(13) Meet Ghanim..

37K 1.7K 19
                                    

Vero menatap bingung pada layar ponselnya yang berdering menampilkan nomor asing. Sedikit membingungkan karena nomor yang ia gunakan jelas baru karena ia mengganti nomor ponselnya sesuai dengan provider seluler di Turki. Ragu-ragu Vero mengangkatnya.

                “Assalamualaikum,” sapa pria yang diseberang telepon. Vero mengerutkan dahinya.

                “Walaikumsalam,” sahutnya dengan rasa penasaran.

                “Vero, masih ingat dengan saya? Saya Ghanim,” ujar pria yang menelponnya dan rasa penasaran Vero akhirnya bisa berkurang sedikit. Tapi kebingungan masih melandanya saat pria bernama Ghanim yang ia ketahui sebagai salah satu teman Vivian tiba-tiba saja menghubunginya.

                “Ya, Aku masih ingat,ada apa kau menelponku?” tanya Vero tanpa basa-basi.

                “Bisa kita bertemu? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan,” ajak Ghanim yang membuat Vero semakin tak percaya mendengarnya.

                “Hal penting? Baiklah, kita bertemu di Cevahir saja, nanti aku infokan lokasinya,” sahut Vero. Ghanim pun mengiyakannya. Setelah sambungan telpon itu terputus Vero semakin penasaran dibuatnya.

****

                Pria dihadapannya ternyata jauh lebih besar dari yang Vero ingat. Ghanim memiliki tubuh tinggi yang hampir mengimbanginya. Tubuh besar itu di dukung oleh otot-otot yang tersembunyi di balik kaos lengan panjang yang pria itu kenakan. Ghanim tengah memesan minumannya sedangkan Vero yang sudah menunggu sejak tadi hanya terdiam sambil memperhatikan  gerak-gerik pria di hadapannya.

                “Kau di Turki? Ada urusan bisnis atau liburan?” tanya Vero. Ghanim tersenyum simpul.

                “Almarhum ayahku kebetulan orang Turki dan Kakakku juga menikah dengan orang Turki, aku kesini liburan karena ingin mengunjungi keponakanku,” Jelas Ghanim yang cukup membuat Vero terkejut. Ghanim memang seperti layaknya pria keturunan Timur tengah pada umumnya tapi ia tidak menyangka kalau bisa memiliki kampung halaman yang sama dengan pria itu.

                “Maaf karena harus merepotkanmu, aku tahu kau sedang liburan tapi rencananya besok aku sudah harus kembali ke Indonesia dan alasanku untuk bertemu denganmu disini karena aku ingin melamar Vivian,” penjelasan Ghanim membuat tubuh Vero mematung. Dipandangnya Ghanim dengan pandangan tak percaya

                “ Kamu sudah tahu masa lalu Vivian kan?”, tanya Vero dengan tatapan serius. Ghanim mengangguk dengan mata menatap Vero tegas.    

“ Dan kau masih berniat melamar adikku?”, tanya Vero tak percaya dengan keputusan Pria gagah dihadapannya.

“ Memang kenapa ? kan itu hanya masa lalu, yang aku butuhkan saat ini adalah istri untuk masa depanku “, jelas Ghanim yang membuat Vero terkejut. Vero bisa melihat betapa seriusnya Pria gagah dihadapannya ini. tapi meminang adiknya yang janda itu sangat diluar dugaan Vero. Kalau Vero berada di posisi Ghanim ia pun akan memikirkannya seribu kali lipat.

                “ Aku akan serahkan semuanya pada Vivian,” ujar Vero memutuskan jawaban yang adil untuk adiknya. Ia tidka bisa menerima pinangan Ghanim begitu saja tanpa mendengar pendapat adiknya. Terlihat Ghanim merogohkan saku celana jeansnya lalu menyodorkan sebuah kotak ke hadapan Vero.

                “Tolong serahkan ini pada Vivian, aku akan meminta jawabannya satu bulan dari sekarang,” jelas Ghanim. Vero menatap kotak dihadapannya seperti menatap kucing berkepala dua. Ngeri bercampur ingin tahu.

The True Desire ( Jibran Series )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang