(22) Menunggu Keputusanmu..

29.9K 1.7K 48
                                    

Ini saya nggak tahu nulis apaan.. *ceburin diri kesumur*
Semoga tidak mengecewakan ya dan masih akan selalu berterima kasih pada kalian yang selalu Vote, Komen dan mendukung cerita ini.

Love,

bebyZee

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Emily rasanya ingin ditelan bumi saja saat ini. ketahuan tengah bercumbu dengan Kakak dari sahabatnya di ruangan kerjanya sendiri adalah keinginannya paling terakhir dalam hidupnya. Setelah merengsek masuk ke dalam ruangan Emily. Vivian menarik Emily dan membantu wanita itu memakai pakaiannya kembali sebelum para karyawannya masuk dan semakin memperburuk keadaan.

                "Kau sudah gila ya?" tanya Vivian sengit pada Vero. Emily ingin mencegah sahabatnya itu agar jangan sampai menghajar Kakaknya dalam kondisi hamil tapi terlambat.

BUKK!!!

                "Auuw!!" teriakan Vero yang terdengar melenguh sakit membuat Emily meringis. Ia segera menarik Vivian sebelum sahabatnya itu membunuh Kakaknya.

                "Berani-beraninya kau menggoda sahabatku, memang tak ada wanita lain apa yang bisa memuaskan nafsu bejatmu itu?" Emily ternganga saat didengarnya Vivian semakin murka pada Kakaknya. Jadi ini sebabnya Vero melarang Emily untuk menceritakan hubungan mereka. Vivian jelas tidak akan menerima Vero bersama Emily bagaimana pun bentuk hubungan yang mereka jalani. Karena Vivian sudah kepalang tanggung men-judge Vero sebagai bajingan tengik.

                "Kau juga Emily, bisa-bisanya kamu mau saja terjebak sama pesona playboy ini, maaf, walaupun dia Kakakku, tapi aku tak akan membelanya sedikit pun." Ceramah Vivian berganti kea rah Emily yang hanya bisa duduk di sofa dengan kapala tertunduk. Rasanya ia ingin pulang dan meringkuk di kamarnya saja ketimbang harus menghadapi Vivian yang sedang murka dan dalam kondisi hamil.

                "Sudahlah Vi, kita bahas nanti saja di rumah, aku nggak mau bikin keributan di kantor," kata Emily mencoba menenangkan Vivian. Vivian menggeleng kasar sambil menempati sofa di samping Emily.

                "Tidak sebelum suamiku datang."

                "APA?!"  Vero dan Emily teriak bersamaan. Emily memandang Vero sambil menggelengkan kepalanya.

                "Nggak usah saling lihat-lihatan, aku akan bilang ke Ibu untuk menikahkan kalian berdua, SECEPATNYA!!"

Emily mematung seketika. Perlahan-lahan ia menoleh kea rah Vivian untuk memastikan ucapan sahabatnya itu bukan karena emosi semata. Mata Emily menatap mata Vivian yang terlihat tegas dan sungguh-sungguh. Namun ketika matanya memandang kea rah Vero yang tertunduk dengan tangan meremas rambutnya. Emily bingung harus senang atau prihatin saat ini.

****

                Satu jam kemudian suami Vivian yang bernama Ghanim datang dengan wajah panik. Membuat Emily meringis ditempatnya. Jika ia harus mendengar Vivian bicara panjang lebar tentang insiden kecil antara dirinya dan Vero jelas Emily akan memilih pingsan ditempat ketimbang harus menahan malu juga menahan sakit hati karena sampai saat ini Vero belum bersuara sama sekali. Pria itu masih tampak gusar ditempatnya duduk. Sesekali menundukkan kepala, sesekali mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.

                "Vivian? Apa yang terjadi sayang?" tanya Ghanim yang sudah berlari kecil dari pintu menuju tempat dimana Vivian duduk. Vivian beranjak bangkit dan menggapai suaminya.

                "Hai sayang, maaf aku merepotkanmu, tapi ada sesuatu yang harus kuberitahu padamu," ujar Vivian sambil menolehkan kepalanya kea rah Emily dan Vero bergantian.  Ghanim yang kebingungan memilih untuk mengikuti arah pandangan istrinya.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang