Tak Ada Yang Sempurna

22.2K 3K 132
                                    

"Aku terserah kamu aja, Pril...."

Prilly melebarkan mata mendengar ucapan Mai dengan suara bergetar. Setelah Mai menelpon, ia diantar Ali langsung menuju rumah Mai dengan perasaan khawatir pada saudara angkatnya itu.

"Lho? Kok terserah akuu, Mai?"

"Apa kamu ikhlas melihat aku sama dia, orang yang telah nyakitin kamuu?" Mai menghapus airmatanya yang seketika meleleh dipipi dengan ujung jilbabnya.

"Maiii?" Prilly menggeleng tak setuju dengan pemikiran Mai.

"Aku tahu rasanya Pril, aku sama-sama kamu waktu itu, aku melihat semua luka yang ada ditubuh kamu, semuanyaaa, bahkan aku yang mengobati punggungmu, aku diam-diam netesin airmata sambil merutuki pria yang menyebabkanmu seperti itu Pril!"

Tangisan Mai yang makin pecah membuat mereka yang berada disana hening dengan pikirannya masing-masing. Prilly sendiri jadi kembali ke masa dimana ia harus menanggung luka yang cukup membuat tubuhnya terasa remuk redam. Masa berat dimana ia mencoba ikhlas kalau tubuh mulusnya harus penuh luka akibat ulah Dika.

Sementara Ali bukan fokus kepada Mai, tetapi fokus pada istrinya. Ia seketika membayangkan bagaimana keadaan Prilly waktu itu. Seketika ia ingin memeluk tubuh istrinya itu kala membayangkan bagaimana tersiksanya dia penuh luka saat itu. Ia tak melihat sama sekali saat Prilly menderita. Susah tidur, gelisah karna selain sakit tubuh yang luka lalu diobati membuat kulit terasa lengket.

Prilly pun waktu itu tak menyadari sama sekali akibat perbuatan Dika, Ali merasakan derita yang sama dengannya. Terpenjara dengan kearoganan sikap Dika yang menjebloskannya ke dalam ruangan berterali besi.

"Sebenarnya awalnya aku juga merasa Dika adalah devil yang paling keji yang pernah aku temui," Prilly berucap setelah Mai kelihatan lebih tenang.

"Kamu yang paling tahu bagaimana beratnya aku menjalani masa penyembuhan dimana lukanya tak sedikit," mata Prilly mulai berkaca. Ali meraih tangan lalu menggenggam tangannya untuk memberi rasa tenang dan aman dalam rangkumannya.

"Lama-lama aku mulai menyadari ada sebab dibalik semua akibat," lanjut Prilly lagi.

"Akulah penyebabnya Mai, aku yang salah, tidak menutup aurat padahal itu kewajiban seorang muslimah, aku yang ngundang dia berbuat maksiat, kalau kamu mau kamu juga bisa salahin akuu!!" suara Prilly bergetar menahan sesak didadanya.

Prilly sama sekali tak ingin menjadi penyebab terhalangnya niat suci dua orang yang berbeda latar belakang dalam hidupnya. Mai orang yang paling berjasa saat ia terpuruk. Sedangkan Dika adalah penyebab semua itu.

"Prillll.....!" Mai mendadak memeluk Prilly yang berada disampingnya.

"Maafin aku ya Mai!" Prilly berbisik menyesal.

"Aku yang minta maaf Pril, sumpah, demi Allah!" Mai makin sesegukan.

"Tak ada yang sempurna didunia ini Mai, mungkin sekarang Allah sedang mengingatkan kitaa, tidak ada seorang manusiapun yang terbebas dan luput dari dosa, tidak juga kita!"

"Ya Mai, Prilly benar, disamping menciptakan manusia dengan kesempurnaannya, Allah juga menciptakan kelemahannya, dengan   kelemahan-kelemahan yang dimiliki manusia itu, tentu sangat berpotensi melakukan kesalahan-kesalahan," terdengar suara Umi Syadia, ibunya Mai akhirnya angkat bicara.

"Maafkan saya umi, abi, saya sungguh-sungguh menyesal karna memiliki masa lalu yang kelam, tapi apa saya tak bisa diberi kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik?" Dika berkata dengan nada yang meyakinkan kalau ia mengakui kesalahan dan ingin diberi kesempatan.

"Orang yang baik kata Rasul, bukan orang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tapi orang yang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahannya,lalu menyesali, lantas memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seraya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," tambah Abi Ansyari, Abi Mai.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang