Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Tulus – Teman Hidup
Emily tersenyum mengerti. Ia mengangkat sebelah tangannya untuk menyentuh pipi Vero yang ditumbuhi oleh janggut yang membuat pria itu terlihat semakin mempesona. Mata Vero terlihat sedih dan itu mulai menyakiti Emily.
"Aku tahu kamu mencintaiku... tapi aku tidak bisa bersama Pria yang tidak mau berbagi hidupnya denganku, kau tahu aku juga mencintaimu, tapi sekali lagi maaf, lebih baik kita pisah saja," ucapan Emily diucapkan dengan begitu tenang sampai Emily tidak yakin bahwa ucapan itu dilontarkan olehnya karena saat ini batinnya tidak setenang tampilan luar Emily saat ini. Vero menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.
"Nggak! Nggak bisa! Kau milikku Emi, nggak akan pernah berubah sampai kapan pun." Vero terlihat panik. Matanya menatap Emily lekat bahkan kini tangannya sudah mencekal lengan Emily membuat wanita itu sedikit meringis.
"Ver.. jangan seperti ini--"
"Ssst!" Vero memotong ucapan Emily dengan mengeratkan cekalannya. Ia meraih tubuh Emily untuk di tenggelamkan dalam dekapannya. Emily kebingungan, bagaimana bisa ia mengartikan semua tindakan yang Vero lakukan.
"Kita nggak akan pernah pisah, sudah cukup satu tahun neraka itu bagiku dan aku nggak akan mengulang kesalahan itu untuk kedua kalinya dengan melepaskanmu, Emi.. kau harus dengar. Jika aku belum siap menikah bukan berarti aku tidak mau. Siapa Pria yang tidak ingin bersatu selamanya dengan pujaan hatinya, aku ingin Emi, tapi tolong bantu aku untuk membuatku siap," penjelasan panjang Vero membuat Emily termenung. Sekarang semuanya jelas, Vero hanya belum siap untuk menikah tapi itu tidak berarti kalau pria itu tidak mau menikah sama sekali.
Apakah kamu siap Emi? Apakah kamu bisa meyakinkan Vero dengan komitmen bernama Pernikahan?
Gejolak di batin Emily tak terelakkan. Ia kehilangan arah saat ini. beberapa menit yang lalu ia sudah merelakan semuanya. Ia rela melepas Vero karena tak ingin terlalu berharap.
Perlahan Emily meregangkan jarak diantara mereka. Emily menatap mata indah itu dengan seksama.
"Sampai kapan aku harus nunggu kamu siap?" dengan bibir bergetar Emily bertanya pada Vero. Perlahan-lahan pertahanannya runtuh.
Vero menundukkan kepalanya pasrah. Disaat itu ia hanya bisa menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Emily yang seakan menohoknya. Air mata Emily akhirnya tumpah. Emily bangkit dari posisinya. Ia meraih tasnya dan hendak berjalan pergi meninggalkan meja.
"Beri waktu satu tahun."
Tubuh Emily kaku ditempatnya. Tubuhnya berputar kembali ke arah Vero yang sudah menengadahkan kepalanya dan kini memandang Emily dengan ekspresi merana. Emily rasanya ingin menghambur memeluk pria itu dan menghujaninya dengan kecupan agar pria itu bisa kembali tenang dan tersenyum.
"Ku mohon Emi.." ucap Vero dengan nada memohon. Emily bergerak kembali ke arah Vero dan di peluknya pria itu dengan erat.
Satu tahun Emi.. apa kamu bisa?
'Ya.. aku bisa, kalau aku harus menunggu dua puluh tujuh tahun untuk bisa bertemu dengannya, rasanya satu tahun tak akan ada artinya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Desire ( Jibran Series )
RomantikNote : Open Private Alvero Syah Jibran adalah pria perfeksionis yang mendadak hidupnya terasa hambar. ia bosan dan jenuh dengan kehidupannya setelah di tinggal adik dan Ibunya yang memilih menetap di luar negeri. tapi Vero mendapatkan sedikit hibura...