ALOHAAAAAA!!! *muncul sambil joget goyang itik*
Siapa yg udah nungguin Pero? Seribu, seribu satu, seribu dua......... lima ribu.Semoga kalian masih tetep setia sama Pero-Emi ya...
Makasih banyak untuk yang Vote, yang komen, yang PM, yang doain aku cepet update, yang kirim2 salam untuk Pero. Pokoknya untuk kalian semuaaaaSilahkan digarap sampai habissss
Love,
bebyZee
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Emily duduk di balik meja kantornya sambil bersandar pada punggung kursinya dengan nyaman. Hampir tiga hari sejak kepergian Vero, tapi Pria itu tak kunjung memberikan kabar padanya. Emily melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul tiga sore dan rasanya cukup aman baginya untuk menelpon Vero. Tapi Emily menghela nafas saat ia tidak mengetahui nomor handphone yang Vero pakai selama di Turki. Emily terdiam sambil memikirkan bagaimana caranya ia bisa menghubungi Vero.
"Vivian.." gumam Emily lalu mencari nama Vivian didalam kontak skype miliknya. Setelah menemukan nama Vivian Emily meng-klik opsi untuk melakukan panggilan. Emily berusaha mencari cara bagaimana ia bisa bertanya pada Vivian tanpa harus membuat sahabatnya curiga.
"Hallo."
Emily tertegun saat dilihatnya wajah seorang pria yang muncul di layar laptopnnya. Emily memasang earphone untuk memudahkan dirinya melakukan percakapan.
"Vero? Kenapa kamu yang angkat skype Vivi?" tanya Emily yang terkejut sekaligus senang bukan main karena Vero-lah yang mengangkat telponnya. Vero tersenyum menampilkan senyum yang membuat jantung Emily berdegup tak karuan.
"Vivi sedang bulan madu dengan suaminya tapi peralatan kerjanya masih tertinggal di rumah sakit," penjelasan Vero membuat Emily melongo dengan mulut ternganga.
"Ekspresimu lucu sekali sayang.. aku jadi pengen pulang." Ujar Vero sambil terkekeh.
"Tadi kamu bilang apa? Vivi bulan madu? Dia menikah dengan siapa?" rentetan pertanyaan dari Emily membuat Vero tak bisa menahan tawanya.
"Jangan tertawa! Dan jawab pertanyaanku!" Emily mulai kehabisan kesabarannya. Ia sangat penasaran bagaimana Vero bisa berkata kalau sahabatnya bulan madu. Vivian bahkan tidak pernah bercerita akan menikah dalam waktu dekat.
"Mereka menikah kemarin pagi, sebentar lagi juga dia datang, lebih jelasnya kamu tanya dia saja ya," jawaban Vero belum bisa memuaskan rasa pernasaran Emily. Bagaimana bisa sahabatnya itu menikah? Siapa Pria yang bisa menerima kondisi Vivian dengan iklas dan tulus?.
"Emi... aku merindukanmu sayang," ucapan Vero membuat Emily mengulum senyumnya. Ia menatap Vero yang terlihat sangat berantakan. Emily bertanya-tanya dalam hati apakah kekasihnya jarang beristirahat atau jadwal makannya selalu tepat atau tidak?
"Kenapa hanya melihatku? Aku sedang tidak tampan sayang, semalaman aku menjaga Ibu karena kondisi Ibu yang belum terlalu membaik." Celotehan Vero di dengarkan oleh Emily baik-baik.
"Kau kelihatan cantik Emi.. aku ingin menggenggam tanganmu, memeluk tubuhmu, menci-"
"Stop Vero! Ibumu pasti bisa mendengar ucapanmu nanti," protes Emily. Vero terkekeh.
"Tenang saja, Ibuku sedang tidur sehabis minum obat paginya, rasanya ingin cepat-cepat pulang deh, aku kangen banget sama kamu," jelas Vero dengan ekspresi penuh kerinduan. Emily ingin selalu menyentuh wajah kekasihnya. Kini wajah Pria itu terlihat kelam. Ada lingkaran hitam di bawah matanya yang tajam. Dagunya yang kini dihiasi bakal janggut yang membuat tangan Emily gatal untuk merabanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Desire ( Jibran Series )
RomanceNote : Open Private Alvero Syah Jibran adalah pria perfeksionis yang mendadak hidupnya terasa hambar. ia bosan dan jenuh dengan kehidupannya setelah di tinggal adik dan Ibunya yang memilih menetap di luar negeri. tapi Vero mendapatkan sedikit hibura...