Amal tak seberat Dosa

66.2K 4.3K 208
                                    

"Aliiiii........!"

Teriakan ibunya membuat Ali langsung terlonjak bangun. Biasalah ibu. Kesabarannya kadang habis karna Ali. Kelembutannya seolah melayang didalam matanya yang melotot.

"Jangan teriak sih bu, Ali-kan dengerin ibu meskipun ibu cuman berbisik ditelinga Ali," protes Ali.

"Berteriak saja nggak kamu dengerin apalagi berbisik!" sahut ibu Ali dengan mata melotot.

"Ck," Ali berdecak.

"Nggak boleh berdecak begitu didepan ibu!" suara lain tak membuat Ali menoleh. Ali sudah menduga pasti suara Nayla kakaknya tentu saja.

'Pasti diceramahi lagi nih sama ustadzah jadi-jadian ini,' Ali menebak dalam batinnya.

"Li tobat Li tobatt, Ya Allahhhh, punya adik semata wayang kenapa begini amat yaaa?" Nayla langsung memberondong Ali dengan keluhannya.

'Tuhkan. Kakak semata wayang mulai berceloteh. Apa-apa salah. Apa-apa salah. Bagaimana yang bener sih sebenarnya?' Ali masih menggerutu dalam hati.

"Jadi anak tuh yang patuh dong Li, kasian ibu, sudah susah payah besarin kita tanpa bapak, lo tetapp aja kayak begini, kapan berubah Li, kapan? Sampai lo tahu kapan lo mati??" Celotehan Nayla yang berlanjut membuat telinga Ali berdenging rasanya.

"Gue berubah kalau ada cewek alim yang bisa jadi incaran gue dan bisa gue raih kak!" jawab Ali asal saja. Tapi hatinya memang membenarkan niatnya itu. Nazar.

"Cewek alim? incaran? Jangan mimpi lo bisa dapetin cewek incaran kalau kelakuan lo kayak gini!" usik Nayla tanpa belas kasihan. Sepertinya dia sudah tak pernah sabar melihat kelakuan Ali yang tak ada perubahan.
"Lo jangan gitu kak, niat guekan baik!" tukas Ali tak suka mendengar komentar Nayla.

"Ya kalau niat baik harus lo perlihatkan dengan sikap lo, siapa yang mau sama lo kalau lo kayak gini, kuliah nggak kuliah sama aja nggak ada bedanya, dirumah selalu bikin kacau aja lo!" omel Nayla.

"Bikin kacau gimana? Gue aja tidur mulu nggak ada ganggu siapa-siapa!" Bantah Ali.

"Justru tidur lo yang bikin semua orang terganggu, ibadah kek, nyapu kek, bantu ibu kek, gimana sih?" Nayla tak berhenti juga mengomel.

"Sudah-sudah, kenapa jadi Nay yang ngomel-ngomel? Harusnya kan ibu yang mau ngomelin anak ini, ini udah jam berapa? Kuliah sana, jangan sia-siain kesempatan belajar kamu, Li!" Akhirnya Bu Rumi melerai mereka dengan sebuah perintah pada anak lelakinya itu.

Ali tak menjawab bicara ibunya tapi langsung meraih handuk dan keluar dari kamar menuju kamar mandi.

'Berisik banget semuanya!"

^^^^^

Angin bertiup semilir. Siang-siang yang cerah dengan desiran angin seperti itu tentu akan membuat mata yang tak beraktivitas menjadi ngantuk.

"Astagaaa.....!"

Lengkingan suara beroktav-oktav tingginya membuat Ali terjengit kaget.

"Apaan sih Piy, ngagetin gue ajaa??" Ali melotot kearah gadis mungil yang tadi berteriak serasa ditelinganya. Telinganya kembali berdenging persis saat mendengar ibunya berteriak.

"Ck.ck.ck. seksi bener yang lo pelototin, yaelah...." Gadis itu menepuk punggung Ali.

"Ck."

Ali menjauhkan handphone setelah melirik layarnya. Ia berusaha menjauhkan handphonenya dari pandangan gadis itu sambil berdecak.

"Aihh, gitu aja lo tutupin, gue udah tau keles lo suka liatin yang begituan, Aliennnn!" gadis itu mendekat lalu menepuk dan mendorong bahu Ali.

"Lo jangan mepetin gue kek, nggak baik lho cewek nempel-nempel gini!" Ali memundurkan badannya kesamping begitu gadis itu menggelayuti karna menengok layar handphone yang dipegangnya.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang