(23) Masih Menunggu...

29.8K 1.7K 37
                                    

Alohaaaaaa!! Maap ya update-nya sore hehehe
Dari kemarin sibuk sama tugas kantor dan nyelesaian 'Pejantan Tangguh' jadi fikiran terbagi-bagi, termasuk untuk si Pero-Emi.

Part ini setengah galau setengah menyebalkan. kalian boleh timpuk Pero pake balok atau sambit doi pake kapak. aku ridho kok, ciyus deh!! aku kan pro Kevin *labil*

Makasih banyak untuk yang sudah komen, Vote, PM, kasih semangat, kasih ide, ngingetin jadwal update-ku supaya nggak telat *pikun akut*.

Part ini aku dedikasikan untuk semua reader Pero-Emi yang aku cintai.

Love,

bebyZee

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kehidupan Vero seperti berputar kembali ke moment lima tahun yang lalu disaat ia frustasi karena cinta serta merana karena patah hati. Vero menghabiskan Martini yang dipesannya dalam sekali tenggak. Ia memberi instruksi pada bartender untuk gelas berikutnya.

Sudah hampir satu minggu Vero menghabiskan malamnya di salah satu Pub paling bonafit di Jakarta. ia merasa butuh sekali minum bahkan kalau perlu sampai mabuk dan tak sadarkan diri. Itu semua di sebabkan oleh masalah hubungannya dengan Emily..

"Kau membuatku gila Emi!!" erang Vero yang membuat beberapa pengunjung melirik ke arahnya. Vero tak peduli dengan pandangan orang lain. Ia terus menenggak gelas demi gelas yang dipesannya.

"Berharap akan pingsan hah? Mimpi aja sono!"

Vero menolehkan kepalanya dengan mata yang sudah setengah beler. Lalu tertawa sinis saat ia melihat sosok blesteran Kevin dan wajah Arab milik Farid muncul di hadapannya.

"Jangan paksa aku pulang, aku sedang tidak ingin pulang." Racau Vero yang kembali menarik gelasnya dan menenggaknya sampai habis.

Kevin dan Farid saling beradu pandang lalu memilih duduk di sisi kanan dan kiri pria itu. Farid yang sudah berhenti minum akhirnya hanya memesan soda sedangkan Kevin ia memesan bir dingin.

"Mau apa kalian?" tanya Vero. Suaranya sudah sangat jelas menunjukan dia mabuk. Pria itu bahkan salah arah saat mengacungkan jari telunjuknya. Farid terkekeh dan membenarkan posisi duduk sahabatnya.

"Kita mau nemenin lo ampe pingsan itu pun kalau lo bisa," ujar Farid. Vero terdiam dengan kepala yang sudah dikuburnya rapat-rapat dalam lipatan tangannya. Ia bahkan sudah tidak kuat lagi mengangkat kepalanya karena rasa pusing yang luar biasa.

"Semua ada jalan keluarnya Sob, termasuk untukmu dan Emi," kali ini giliran Kevin. Vero masih bergeming. Tak merespon nasihat kedua sahabatnya.

"Gue jadi ingat waktu lima tahun lalu lo pisah sama Tania, Lo bahkan hampir nabrak mobil gue di parkiran pub, kampret untung gue buru-buru ngeles kalo nggak lo yang bakal gue tabrak gantian," ujar Farid mengenang masa berkabung Vero saat ditinggal Tania menikah. Vero berpacaran dengan Tania selama hampir 3 tahun. Ia bahkan berencana untuk melamar Tania, tapi semua kandas saat Tania lebih memilih menikah dengan atasannya di kantor -- yang akhirnya Vero ketahui telah dipacari wanita itu selama setahun belakangan. Vero di selingkuhi dan dikhianati sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

"Lo nggak tahu perasaan gue Rid, gue cuma takut disaat harapan itu udah gue bangun, gue kecewa lagi, lo tahu kan gimana rasanya dikecewain?" sahut Vero yang lebih persis meracau karena nada suaranya yang terdengar seperti orang yang sedang mengigau. Kevin melirik Farid dengan tatapan penuh prihatin pada sahabatnya itu.

"Emily benar-benar mencintai kau Ver, jadi nggak ada alasan untuk kau takut dikecewakan, justru kalau kau bersikap terus seperti ini yang kecewa adalah Emi, dia menanti jawabanmu untuk menyelesaikan masalah kalian," ujar Kevin sambil mengingat bagaimana Emily begitu hancur saat mendatanginya selepas bicara dengan Vero. Wanita itu menangis meraung-raung bahkan hampir pingsan sebelum akhirnya Kevin dan beberapa karyawannya menolong memberikan minum dan menenangkannya.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang