Melangkah sendiri-sendiri

20.4K 2.7K 107
                                    

Roda motor Ali menggilas aspal dan menabrak kerikil yang menghalangi didepannya. Selepas kelas terakhir sekarang Ali segera cabut pulang kerumah. Dulunya ia atau Prilly akan saling menunggu jika salah satunya yang terlebih dulu selesai. Duduk-duduk dulu dikantin atau dibangku taman merencanakan apapun dan bercerita apapun bersama Chiko.

Sekarang sudah berbeda. Ali pernah  menunggu Prilly tapi Prilly datang bersama Dika. Prillypun pernah menunggu Ali tapi bersama Dika. Tapi Dika bukan seperti Chiko. Chiko sahabat mereka, terkadang Chiko juga penengah diantara mereka yang lebih sering perang mulut. Sedangkan bersama Dika, Dika itu justru seperti orang ketiga saja bukan penengah ataupun sahabat.

Prilly nampak asik saja bersama Dika. Sedangkan Ali bukannya tidak mau ikut akrab. Hanya saja entah kenapa rasanya Dika tidak seperti Chiko. Cara Dika memperlakukan Prilly tu seperti seorang pria yang suka pada seorang gadis. Dan Ali kurang suka melihatnya.

"Katanya lo belum mau punya pacar, kalau putus lagi mantan lo nambah lagi dong?" Ali pernah berkomentar saat mereka cuma berdua sementara Dika pamit ketoilet.

Pamitnya yang bikin Ali berkomentar seperti itu. Berlebihan. Masa pamit kayak orang mau pergi lama tak kembali. Ngusap-ngusap kepala Prilly sambil berkata, "Bentaran yah mau ketoilet dulu, jangan kangen..."

Dan Prillypun terbahak sambil menyahut, "So sweet banget sih..." lalu setelahnya dia melirik Ali sambil menggedikkan bahu mengulum senyum seperti orang yang sedang jatuh cinta.

"Mantan gue cuma satu kali Li si Gala, kan udah komitmennya begitu," sahut Prilly menyebut mantan pacar satu-satunya sebelum dia berkomitmen dengan Ali dan Chiko kalau tak mau berpacaran dulu supaya nggak punya banyak mantan sekaligus menjawab tanya Ali yang menyangka ia ada apa-apa sama Dika.

"Trus lo sama Dika bukannya kelihatannya lagi pedekate?" tanya Ali masih tak percaya kalau diantara ucapan Prilly yang menampik kedekatannya dengan Dika.

"Enggakkk kok, siapa bilang lagi pedekate?" Prilly balik bertanya dengan nada protes.

"Dari bahasa tubuh lo malah kelihatannya udah lebih dari sekedar pedekate piyik, lo jangan mengelabui gue!" Ali masih saja tak yakin ucapan Prilly.

"Ish siapa yang mengelabui sih Alien? Gue sama kayak lo nggak mau pacaran tapi kalau ada yang serius trus bisa bimbing gue ya ayo aja seriusan!"

Njebbbb!
Kalimat Prilly rasanya membuat dada Ali ngilu.
Selalu begitu rasanya kalau mendengar apalagi melihat Prilly lebih dekat dengan Dika sekarang daripada dirinya. Dulu apa-apa Alien, apa-apa Alien. Sekarang apa-apa Dikacu, apa-apa Dikacu. Kata Prilly Dika lucu kaya pikacu makanya Prilly punya panggilan khusus buatnya seperti mereka. Dikacu.

"Gue pulang sama Dikacu, Li," Prilly berkata membuat Ali memandangnya penuh arti.

"Kenapa?"

"Kan tadi dia juga yang jemput gue, mobil gue lagi diservice," jelas Prilly.

"Kok lo nggak nelpon gue, biasanya juga nelponnya ke gue dulu?" tanya Ali sedikit merasa ada yang hilang karna Prilly sekarang tak tergantung padanya lagi.

"Takutnya lo sibuk nganterin Sisi tadi, gue takut telat lagian Dika-kan dikelas yang sama, Li!"

Ya sih, akhir-akhir ini yang menjadi  alasan Ali ya Sisi lagi, Sisi terus. Pagi tertentu jam 8 Sisi pergi mengajar di TK Aisyiah, Tk yang sering ia lewati kalau dari rumah ke kampus. Pertamanya Ali ngintip-ngintip dulu disana lalu akhirnya memberanikan diri untuk terus terang ingin  mengantar.

Dan pada akhirnya Ali harus ikhlas menerima kalau Prilly lebih memilih meminta bantuan pada Dika sekarang bukan pada dirinya lagi.

"Lo jangan egois Li, lo sudah menentukan pingin jadi lebih baik dengan gadis yang lo pikir bisa bikin lo lebih baik!" gumam Ali pada dirinya sendiri.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang