(11) Missing Each Other..

37.6K 1.8K 31
                                    

Hai!! Ini hari kamis kan yak? Oke.. saatnya saya kasih Vero-Emi untuk kalian.
Maap banget kalo masih bergalau durja karena sampai saat ini gairah nulis saya masih belum ada peningkatan padahal udah disuntik pake bacaan-bacaan roman cinta-cinta yang unyu-unyu tapi nihil. Vero-Emi setiap saya ketik tetep aja jadinya mellow.

Terima kasih banyak untuk yang sudah setia sama yayang Vero sampai saat ini. Nge-Vote untuk cerita ini bahkan relain waktu untuk kasih komen. Love you All!!! *kirim kecup atu-atu*
tanpa menunggu lama-lama, silahkan dinikmati..

Love,

bebyZee

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ketikan tahun mulai berganti dan semua perasaan itu terasa masih sama Vero hanya bisa memasrahkan semuanya. Dia memulai kehidupan barunya tanpa Emily, terus mencoba mengembalikan hari-harinya yang dahulu tenang sebelum ia bertemu wanita itu. Tapi tidak bisa, semua sudah terlanjur berbeda dan Vero semakin sesak dibuatnya.

                Hantaman rasa perih itu semakin menjadi ketika bulan Ramadhan dirinya menjalaninya seorang sendiri. Di rumah megah bak istana ia menghabiskan hari-harinya seorang diri dari sahur hingga berbuka. Walau beberapa teman mencoba membawa kenyamanan yang dulu rasakan, tapi Vero tetap merasa ada sesuatu yang tertinggal dihari-hari yang ia lewati tanpa Emily.

                Saat hari yang di nanti Vero tiba pria itu menyambutnya dengan penuh suka cita. Ia memasukkan pakaian terakhir yang harus ia bawa selama berada di Turki. Tiket sudah ia pesan sejak dua minggu yang lalu dan semua keluarga juga sudah menunggunya di sana. Mungkin Vero seperti mencoba lari dari kanyataan tapi ini satu-satunya cara untuk mengembalikan seluruh semangatnya. Di sana ia bisa bertemu dengan Ibu dan adiknya. Ia bisa mencurahkan seluruh perasaannya pada keluarga. dan rasanya Vero tak ingin kembali lagi kekesendiriannya. Ia tak ingin kembali ke Indonesia jika hanya sendiri. Ia bosan sendiri dan ia mulai muak.

                Vero menyisihkan kopernya ke sudut kamar. ia berjalan menuju balkon dan duduk tenang di sana dengan secangkir kopi di tangannya.

                Kau merindukannya kan?

Pertanyaan yang seakan mengoyak kewarasan seorang Alvero. Untuk sebuah pertanyaan sederhana itu Vero harus meruntuhkan seluruh ego yang ia pertahankan.

                'Ya.. aku merindukannya. Hingga rasanya sesak untuk bernafas..'

Vero menyeruput gelas kopinya. Aroma kopi yang tercium pada indera penciumannya membuat kenangan-kenangan itu kembali berkeliaran di fikiran Vero. Ia tak menyangka jika merindukan seseorang bisa sesesak ini. ia tak menyangka jika keputusannya untuk menghargai keputusan Emily bisa berdampak sebesar ini pada kehidupannya.

                'Emi.. aku akan pergi.. aku hanya ingin kau tahu.. aku merindukanmu..'

Batin Vero menjerit. Ia ingin mengatakan hal itu langsung dihadapan Emily agar wanita itu tahu betapa besar rasa yang sudah ia miliki. Rasa yang sudah terbangun tanpa ia sadari dan harus dihancurkan dalam sekejap. Itu mustahil.

                Vero mencoba memejamkan matanya. berharap bayangan Emily kembali hadir dan wanita itu bisa menemaninya disini. Ditempat yang ia inginkan wanita berada, di sisinya, dikehidupannya dan tak terpisahkan.

                Vero melihatnya, ia tak yakin tapi Vero berharap bayangan yang mendatanginya itu adalah Emily. Wanita itu mengulas senyum favorit Vero. Senyum yang selalu menular dan membuatnya ketagihan. Vero menanti dengan penuh kesabaran saat bayangan itu semakin mendekat padanya. Vero terus menanti dan menanti tapi bayangan itu tak kunjung mendekat. Emily terus berjalan tapi tak pernah sampai kepadanya. Vero mencoba menggapainya tapi tidak bisa, seolah tubuhnya terpatri di tempat itu hanya untuk menunggu. Vero ingin menjerit sekencang-kencangnya agar Emily mendengar kalau dirinya menunggu. Dan ya.. Emily melihatnya memandangnya dengan cara yang Vero sukai. Vero yakin Emily merasakan hal yang sama, tapi mengapa jarak itu begitu jauh. Siapa yang membuat jarak itu? Vero ingin menghapus jarak itu dan menarik Emily masuk ke dalam dekapannya. Posisi yang selalu membuat Vero nyaman dan rela menyerahkan seluruh waktunya untuk mendapatkan hal itu lagi.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang