(24) Menghilang..

28.2K 1.8K 36
                                    

"Kau bilang apa tadi?"

"Emily hilang Ver, Emi hilang!!"

Vero menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya atas informasi yang baru saja ia dengar dari adiknya. Vivian baru saja mengatakan kalau Emily menghilang?

                "Menghilang kemana? Apa dia diculik?" tanya Vero dengan suara meninggi. Vivian yang melihat kakaknya mulai panik sedikit ketakutan. Ia merapat lebih dalam pada dekapan suami.

                "Tenang dulu Ver—"

                "Bagaimana aku bisa tenang Nim, adikku baru saja mengatakan kalau Emily menghilang? Menghilang? Itu artinya ada dua kemungkinan, dia di culik atau dia sengaja melarikan diri," potong Vero. Suara menggebu-gebu dan ekspresinya terlihat khawatir.

                "Vivian, baru mengetahuinya tadi pagi, Emily tidak ke kantor selama beberapa hari terakhir dan ponselnya tidak bisa dihubungi, ia mencarinya di tempat Kevin tapi pria itu mengatakan kalau sudah satu minggu tidak bertemu wanita itu, jadi kami memutuskan bilang kalau Emily menghilang," penjelasan Ghanim membuat Vero kesulitan bernafas. Vero baru saja tiba di Jakarta sore ini dan adiknya tiba-tiba saja mengatakan kalau Emily menghilang. Ia tahu kalau Emily tidak mungkin menghilang atau di culik. Wanita itu pasti sedang mengasingkan dirinya ke suatu tempat.

Vero membuka ponselnya dengan tidak sabaran. Ia mencari sebuah nama yang bisa membantunya mencari keberadaan Emily.

                "Hallo—Tolong bantu saya mencari wanita yang bernama Emily Priyanka Kusuma, nama dan fotonya akan saya kirim sekarang—oke saya tunggu kabarnya paling lambat malam ini—terima kasih."

                "Siapa yang kau hubungi?" tanya Vivian.

                "Detektif sewaanku, semoga sebelum tengah malam kita bisa mendapatkan informasi dimana keberadaan Emily." Penjelasan Vero membuat Vivian akhirnya bisa sedikit bernafas lega.

                "Kalau terjadi sesuatu padanya, kakaklah yang harus bertanggung jawab," tekan Vivian sebelum ia beranjak meninggalkan Vero.

                "Sabar.. Vivi hanya sedang kalut, kau harus tenang, kita bisa atasi ini semua sama-sama, aku permisi dulu, Assalamualaikum," ujar Ghanim menenangkan Vero. Pria itu pun tak lama pergi menyusul istrinya yang terlihat sangat khawatir dan penuh emosi. Efek dari kondisinya yang sedang dalam kondisi hamil.

                Vero menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sambil mendesah. Ia memejamkan matanya sambil membayangkan sosok Emily yang telah ia tinggalkan beberapa bulan sejak masalah hubungan antara dirinya dan wanita itu terkuak dimata keluarganya.

Keberangkatannya ke Bali tadinya dijadwalkan paling lama hanya 2 bulan. Tapi ternyata pengerjaan proyek yang ternyata memakan waktu harus mengharuskan Vero stay di Bali sampai tiga bulan. Ia hanya kembali beberapa hari dalam sebulan hanya untuk memeriksa kondisi Ibunya.

Fikiran Vero melayang pada pertemuan terakhirnya malam itu. ia bisa melihat kekecewaan yang terpancar dari mata wanita itu. kekecewaan itulah yang membuat Vero akhirnya memilih untuk pergi jauh dari Jakarta. ia ingin menenangkan dirinya disana, mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk wanita itu dan disana Vero merasa dirinya siap membangun masa depannya dengan Emily. Wanita itu menghilang.

*****

Vero menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mungil yang sudah lama tak ia kunjungi. Rumah yang berisi begitu banyak kenangan antara Vero dan si pemilik rumah itu. Rumah itu terlihat kosong sekarang.  lampu-lampu yang biasanya menyala kini padam dan halamannya yang biasanya bersih kini sudah ditutupi oleh dedaunan yang berjatuhan dari pohon mangga besar yang tertanam di pekarangan rumah tersebut.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang