"Assalamualaikum, Prilly!"
"Wa'alaikumsalam, Sri!"
Prilly menoleh menjawab sapa Sri teman barunya ketika keluar dari mushola di kampus yang baru, Prilly melangkah damai.
"Kelas 20 menit lagi ya Pril, aku sholat Zuhur dulu!"
"Darimana memangnya?"
"Dari ruangan Ustadz Zaki, ada konsultasi soal pengajian yang akan disampaikan diacara pengajian dirumahku minggu depan!"
"Ohhh," Prilly tak bertanya apa-apa lagi karna Sri akan segera ke Mushola menunaikan Zuhurnya, sementara ia baru saja dari mushola menyelesaikan Zuhurnya dan berpapasan dengan Sri didepan mushola itu.
Dua bulan yang lalu keputusannya untuk meninggalkan kampus lama ternyata tepat. Suasana baru dimana siapapun yang ada disana tak banyak yang tahu penampilan Prilly sebelumnya. Setidaknya menghindari tatapan dan ghibah dari orang-orang yang melihatnya. Gara-gara dia, dua orang pria hampir saja saling membunuh. Dianggap mencemarkan nama baik kampus tapi kenapa cuma Ali yang di drop out?
Pertama kali Prilly menginjakkan kaki lagi dikampus itu suasananya sudah berubah tak nyaman. Mungkin cuma perasaannya tetapi ketidak nyamanan yang ia rasa beralasan. Dika tetap berkeliaran dan mereka dikelas yang sama. Dika juga telah terlebih dahulu menebar fitnah kalau yang mulai duluan adalah Prilly.
"Lihat saja penampilannya itu, ngundangkan? Bukan salah gue kalau horny ngeliatnya! Apalagi dia sengaja mepet ke gue!!" Suara Dika terdengar menggelegar arogan.
Entah apa yang mereka bicarakan sebelum Prilly muncul waktu itu. Mungkin membicarakan Ali yang baru keluar dari penjara dan hari pertama Prilly ke kampus setelah tiga bulan tertahan. Dan mereka terkejut melihat perubahan penampilan Prilly ketika ia muncul memasuki ruangan dimana mereka baru saja membicarakannya.
"Wow, hijrah rupanya? Tetep aja gue masih kebayang penampilan lo sebelumnya dan mulusnya tubuh lo!" Dika berseloroh diiringi tatapan mata orang-orang sekitar pada Prilly.
Prilly tak menanggapi dan ingin segera berlalu untuk mencari tempat yang jauh dari pria yang sebenarnya tak mudah ia maafkan itu. Dan ketika ia melihat keadaan sekitarnya lalu menahan beragam tatapan mata yang berbeda-beda artinya, baik itu terlihat sinis, simpati, bertanya-tanya tentang kebenaran ceritanya, Prilly merasakan aura tak nyaman seketika. Akhirnya ia merasa asing dan merasa disana bukan tempatnya lagi.
"Aku akan pindah kuliah juga, Li!" Saat itu ia langsung menuturkan rencananya pada Ali ketika pria itu menelponnya menanyakan bagaimana perasaannya saat hari pertama dikampus setelah ditinggalkan.
"Begitukah?" Suara Ali terdengar surprise.
"Iya..." jawab Prilly yakin
"Alhamdulilah!" Ali bersyukur.
"Kenapa?" tanya Prilly heran karna nada suara Ali terdengar lega.
"Setidaknya aku tidak perlu khawatir dengan mata Dika!" sahut Ali terus terang.
"Jangan suudzon!" Prilly mengingatkan meskipun ia sendiri merasakan firasat kekhawatiran yang sama dengan Ali.
"Ya Suuzon, dia pernah nyelakain kamu udah gitu nggak tahu diri memenjarakan aku!" Kata Ali yang sesungguhnya dibenarkan Prilly.
"Tapi sekarang aku sudah mau pindah, jadi nggak usah khawatir lagi!" Prilly berusaha menenangkan Ali.
"Iya, setidaknya kamu aman, tanpa ketemu dia, aku tenang!"
Ali terdengar menghela napasnya di ujung telpon. Entahlah, masih saja sepertinya ada beban berat dalam dadanya ketika mengingat Dika. Padahal Ali merasa sudah benar-benar memaafkan orang yang mencoba menggerayangi dan menyebabkan Prilly celaka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersujud Bersamamu
SpiritualBukan tentang aku lebih baik darimu, tetapi tentang mari kutunjukkan sesuatu yang baik untukmu. "aku mencari yang seiman, baik, dan mampu membawaku ke jalan yang benar...." "yang baik bagimu menurutmu, belum tentu baik menurut Allah...." Ini tentang...