Do'a Nabi Ibrahim

22.2K 2.9K 167
                                    

"Hallo Sayang....!"

"Haii," Prilly menjawab lesu ketika Ali memberi salam dan ia jawab salam pula lalu Ali memeluknya sambil bilang Hallo sayang sore itu setelah pulang kerja.

"Kok nggak semangat?" Ali bertanya heran. Prilly menggeleng semakin lesu.

Ali menyentuh dahi Prilly dengan punggung tangannya. Sudah beberapa hari ini Prilly lesu tapi dia bilang padahal makan dan minum vitamin teratur. Harusnya ia merasa Fit.

"Maaf ya..."

"Kok minta maaf?"

"Aku baru dapet tadi," Prilly menjawab seperti tanpa gairah sambil meraih tas yang ada ditangan Ali dan melangkah masuk saat Ali merengkuh bahunya.

"Nggak papa sayang, mungkin belum saatnya, nanti kita bikin lagi ya habis kamu udah beres haidnya!" Ali mengusap kepala Prilly yang ada dalam rengkuhannya.

"Begitu terus tiap bulan, berasa di php, telat sehari dua, habis itu tiba-tiba haid, ini aja sebenarnya udah telat seminggu, harusnya aku haid sekitar minggu lalu tanggal 5, ini sudah tanggal 12 eh ada flek, nggak jadi lagi kan berarti?" Keluh Prilly.

Ali menghentikan langkahnya. Membuat tubuh mereka berhadapan mengelus kepala prilly dan menggeleng.

"Stttt....sudah, kita harus sangka baik sama Allah, anggap belum dapat giliran dikasih kado terindah!" Ali menenangkan Prilly yang mendongak menatapnya. Kali ini pipi istrinya jadi sasaran elusan.

"Tapi aku mauuuuu..."

"Aku jugaa...tapi kita harus serahin sama Allah ya..."

"Beneran kamu nggak apa-apa?"

"Jangan sensitif, aku sabar kok, baru juga tiga bulan!"

"Bentar lagi Ramadhan, waktu bikinnyapun akan terbatas..."

"Sayangku yang sholehaaa, sejak kapan sabarnya ilanggg? Bukannya setahu aku kamu udah belajar sabar dan ikhlas, bahkan lebih sabar dan ikhlas dari aku?" Ali menangkup pipi Prilly dan menatapnya dalam-dalam.
Sesungguhnya Ali sangat heran dengan sikap Prilly saat ini.

Sementara Prilly makin merasa sedih. Entahlah, meski mereka baru menikah hitungan bulan tapi akhir-akhir ini ia merasakan kecemasan yang diluar batas. Merasa lebih sensitif mungkin karna ia sedang haid. Emosinya tak stabil.

"Ini sikapnya piyik bukan sholehaa..." lanjut Ali lagi makin menatapnya dalam membuat Prilly memejamkan mata dan menangis.

"Dan kamu nggak suka piyik sukanya sholeha, jadi seandainya aku enggak sholeha kamu nggak akan lamar aku dan jadiin aku istri kamu?" Prilly makin berurai airmata.

"Heiii, kok bisa ngomong begitu?" Ali menghapus airmata Prilly dengan punggung tangannya, "Kita berubah jadi lebih baik karna kita menyadari berada dijalan yang salah, kita dihalalin karna pingin sujud sama-sama, ya kan?"

Prilly membuka matanya dan mendapati lagi tatapan mata teduh yang sedang menenangkannya.

"Sekarang kalau aku yang nanya sebaliknya gimana? Kalau aku nggak sholeh tetap seperti Alien apa kamu mau, apa kamu kepikiran jadiin aku suamimu?" Ali balik bertanya seperti pertanyaan Prilly tadi padanya.

Sebenarnya Prilly menyadari ucapannya hanya sebatas perasaan takut yang berlebihan. Hanya karna ia belum juga ada tanda kehamilan. Belum bisa memberikan keturunan. Padahal ia ingin sekali mengandung anaknya Ali. Dan diam-diam Alipun seperti itu. Ia sudah memilih Prilly menjadi ibu anak-anaknya, ingin sekali benihnya tumbuh dirahim Prilly. Dan Ia selalu berdoa seperti doa nabi Ibrahim saat tak juga diberikan keturunan meskipun saat ini usia pernikahan mereka sebenarnya tak mengkhawatirkan.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang