkulit putih dan berambut panjang itu siapa namanya? Apa posisi dia di kantormu?,” penjelasan Vero membuat Vivian –adik Vero- berseru kaget.
“Ya Allah..Aku lupa ngenalin Kakak sama Emily ya? dia partner aku waktu bikin perusahaan Kak, posisinya Direktur Eksekutif,” penjelasan Vivian membuat rasa penasaran Vero semakin bertambah.
“Direktur Eksekutif ya? Ehm.. apa tugas dia sekarang? ,”tanya Vero mulai mencari tahu kelemahan lawannya. Lebih baik ia kumpulkan semua informasi agar wanita itu tidak bisa melawannya.
“Tugasnya sekarang ya membantuku menghandel perusahaan, menghandel order dan meeting dengan klien-klien besar,” jelas Vivian tanpa sedikit pun curiga. Vero tersenyum puas.
“Ok kalo gitu, aku pamit dulu ya.. mau balik ke kantor soalnya,” kata Vero setelah dirasa sudah cukup mengetahui dengan siapa ia berurusan.
“Baiklah, nanti aku kasih tahu Ibu kalau Kakak telpon.”
“Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam.”
Setelah sambungan terputus senyum Vero semakin mengembang. Ia melirik poto yang diletakkan Vivian di meja kerjanya. Foto Vivian bersama wanita aneh itu.
“Emily? Menarik juga.”
****
Emily terus membasuh bibirnya dengan air keran yang mengalir. Sejak ia bisa mengendalikan emosinya ia segera melesat ke toilet dan mencoba menghapus jejak Pria kurang ajar yang sudah mencium bibirnya dengan seenaknya.
“Dasar Pria sialan!,” sewotnya dengan tangan terus membasuh bibirnya dengan air.
‘Tapi kamu menikmatinya kan Emi?’
Emily menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya saat batinnya seakan menyangkal ucapannya sendiri.
“Nggak..Nggak, aku nggak boleh mikirin Pria brengsek itu, tapi ciumankuuu,” dumel Emily sambil memasang tampang cemberut pada kaca toilet dihadapannya.
“Ibu kenapa?,” Emily berjengit kaget saat sosok Martha –sekretarisnya- tiba-tiba saja muncul di pintu toilet.
“Nggak kenapa-kenapa, ada apa Mar?,”tanya Emily yang memilih keluar dari toilet dan berjalan ke arah ruangannya. Martha mengikutinya dengan patuh, ia sudah terbiasa dengan sikap Emily yang suka seenaknya dan Vivian yang pendiam namun tegas.
“Tadi Ibu Vivi telpon katanya minta kepastian untuk wedding’nya Pak Arman dan Bu Siska, mereka jadi atau nggak trus kalau jadi minta details’nya,” jelas Martha yang terus berbicara sampai tiba di ruangan Emily.
“Itu saja? Oke.. nanti aku video call Vivi, oh ya kamu tahu siapa Pria yang berada di ruangan Vivian?,”tanya Emily yang bertekad harus mencari tahu Pria yang sudah merebut ciuman pertama yang selama ini selalu ia jaga bahkan sampai di umurnya yang hampir menginjak kepala tiga.
“ Ooh Maksud Ibu Pak Vero?,” seru Martha terkejut namun wajahnya berubah malu-malu seakan-akan menceritakan Vero adalah sebuah anugerah yang tak terhingga.
“Siapa itu Vero?.”
“Ibu nggak tahu Pak Vero siapa? Pak Vero itu Kakaknya Bu Vivian,” tanya Martha seakan-akan Emily harusnya tahu siapa itu Vero. Emily menghempaskan tubuhnya di kursi singgasananya dengan ekrepsi tak percaya. Baru saja telinganya mendengar kalau Pria kurang ajar itu adalah kakak dari sahabatnya sendiri. Dan dia tidak tahu kalau Vivian punya Kakak.
“Ok.. terima kasih Martha,” kata Emily dengan posisi yang belum berubah. Martha pun akhirnya keluar dari ruangannya. Setelah pintu tertutup rapat Emily mengeluarkan sumpah serapahnya di ruangannya yang sepi.
“DASAR PRIA BRENGSEK!!!.” Makinya sambil melempar dokumen ke sembarang arah.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Desire ( Jibran Series )
RomanceNote : Open Private Alvero Syah Jibran adalah pria perfeksionis yang mendadak hidupnya terasa hambar. ia bosan dan jenuh dengan kehidupannya setelah di tinggal adik dan Ibunya yang memilih menetap di luar negeri. tapi Vero mendapatkan sedikit hibura...