Gadis lain yang Sholehah

20.2K 2.9K 94
                                    

"Ali..."

"Sisi..."

Akhirnya Ali kesampaian juga berkenalan dengan gadis bernama Sisi itu. Dari dekat dan saling menatap terlihat lebih cantik. Apalagi suara lembutnya terdengar nyaman ditelinga Ali. Meskipun tak tersentuh tangannya karna tangan gadis itu hanya menangkup didadanya sendiri, Ali tetap merasa senang bisa berkenalan dengannya.

"Mau dianter pulang?" Ali menawarkan diri mengantar pulang karna ia tau tadi Sisi ditinggalkan temannya duluan karna Sisi bersama Nayla dan Ali lalu sekarang Naylapun pulang duluan.

"Rumah saya deket kok dari sini!" Sisi menolak sambil menunjuk arah jalan menuju rumahnya.

"Nggak papa kalau deket biar cepet sampai!" Ali sedikit memaksa.

"Nggak usah makasih Kak Ali, " ucap Sisi tetap menolak

"Panggil Ali saja biar lebih akrab!" pinta Ali.

"Jangan, nggak sopan, kak Ali kan lebih tua daripada saya, saya nggak biasa manggil nama sama yang lebih tua!" Lagi-lagi gadis itu menolak permintaan Ali.

Ali mengikuti Sisi yang terus melangkah dan menolak diantar. Meskipun maksud Ali mengantarnya dengan motor tapi karna Sisi menolak jadinya dia mengikuti gadis itu sampai tiba dirumah. Tidak jauh dan tidak dekat dari mesjid. Cukup ngos-ngosan tapi sehat.

Tiba didepan rumah bercat hijau dengan halaman yang cukup untuk diparkiri beberapa mobil mereka berhenti. Ali memperhatikan rumah tersebut, sepertinya keadaan didalam rumah nampak lengang.

"Tinggal dengan siapa?" Ali bertanya karna bingung ingin berbicara apa karna selama diperjalanan Ali kehabisan bahan untuk mengobrol. Apalagi Sisi juga lebih banyak diam. Ditanya baru menjawab sehingga komunikasi mereka terasa kurang lancar.

"Abi dan Umi juga abang saya!" sahut Sisi masih tanpa menatap lama pada Ali.

"Ohhh..." Ali tak tahu lagi harus bicara apa.

"Sisi, kenapa masih didepan?"

Suara didalam rumah terdengar sedikit penuh tekanan. Siapa? Abinya atau abangnya? Yang jelas siapapun itu Ali hanya bisa menelan ludah. Dari suaranya yang berat saja sepertinya sangar.

"Maaf, saya masuk dulu kak Ali, terima kasih mengantar saya!"

Tidak berbasa-basi menyuruh mampir, Sisi langsung saja membuka pagar, memasuki halaman dan meninggalkan Ali yang termangu  sendirian didepan rumah.

"Oke, nggak papa, cowok harus banyak berjuang untuk mendapatkan yang paling berharga!"

Ali membalik tubuhnya dan melangkah kembali menuju mesjid dengan keringat meleleh didahinya. Dua kali lima belas menit bolak balik  membuat Ali benar-benar banjir keringat. Ia mengambil motor yang terparkir ditempat parkir khusus motor disamping mesjid lalu melesat pulang dengan perasaan senang bercampur lelah.

^^^^^

"Ck. Alien nggak ngangkat-ngangkat telpon ihh, kemana sih dia? Udah ditinggalin si Chiki-chikian pergi tugas keluar kota juga!!"

Rasanya Prilly ingin menangis karna dua mahluk yang selama ini bak kwitansi, tinta pulpen dan materai, lengket disampingnya satupun nggak ada sekarang.

"Duhhh, ban mobil gue ngajak peranggg!"

Prilly memandang ban depan mobilnya yang tadi terasa membuat laju mobil tidak seimbang dan bergoyang.

"Ya Tuhaann, gue nggak bisa apa-apa inii..." Prilly panik dan merasa prustrasi karna Ali sama sekali tidak mengangkat telponnya. Sedangkan untuk menelpon Chiko juga nggak mungkin. Dia udah pasti nggak bisa bantu. Chiki-chikian itu sedang tugas keluar kota.

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang