Percaya pada PilihanNya

22.1K 3.3K 168
                                    

Udara kebebasan akan dirasakan Ali sesaat lagi. Ali sangat bersemangat akhirnya bisa merasakan kembali udara dunia luar. Berpelukan dengan teman satu sel yang masih akan menjalani hukuman beberapa bulan lagi Ali merasa ikut haru karna mata Syahron terlihat memerah.

Syahron juga bernasib sama melakukan penganiayaan tetapi oleh keluarganya dibiarkan saja tanpa pembelaan hingga hukumannya berat. Keluarganya juga tidak pernah menjenguk karna malu ia telah hampir saja membunuh seorang gadis padahal menurut cerita Syahron bukan dia yang menyebabkan gadis itu sekarat. Dia justru ingin melerai ketika gadis itu bertengkar dengan pacarnya. Pacarnya mengamuk memukul Syahron terlebih dahulu karna menganggap Syahron yang menyukai gadis itu mengganggu hubungan mereka. Syahron membela diri dan akhirnya melukai pria itu sekaligus dianggap membuat gadis itu sekarat karna jatuh dengan kepala terbentur batu.

"Bersabar ya Ron, serahkan diri sama Allah saja, pasti Allah akan bantu dengan cara-Nya!"

"Makasih ya, Li, selamat buat lo!"

Melambaikan tangan pada teman sesama satu rumah tahanan selama dua bulan belakangan diiringi dengan tatapan keharuan membuat Ali sebenarnya masih enggan berbalik. Karna apabila dia sudah berbalik, Ali takkan menoleh lagi. Beban jiwa yang selama ini terpenjara harus segera dihapus jejaknya meskipun ini akan tetap menjadi sejarah dalam hidupnya.

"Selamat datang kembali di dunia luar, Alien..."

Chiko menyambut Ali diluar tahanan. Memeluk dan menepuk bahunya. Nayla dan ibunya sudah bilang kalau akan menyambutnya di rumah. Mereka sudah mempersiapkan makanan kesukaan Ali. Mereka akan membacakan do'a untuk keselamatan Ali kedepannya. Biarlah yang sudah terjadi menjadi pelajaran.

"Makin gemuk lo!"

"Tenang didalem, lagian udah nggak ada lagi yang bikin gue risau, lebih dekat sama Allah, belajar ikhlas!"

"Nggak rindu sama seseorang?"

"Rindulah, banget, tapi dia bilang fokus ibadah biar lebih deket sama Allah, jadi sholeh biar bisa dampingin dia yang mau jadi sholeha!"

"Sisi?"

"Astagfirullah hal adzimm, kayak bukan teman deket gue aja lo nggak tau hati gue!"

"Cuma nguji doang!"

"Nggak lucu, chiki-chikian!"

Chiko tertawa. Meskipun pertama kali melihat Ali keluar dari rutan ada aura berbeda. Lebih kalem dan terlihat santun bahkan lebih dewasa karna brewok yang tumbuh didagu juga sedikit berjambang dengan kumis yang belum dirapikan tetapi ternyata didepannya Ali tak bisa jadi seperti ustadz. Tetap bersamanya tak bisa jaim.

"Makanya jangan pencitraan lo sama gue!"

"Huss, siapa yang pencitraan? Lo nggak boleh berprasangka buruk," Ali mengingatkan.

"Gue kasih tau sama lo ya, berprasangka buruk itu tidak baik, Allah Subhana Wa Ta'ala berfirman, "hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain", itu Qur'an Surah Al Hujurat ayat 12."

Chiko terdiam dan memandang Ali dengan wajah yang kebingungan.

"Pinter ceramah ni anak, bener-bener mau jadi ustadz kali..."

"Bukan karna pinter ceramah, itu pengetahuan yang gue dapetin didalem, sebagian orang menganggap didalam sana hanya mendekam orang-orang tak berakhlak makanya masuk penjara, padahal didalem sana tak sedikit korban fitnah, korban prasangka buruk!"

"Ooo..."

"Suuzon itu berbahaya Chik, makanya kita harus selalu berprasangka baik sama orang lain, terkadang yang kita lihat buruk belum tentu buruk, kadang ada yang bilang sok alim tapi sebenernya emang alim, cuma karna ada informasi nggak bener dari sumber yang katanya-katanya makanya orang terpengaruh, contohnya aja gue, paling gue dikata sok suci selama ini, pura-pura alim cuma karna deketin anak ustadz padahal gue bener-bener pingin jadi lebih baik tapi nggak ada yang mau berprasangka baik sama gue!" Curhat Ali cukup panjang.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang