24

2.7K 142 0
                                    

Arbani Pov

2 bulan berlalu,
Mengamati.,. Itulah pilihan ku. Lebih baik roh ku melayang tidak tenang dari pada harus melibatkan nya dalam misi ku

Rintik hujan sore ini seakan berlomba lomba menghujam kerasnya dunia dan menyalurkan kesakitan yang teramat dalam pada hati gadis kecil ku.

Ia duduk disisi ranjang dengan pandangan kosong. Setelah 2 hari berlalu baju hitam masih melekat ditubuhnya.

"Mama,,, maafin aku "

"Maafin aku ,,,"

Kata kata yg tak pernah berhenti terucap dari bibir tipisnya.

Sungguh tragedi yang mengenaskan.  Sebuah insiden kecelakaan merenggut nyawa mama dan ayah tirinya dan tentu saja sang bayi yang belum lahir juga pergi menemui ajalnya.

Ku dekati dia.. Berjalan kearahnya.
Seperti biasa aku selalu disamping nya, bercerita banyak tiada henti untuk mengurangi beban di hati ku. Terkadang aku juga sering menghibur nya meski ku tau ia tak dapat melihat dan mendengar ku.

"Hey.... Ini bukan salah mu. Takdir tidak dapat dihindari "
Ujarku dengan lembut.

"Tapi setidaknya takdir memberiku kesempatan untuk menghapus dosa dosa ku padanya "

Prilly.,.
Apa dia tadi dia menjawab ku ?
Ia mendengar ku ?

Tidak.,. Tidak mungkin
Ini hanya kebetulan

"Tidak ada yg perlu disesali, wajar jika kau marah padanya. Kau juga manusia bisa"

Kini ia kembali menangis...
Mengusap wajahnya dengan kasar.

10 detik kemudian, ia mengalihkan pandangannya kearah ku. Pandangan kami bertemu, bahkan aku terhipnotis oleh mata hazel miliknya.

"Terimakasih... Karna selama 2 bulan ini kau menjadi pelindung ku.
Terimakasih... Karena menghibur ku "

Apa ini ?
Dia melihat ku ?
Berbicara pada ku ?

Ini tidak mungkin !
Mungkin wanita ini mulai tidak waras.
Ohhh.... Prilly sayang, sadarlah !

"Terimakasih Arbani "

Mataku membulat ...
Ini nyata, tapi bagaimana bisa ini terjadi ? Dan kenapa baru sekarang ?

Pandangan nya kini beralih pada jendela yang terbuka. Pepohonan dan dedaunan bergoyang mengikuti angin kencang yang diciptakan oleh sang hujan.

"Kau... Bisa melihat ku ?"

Wanita ini mengangguk namun tidak mengalihkan tatapannya. Ia begitu fokus pada pemandangan diluar.

"Sejak kapan ?"
Tanya ku hati hati.
Jujur saja aku sangat penasar jawaban apa yang akan ia berikan.

"Sejak pertama kali kau datang kesini "

Gleeekkk...
Rasanya aku sulit bernafas. Ku tarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya kembali. Dada ku terasa sesak.

"Sebenarnya apa tujuan mu  ?"
Gadis mungil ini bertanya dengan suara lemah nya.
Aku tau... Tubuhnya sangat lelah saat ini, mengingat duka yang kini menimpa dirinya.

"Tidak ada.. Aku hanya ingin berteman dengan mu "

Tidak ada jawaban.
Hanya terdengar suara angin dan hujan yang seakan berlomba lomba menunjukkan kehebatannya.

"Apakah memiliki teman seperti ku sebuah kejahatan ?"

Lagi dan lagi hanya aku yang melontarkan kata kata. 
Aku berharap ia dapat menerima ku.
Dengan cara ini aku juga akan semakin dekat dengan nya, si barbie hidup pujaan hati ku.

10 menit...

25 Menit...

Oh.. Ini sudah 45 Menit berlalu. Harus berapa lama lagi aku menunggu jawabannya ?
Aku sangat bosan sekarang.
Gadis mungil ini masih betah mematung ditempat nya.

Dengan gusar, aku mulai menjauh...
Berjalan kebelakangnya menuju pintu kamarnya. Aku ingin membunuh rasa bosan yang kini menyergap ku.

"Kau boleh menjadi teman ku, Asal..."

Langkah ku terhenti, mata ku berbinar...

"Asal...?"
Tanyaku dengan tidak sabar seraya melayang dengan cepat hingga aku sukses berdiri dihadapannya.

Ia tampak memutarkan bola matanya, tampak seperti berfikir.

"asal kau tidak bercerita tentang hal hal memalukan tentang dirimu "

Duaaarrrr!!!
Aku malu sekarang.
Ku tundukkan kepalaku dengan lemah. Rasanya aku ingin mati untuk yang kedua kalinya sekarang.

"Aku jijik mendengarnya. Bahkan tak jarang rasanya aku ingin menendang mu jauh jauh "

Ujar si gadis seraya tertawa geli.
Semakin ku tundukkan wajah ku...
Cerita cerita yang pernah ku lontarkan kini teringat kembali oleh ku.
Jika aku tahu bahwa ia adalah gadis indigo, maka aku tidak akan melakukan hal bodoh itu.

"Dengan mati matian aku berusaha untuk tetap berpura pura tidak melihat ataupun mendengar mu, apalagi saat kau bercerita tentang masa sekolah mu dan kisah asmara mu yang menggelikan itu"

Kini gadis ku bercerita tampa henti. Namun satu hal yang ku syukuri, aku tidak pernah menyebut namanya sebagai wanita yang ku cintai.

"Berhenti mengatakannya !!!!!"
Ujarku sangat pelan seraya menyembunyikan kepala  diantara kedua lutut ku.

Lihatlah...
Bahkan gadis ini menatapku dengan tajam. Tatapan nya seakan ingin menelanjangi ku.

"Apa kau benaran pemalu ? Seperti yang kau ceritakan ?"

Sungguh... Bunuh aku sekarang, ku mohon.

"Berhenti menatap ku ..."
Lirih ku dengan sangat pelan. Rasanya aku ingin membuang wajah ini jauh jauh.
Semakin ku eratkan pelukan ku pada kedua lututku.

"Hahah....hahaha"

Tawa wanita ini menggema...
Senyum mulai terukir diwajah ku saat melihatnya kembali tertawa geli seraya memegang perutnya.

"Lebih baik aku malu seperti ini jika itu bisa mengembalikan tawa mu ... Prilly si barbie hidup "

"Sekali lagi terima kasih Arbani ..."

Lagi lagi pandangan kami bertemu.
Kini ia menghentikan tawanya, namun sebuah senyuman terukir indah dibibir tipisnya.

Sejak saat itu aku dan si gadis barbie menjadi sahabat.
Dan sejak saat itu aku menginginkan sesuatu yang lebih dari sahabat. 
Memang sakit...
Saat aku harus menyembunyikan perasaan cinta ku.
Lalu aku bisa apa ?
Aku hanyalah roh tampa jiwa.
Jangan terlalu berharap Arbani. Ingatlah siapa dirimu, ciptaan Tuhan dengan dunia berbeda.

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang