"Ilyyyy...."
Langkah Prilly terhenti dan tangannya yang baru saja terangkat ingin meraih handle pintu rumah menggantung diudara karna mendengar suara mamanya memanggil. Sedikit mengejutkan karna ia sudah pelan-pelan sekali ingin keluar meninggalkan rumah.
"Mau kemana?"
Prilly mengikuti arah pandang tante Non, mamanya, yang memandang dari atas kebawah melihat penampilannya petang ini. Dress bahu terbuka mengekspose kulit mulusnya, untung saja cuma diatas lutut sedikit bukan setengah paha.
"Malam mingguan, ma!" sahut Prilly cuek sambil menyibak rambutnya kebelakang bahu.
"Sama siapa?" tanya Tante Non penuh selidik.
"Ya sama temen-temenlah ma, biasa anak muda ye kann ngumpul apalagi ada yang ulangtahun...." Tangan Prilly mulai meraih handle pintu.
"Dengan baju yang kayak gitu? Trus diem-diem tanpa pamit?" tanya Tante Non dengan nada sedikit meninggi.
"Ah mama, mama kok jadi ribet banget sih ma? Tumbenan juga mama perhatiin aku, biasanya juga cuek...." sahut Prilly tak senang.
"Ya justru sekarang mama merhatiin kamu harusnya kamu bersyukur, Ly!" sahut Tante Noni lagi sambil mendekati anaknya yang sudah bersiap keluar karna pintu sudah terbuka.
"Bersyukur gimana? Kan aku jadi ribet kalau diributin kayak gitu?" tukas Prilly merasa tak nyaman.
"Ily?"
"Ah udahlah ma, nggak usah ribetin aku, mama special doain aja biar aku hepi-hepi terus!"
"Sampai kapan mau hepi-hepi? Sampai kapan mau di zona nyaman? Dunia melulu, akhirat kapan? Sampai kayak Oom Tito tetangga sebelah yang tiba-tiba jatuh pingsan karna jantung dan langsung koma lalu meninggal??" Tante Non mengingatkan anaknya agar mengingat hidup itu bukan cuma dunia tapi jangan lupa akhirat.
Prilly jadi bergidik. Kenapa sih mama? Tiba-tiba ngomong meninggal-meninggal? Dapat hidayahkah karna kejadian kemarin ada tetangga sebelah meninggal mendadak padahal paginya mama masih ngobrol saat menyiram taman depan rumah dan beliau sedang istirahat sehabis joging?
"Udahlah ma, aku udah telat nih udah ditunggu sama temen-temen!" tukas Prilly tak peduli.
"Ilyyy...."
Tante Noni kehabisan kata untuk menghentikan langkah Ily. Sesaat beliau hanya terdiam ditempatnya tanpa bisa mencegah lagi. Sementara Prilly melesat keluar dan hanya terdengar deru mobilnya yang meninggalkan halaman rumah dan terdengar semakin jauh.
^^^^^
Dia, seperti bidadari yang turun dari surga saat Ali melihatnya. Jilbab hitam yang dipakainya saat itu membuat wajahnya yang bercahaya tambah bersinar apalagi terlihat tetesan sisa air yang jatuh dari hidungnya yang mancung. Siapakah dia?
"Tapi kenapa harus menemukan seorang gadis yang menggetarkan hati gue di mesjid sih?" Ali bergumam tak jelas dan merebahkan tubuhnya dikursi ruang tamu.
Ali memejamkan matanya resah. Tadi ia baru saja mengantar Nayla ke pengajian. Tak sempat cuci muka dan buang air kecil karna Nayla memaksanya cepat-cepat mengantar, Ali memarkir motor dan berniat numpang cuci muka dan ketoilet mesjid.
Tempat wudhu dan Toilet pria dan wanita memang berbeda, tapi Ali sempat berpapasan dengan gadis mungil yang nampak sangat cantik. Tertutup dengan pakaian longgar dan jilbab hitam.
"Masya Allah," Ali tak sadar mengucapkan kalimat itu.
Gadis itu melewati bahkan tak menoleh kearahnya. Gadis yang lain daripada yang lain. Kalau yang lain akan terpana melihatnya dan tanpa diminta akan berusaha berkenalan, sementara gadis ini tidak sama sekali. Saat itu saja dia menunduk, mungkin merasa diperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersujud Bersamamu
SpiritualBukan tentang aku lebih baik darimu, tetapi tentang mari kutunjukkan sesuatu yang baik untukmu. "aku mencari yang seiman, baik, dan mampu membawaku ke jalan yang benar...." "yang baik bagimu menurutmu, belum tentu baik menurut Allah...." Ini tentang...