Vero melangkah menjauhi Emily. Ia menduga wanita itu pasti akan melanjutkan rencananya untuk kabur darinya. Vero tidak akan terkejut jika Emily kabur atas kedatangannya tapi Vero benar-benar terkejut saat melihat wanita itu dalam balutan gamis panjang membungkus tubuh wanita itu. Seorang Emily yang memiliki kebiasaan setiap hari memakai rok di atas lutut atau kadang celana pendek yang super pendek sekarang terlihat memakai sebuah gamis bahkan khimar yang menutupi dada bahkan buku tangannya. Itu luar biasa!
Vero terus melangkah menjauhi Emily. Fikirannya kacau atas perubahan yang Emily perbuat pada hidupnya. Kebingungan harus kemana Vero memutuskan menghubungi Vivian untuk meminta saran. Ia menjauh dari rumah saudara Emily sambil mencari sinyal ponselnya yang kadang ada kadang raib karena memang wilayah perkampungan yang minim sinyal.
Vero harus puas ketika sinyal itu berhasil ia dapat ditempat yang tak pernah ia perkirakan. Sawah, ya.. ia berada di tengah persawahan dengan ponsel yang diacungkan ke atas agar sinyal itu tetap stabil. Vero mencari nomor Vivian dan terasa lega ketika nada sambung penghubung terdengar.
"Assalamualaikum." sapa seorang pria ketika sambungan yang dilakukan Vero terhubung.
"Walaikumsalam, Ghanim? Kemana Vivian?" sahut Vero yang mengetahui kalau adik iparnyalah yang mengangkat ponsel adiknya.
"Dia sedang shalat Ashar, kau sudah berhasil menemukan Emily?"
"Ya.. aku menemukannya," gumam Vero lesu. Wajahnya gelisah dan sedikit kebingungan merangkai kata yang pas agar adik dan adik iparnya percaya padanya.
"Lalu kenapa suara kau lesu begitu? Cepat ajak pulang dan nikahi dia," sahut Ghanim. Vero meringis mendengar usul adik iparnya. Seandainya Ghanim tahu fakta dilapangan yang mendadak membuat Vero ciut.
"Kenapa kau diam? Apa Emily melakukan suatu perubahan? Jangan bilang dia akan menikah dengan juragan sawah di sana?" tebakan Ghanim membuat Vero tekekeh.
"Tidak, Emily-ku masih aman, dia.. masih single tapi ada sesuatu yang berbeda Nim."
"Apa yang beda? Dia sudah tidak marah lagi padamu? Rasanya itu tidak mungkin." Sindir Ghanim. Vero rasanya ingin mencekik Ghanim yang selalu sok tahu tapi sayangnya semua dugaannya tidak pernah salah.
"Emily memakai Hijab."
Ada jeda sesaat setelah Vero mengatakan fakta yang baru saja ia ketahui.
"Ada masalah dengan Emily yang memakai Hijab?" pertanyaan Ghanim menyadarkan Vero. Ada yang salah dengan perubahan Emily? Justru harusnya Vero bangga ada wanita yang mau merubah hidupnya jadi lebih baik. Apalagi wanita itu adalah orang yang Vero cintai.
"Kalau kau masih ragu pada perasaanmu, kusarankan lebih baik kau pulang ke Jakarta ketimbang harus membuat Emily semakin kecewa padamu." Kali ini Vero yang membisu. Kata-kata Ghanim berhasil membuat Vero tertampar. Maju dan berusaha membawa Emily kembali dengan resiko amukan yang akan ia terima atau pulang agar tidak membuat kekecewaan Emily semakin bertambah.
"Vero?" suara Ghanim yang memanggilnya menyadarkan Vero bahwa ia masih berada ditengah pematang sawah dengan tangan memegang ponsel.
"Terima kasih Nim, aku akan membuat pilihan, sampaikan pada Vivian bahwa aku akan membawa Emily pulang, segera."
****
Emily mondar-mandir di dalam kamar sejak beberapa menit yang lalu. Sejak Vero meninggalkannya sendiri di tengah rerimbunan pohon bambu Emily yang tadinya ingin kabur memutuskan untuk kembali ke rumah dan memikirkan semuanya dengan lebih jernih disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Desire ( Jibran Series )
RomanceNote : Open Private Alvero Syah Jibran adalah pria perfeksionis yang mendadak hidupnya terasa hambar. ia bosan dan jenuh dengan kehidupannya setelah di tinggal adik dan Ibunya yang memilih menetap di luar negeri. tapi Vero mendapatkan sedikit hibura...