(9) Emily dan Egonya..

42.2K 1.9K 25
                                    

Ciyus saya nggak tahu nulis apaan ini, tapi semoga kalian masih berkenan untuk membaca, memberikan Vote dan menuliskan komen yang selalu berhasil membuatku untuk tetap semangat  menulis.

Love,

bebyZee

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Vero memilih untuk memanaskan mesin mobilnya selagi menunggu sang tuan rumah keluar dari markasnya dan siap meninju Vero kapan pun wanita itu mau. Jadi selagi Vero masih punya waktu ia memilih untuk memanaskan mobil berjaga-jaga jika Emily langsung mengusirnya ia sudah siap dengan mobilnya.

                Setelah satu jam memanaskan mobil dan dirasa cukup untuk melajukan mobilnya segera setelah ceramah serta amukan murka yang Emily tujukan padanya. Vero masuk kembali ke dalam rumah Emily dan menemukan wanita itu sudah dalam keadaan rapih, bersih dan menggiurkan.

                Rok berbentuk H yang menempel ketat sampai ke atas lutut wanita itu membuat Vero harus menelan ludahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya untuk sekedar menyadarkan diri kalau saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan indah yang sengaja wanita itu berikan padanya.

                Emily membuka lemari es dan mengeluarkan botol air dan menuangkan isinya ke dalam gelas yang sudah ia siapkan. Vero memperhatikan setiap gerak-gerik wanita itu dan ia bersumpah kalau Emily semakin menggodanya ia akan membopong wanita itu dan membawanya masuk kedalam kamar lalu mengunci pintu kamar sampai Vero bisa membalaskan dendamnya.

                Selesai minum Emily bergabung bersama Vero duduk di meja makan. keduanya duduk terdiam dengan pandangan saling berhadapan. Emily menghela nafas dan memperhatikan sosok Vero yang sedikit berantakan karena rambutnya yang biasa ditata rapi kini tampak berantakan dan menggemaskan menurut Emily. Lengan kemeja pria itu juga masih tergulung sampai siku terlihat sekali bahwa pria itu tidak punya cukup waktu untuk mementingkan penampilannya di depan Emily.

                “Kenapa kau bisa ada dirumahku?” tanya Emily dengan suara datar. Vero terbatuk kecil lalu setelah membersihkan tenggorokannya ia segera menjawab pertanyaan Emily.

                “Aku membawamu dari kafenya Kevin ke sini,” jawab Vero yang makin menambah rasa kesal Emily. Wanita itu kini sudah menyilangkan lengannya di dada dengan wajah yang terangkat seperti yang biasa dilakukan orang-orang bangsawan. Vero tidak pernah melihat wanita dengan sikap keras dan berharga diri tinggi seperti Emily. Wanita ini semakin sulit ditaklukan semakin membuat Vero tergila-gila.

                “Lalu kenapa kau tidak segera pulang dan malah memilih untuk tinggal di rumahku, kau tahu citraku sudah buruk di sekitar tempat tinggalku dengan menjadi seorang perawan tua, tolong jangan tambah lagi daftar keburukanku karena itu akan semakin membuatku gerah,” sahut Emily berapi-api. Vero membenarkan fikiran Emily mengenai citra wanita itu. Tapi ketika kata ‘perawan tua’ ditujukan untuk seorang Emily, Vero jelas tidak akan tinggal diam jika ada yang berani memanggil Emily dengan sebutan itu.

                “Karena aku juga mabuk tadi malam, setelah menggendongmu masuk ke kamar aku pun langsung tertidur,” penjelasan Vero membuat pipi Emily bersemu merah. Vero suka melihat reaksi Emily dan membiarkan dirinya berlama-lama melihat reaksi menggemaskan itu.

                “Tapi tenang saja, aku tidur di ruang TV walaupun sekarang tubuhku rasanya pegal-pegal dan nyeri,” lanjut Vero yang disambut helaan nafas lega dari Emily. Vero berani bersumpah pasti Emily berfikir bahwa keduanya tidur kembali di ranjang yang sama dan melakukan aktifitas terlarang dengan keadaan tak sadarkan diri. Vero jelas akan bersemangat jika Emily mengizinkan ia melakukan hal itu.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang