26

2.6K 147 3
                                    


BRUUUKKKK.....!!!!!

Mereka menghempaskan tubuh ku dengan kasar, kemudian menutup pintu secepat mereka bisa.

"Akhhhh... Sial !!!"
Maki ku dengan penuh emosi.
Luka lebam diwajah tak ku hiraukan, sekarang yg terpenting adalah bagaimana agar aku bisa keluar dari sini.

Samar samar ku dengar suara tangisan, kemudian secara perlahan ku lirik kebelakang.
Seketika mataku melebar, jantung ku berdetak lebih cepat hingga rasanya sulit untuk bernafas.

"KAKAK...!!!!"

Aku berteriak kencang dan menghampiri pria yang ku sebut sebagai kakak.

Tubuh ku bergetar dengan hebat. Ku rengkuh tubuh dingin nan kaku itu. 
Sudah lama aku ingin memeluknya, tapi bukan dengan keadaan seperti ini.
Bukan ini yg ku mau...
Aku mohon siapapun itu, bisakah kakak ku kembali hidup ?
Atau setidaknya biarkan aku menggantikan posisinya.

"Siapa yang tega melakukan ini ?"

"Pe...lakunya adalah Rasya dan pak Kevin "

Ku lirik si pemilik suara, aku baru menyadari bahwa ia juga ada di sini.
Tapi saat nama Rassya disebut amarah ku semakin memuncak.
Ku kepalkan tangan ku dengan kuat.
Kenapa aku tidak menyadarinya dari awal. Dari sekian banyak kejanggalan tentang nya, kenapa aku tidak mencari tahu dan hanya berdiam diri saja ?

Ku angkat tubuh kakak ku dan membaringkannya pada sofa panjang.
Kemudian beralih pada gadis mungil yang sedari tadi terbaring lemah dilantai bersama Arbani.

Aku juga mengangkat tubuh nya, ia terlihat sangat lemah. 

"A..ali "

Suara ini...
Suara yang sangat ku rindukan. Beberapa hari tidak bertemu dengannya membuat ku frustasi.

Aku berusaha tersenyum untuk menguatkan nya,
Ku bawa ia kedalam pelukan ku. Sungguh ... Aku tidak tega melihat wajah pucat nya.

"Aku disini, tenanglah...."

Ku usap usap punggung nya dengan lembut,  ia semakin membenamkan wajahnya didada ku seakan mencari kenyamanan dan Semakin ku eratkan pelukan ku padanya.

"Arbani..."
Lirihnya

"Semua akan baik baik saja. Kita akan keluar dari tempat ini. Tenanglah... Jangan menangis lagi "

Akhhh....
Kenapa tidak terfikirkan sama sekali oleh ku ?
Ku rogoh saku celana ku dengan perlahan, agar tidak membuat gadis kecil yang kini berada dipangkuan ku merasa terusik.

Ku cari sebuah kontak yang ku butuhkan saat ini. 

KANTOR POLISI

Tuuuut...tuuuuttt

"Hallo... Kantor polisi ?"

"Ya benar. Ada yang bisa kami bantu ?"

"Tolong saya pak, disini ada pembunuhan. Alamat jalan kenari no 32  dirumah lantai 4 yang sudah lama tidak berpenghuni. Tolong segera kesini dan selamatkan kami "

"Baik pak. Kami telah mengetahui lokasi anda sekarang "

Huhhhh...
Kini aku mulai bisa bernafas lega.
Pandangan ku kini tertuju pada tubuh kaku kakak ku.

"Tenanglah kak, kita akan keluar dari sini "

Aku bersyukur saat preman preman sialan itu membawa ku kesini. Dengan seperti ini aku dapat menyelamatkan wanita ku dan membawa kakak ku kembali.

"Akhhh...."

Gadis ku meringis, ada apa dengan nya ?

"Hey... Apa yg sakit ? Katakan pada ku "

Aku sangat khawatir.. Jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Aku tidak ingin kehilangan orang yg ku cintai lagi.

Hangat...
Saat punggung tangan ku menyentuh dahi nya.
Bahkan sekarang ia memegangi perut nya.

"Sakit..."
Lirihnya pelan

Wajah cantiknya semakin memucat. Aku harus bagaimana sekarang ? Apa yg harus ku lakukan.

Air... Dia membutuhkan air.
Dengan terburu buru aku mengelilingi ruangan ini. Tidak ada air sama sekali.

"AKHHH...."
Aku berteriak frustasi, bahkan untuk memberinya sedikit air saja aku tidak mampu.

Wanita ku semakin meringis, ia menggenggam sofa dengan keras.
Aku berlari kearah nya, ia bernafas dengan terburu buru.

Ya tuhan...
Apa yang terjadi, wanita ku seakan sulit bernafas.

"Prilly... Jangan seperti ini. Jangan membuatku takut. Apa yg harus ku lakukan ?"

Ku genggam tangannya erat, sunggguh aku dalam keadaan bimbang.
Aku takut,,,,
Takut sekali Tuhan !

Air mataku mulai mengalir. Ini untuk pertama kalinya aku menangisi wanita lain selain mama.

"Ka...takan aku harus bagaimana ?"

Kepanikan ku semakin menjadi jadi, saat tubuh nya mulai bergetar hebat.

"Maafkan aku ... Mungkin ini jalan satu satunya "

Dengan cepat ku dekatkan wajahku sembari menangkup wajahnya, hingga aku merasakan bibir dingin dan kering miliknya.
Berkali kali aku memberinya nafas buatan hingga beberapa saat aku merasa wanita ini mulai kembali tenang.

Aku menarik wajah ku kembali, namun saat menatap nya membuat ku merasa bersalah.

Itu bukan sebuah ciuman, hanya... Hanya...
Akh tidak, mungkin baginya sama saja itu sebuah ciuman.
Jujur jantung berdetak cepat tampa bisa ku kendalikan.
Rasanya aku butuh oksigen tambahan sekarang juga.

Pandangan Prilly terfokus kedepan. Ku ikuti tatapannya namun yang ku temukan hanylah sebuah dingding yang berdiri dengan kokohnya.

"Ar...bani"
Lirih nya...

"Hey... Tenanglah, kita akan keluar dari sini bersama kakak "

Ku usap lembut rambut panjang nya, namun kenapa tatapannya begitu sendu ?

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang