INDIGO

23

Terdengar dentingan piano mengalun indah namun menyayat hati.
Jemari jemari mungil itu dengan lihai memainkan piano miliknya.

"Sayang, minggu depan mama akan menikah, dan Om andri akan tinggal bersama kita "

Lantunan nada tetap berirama bahkan semakin cepat.

"Dan kamu akan memiliki kakak. Mama tau, selama ini kamu kesepian. Verrel akan menemani mu "

TRAAAAANGGGGGG

piano berbunyi dengan kasarnya hingga sang anak berdiri dengan murka.

Hening....
Situasi semakin tenggang.

Hanya tatapan keduanya yg berbeda.
Sang ibu yg terbilang masih muda menatap anaknya sendu.

"WAAAHHH.....HEBAT !!!!! KUBURAN PAPA BELUM KERING DAN ANDA MENIKAHI PRIA LAIN !!"

prok....prok..,prok

Sang anak tertawa sinis seraya bertepuk tangan.

"Mama bisa jelasin semuanya "

"MAU MENJELASKAN KALAU ANDA HAMIL KARNA PRIA ITU !!!!!!! DAN PAPA MENINGGAL KARENA MENGETAHUI PERSELINGKUHAN KALIAN ! IYA KAN !!!!!!!! "

Teriakan demi teriakan menggema, tidak perduli pada sang mama yg kini nenutup telinganya dan berurai air mata.

"KENAPA ANDA MENANGIS ? MAU SOK JADI ORANG TERSAKITI ? HIDUP ANDA PENUH DRAMA !!!!  "

Gadis ini berlari menaiki satu persatu anak tangga, mengabaikan sang mama yg kini menangis pilu.

"Prilly, maafkan mama sayang "

Prilly menghentikan langkahnya, namun tidak menoleh sedikitpun.

"SAYA TIDAK PERDULI JIKA ANDA AKAN MENIKAH DAN  BAGI SAYA ANDA SUDAH MATI !!!!!"

Wanita ini bersimpuh dilantai, sungguh hatinya pilu. Apa yang dapat ia lakukan sekarang adalah meratapi kesalahannya. Ia pantas mendapatkannya.

"Mama minta maaf sayang... Be...ritahu apa yang kamu inginkan agar bisa memaafkan mama ?"

Si anak tersenyum sinis, sudah cukup selama 3 bulan ini ia memendam segala perasaannya. Rasa murka nya, rasa sedih , rasa sakit hingga menyiksa dan mengubah dirinya.

Prilly yang dulu adalah anak manis penurut dan baik hati. Periang dan selalu berbaur pada siapa saja. Sungguh anak yang menggemaskan.

Namu sekarang semua itu tinggallah kenangan...

"Benarkah ? "

Sang mama mengangguk dengan cepat seraya menghapus air matanya. Ia merasa senang, ada sedikit harapan untuk menebus kesalahannya.

"HIDUPKAN KEMBALI AYAH KU !!!"

"Ti...dak , ka...kau tau itu musta...hil "

Pemandangan yang miris dan memilukan, itulah pendapat kedua pria yang sedari tadi mengamati kejadian tersebut dalam diam.

"Gadis mungil itu sudah masuk kekamarnya, apa kau juga akan menyusulnya kekamar ?
Maksudku mengamati apa yang akan dia lakukan.
Apakah dia langsung tidur atau membersihkan dirinya , atau sedang menyabuni dirinya dengan lembut...pelan dan ju"