Haramkah Merindu?

22.2K 3.3K 172
                                    

"Pril...ly?"

Setengah tak percaya, Ali memandang wajah didepannya. Gadis itu benar-benar Prilly. Bukan Sisi seperti perkiraannya. Dia hanya tidak menyangka itu Prilly karna penampilannya sudah berbeda. Tertutup dan ia pangling.

Sementara Prilly masih berurai airmata. Merasa bersalah karna dia yang menyebabkan Ali dipenjara. Chiko menceritakan semua padanya keadaan Ali. Saat ia bermimpi akhirnya paginya ia langsung saja mencoba menghubungi Chiko.

"Saya minta ijin pulang sehari dua hari untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya karna saya, ustadz!"

Prilly menceritakan semuanya pada ustadz Mahfudz kalau ada seorang temannya terkendala hukum karna ketidakhadirannya. Selain itu Prilly sendiri rasanya sudah tidak kuat menanggung rindu dan cemas yang teraduk menjadi satu. Dan beruntung ia diijinkan karna proses hukum pasti terus berlanjut dan Prilly merasa harus segera menjenguk Ali yang sedang mendekam di penjara karna membela dirinya.

Tapi panggilan Ali ketika melihat punggungnya membuat dada Prilly bertambah sesak. Sedari sampai ditempat itu ia meneteskan air mata karna tak bisa membayangkan bagaimana Ali makan dan tidur didalam penjara. Ketika nama gadis itu lolos dari bibir Ali, Prilly merasakan dadanya bertambah menyesak. Apakah Ali berharap Sisi yang datang? Ataukah Ali tak menyangka kalau dia yang datang? Prilly hanya mencoba berpikir positif pada akhirnya.

"Apa tidur kamu nyenyak?"

Akhirnya Prilly bertanya setelah beberapa saat mereka saling diam. Melepaskan rindu hanya dengan saling memandang. Ingin sekali Ali menghapus airmata yang sedari tadi meleleh dipipi Prilly yang halus. Tetapi melihat penampilan Prilly sekarang, tangannya tak bisa terangkat karna sungkan. Kalau dalam keadaan seperti dulu ia pasti akan memeluknya. Erat-erat sampai gadis itu akan kehabisan napas karna ia sangat rindu padanya. Dan karna mereka saling merindukan.

"Apa kamu nyenyak?"

Ali balik bertanya dengan pandangan yang tak ingin lepas dari mata gadis itu. Hanya mata karna ia tak mungkin menjelajahi yang lain. Cukup sekali ia menilai kesantunan dari tertutupnya tubuh seorang gadis yang bukan muhrimnya.

Begitulah, pakaian tertutup membuat orang yang melihat akan segan. Jangankan menyentuh dengan sengaja, tidak sengajapun pasti perasaannya akan tak nyaman. Itulah sebabnya agama mengajarkan untuk menutup aurat agar terhindar dari perbuatan yang bisa menghinakan posisi seorang wanita dimata seorang pria.

Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
"Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku."

Mujahid mengatakan, "Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah, akan menimbulkan rasa cinta pada Allah." Berarti menahan pandangan dari wanita yang bukan muhrim akan menimbulkan rasa cinta pada Allah. Menundukkan pandangan yang dimaksud di sini ada dua macam yaitu memandang aurat sesama jenis dan memandang wanita yang bukan muhrim.

"Kamu baik-baik aja, Li?" Prilly bertanya tanpa menjawab tanya Ali karna Alipun tak menjawab pertanyaan serupanya. Dari sana mereka sama yakin tak ada yang tidur nyenyak selama mereka tak bertemu.

"Alhamdulilah, kamu?"

"Alhamdulilah juga baik."

"Sehat, Pril?"

Bersujud BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang