"Salah satu ulama besar mengatakan Malaikat tak pernah salah. Setan tak pernah benar. Manusia bisa benar, bisa salah. Maka kita dianjurkan saling mengingatkan, bukan saling menyalahkan."
"Dan Manusia tempatnya salah dan khilaf, hanya Allah yang maha Sempurna!"
"Demikianlah pertemuan kita kali ini, semoga kita mendapatkan ampunan dan ridho Allah subhanawata'ala, mohon maaf atas segala kekurangan, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..."
Prilly membenahi sajadah dengan masih memakai mukenanya setelah menjawab salam yang terdengar dari mikropon dimana ustadz Mahfudz menyelesaikan pengajiannya malam ini.
"Yuk Pril!"
Prilly menjawab ajakan Maisarah teman sekamarnya dengan senyum dan mengangguk. Mereka beriringan keluar dari mesjid bersama dengan jama'ah putri yang lainnya dari arah yang berbeda dengan jama'ah putra.
Ini adalah malam jumat keempat yang ia lewati di pesantren Al Falah dimana sebulan yang lalu ia memutuskan untuk menenangkan diri ditempat yang damai baginya itu.
Kejadian sebulan yang lalu benar-benar memukul batinnya. Berhasil kabur dari Dika adalah suatu berkah dan keberuntungan. Saat itu ia berhasil menekan tombol buka kunci disebelah kanan Dika yang sedang dengan panik menyetir setelah mereka digedor seorang pria dari luar. Mungkin pria tersebut melihat mobil Dika yang berhenti terlihat bergoyang akibat gerakan memaksa Dika yang ditolaknya. Meski saat itu dia harus menjangkau dengan tangan yang gemetar sementara Dika tak menyadari gerakan spontannya.
Jatuh dari mobil yang sedang melaju membuat Prilly terguling ke aspal. Tasnya terlempar dan digilas mobil yang lewat. Ia sudah tak peduli asalkan bisa lepas dari Dika yang tidak lagi lucu dimatanya tetapi mesum dan beringas. Hal itu membuat Prilly menyadari maksud Ali melarangnya untuk berdandan berlebihan dan berpenampilan dengan pakaian seperti kekurangan bahan selama ini.
Ali. Mengingatnya saat ini hanya airmata yang bisa mengalir. Karna dirinya tak mendengarkan bahkan sengaja memakai pakaian yang dulu dirasa nyaman baginya mengakibatkan dirinya hampir saja celaka dan tak punya harga diri.
Lepas dari Dika tubuhnya tak bisa bergerak karna tergilas aspal dan terguling dijalanan hitam dibumbui kerikil itu. Sementara Dika dengan pengecutnya melaju kabur. Sebuah mobil berhenti dipinggir jalan setelah beberapa mobil hanya melewatinya. Tak bisa disalahkan mobil yang tak mau berhenti membantunya. Saat itu sepi dan tak satupun ada orang yang melihat kejadian. Mobil yang lewat pasti takut ada modus perampokan karna dijalan itu sudah pernah terjadi.
Prilly masih sadar setelah mobil yang berisi suami istri dan seorang remaja perempuan yang belakangan diketahui bernama Maisarah itu berhasil membawanya kerumah sakit terdekat.
"Sudah jangan menangis, nak," saat itu umi Syadia ibunya Mai selalu menenangkannya karna ia terus saja menangis saat diberikan perawatan di unit gawat darurat. Luka lecet dimana-mana. Hampir diseluruh tubuhnya yang terbuka. Prilly semakin menyadari itu adalah akibat pakaiannya tak tertutup.
"Nama kamu siapa, nak?" tanya umi Syadia sambil menatapnya dengan perasaan iba.
"Prilly, bu!" sahut Prilly yang masih meringis karna menahan sakit disekujur tubuhnya.
"Mau menelpon keluarga memakai ponsel ibu?" tawar umi Syadia.
Akhirnya Prilly menghubungi mamanya dan bicara dalam tangisan.
"Maa, maafin aku ya maaa, akuu salahhh..." Prilly terisak dan berkali-kali menghapus airmatanya sendiri.
"Sudahlah sayang, mama dan papa segera kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersujud Bersamamu
SpiritualBukan tentang aku lebih baik darimu, tetapi tentang mari kutunjukkan sesuatu yang baik untukmu. "aku mencari yang seiman, baik, dan mampu membawaku ke jalan yang benar...." "yang baik bagimu menurutmu, belum tentu baik menurut Allah...." Ini tentang...