7 - Qaqaq

2.3K 384 88
                                    

"Apa lo liat-liat? Naksir?"

"Iya kak hehe.."

"Gini nih nasib orang ganteng, diincer mulu."

"Najis kak."

Gue senyum-senyum sendiri, jadi aneh kelihatanya.

"Lo.. [Nama] kan?"

"Ehehe tau aja kak."

"Malah ngakak. Gue jambak lo lama-lama."

"Jangan deh kak, gue masih sayang sama rambut."

"Iyein dah."

Eh bentar, sejak kapan gue pake lo-gue sama Kak Farlan? Au ah.

Kak Farlan melihat gue dari jauh. Eh nggak begitu jauh sih, cuman batasan lapangan doang. Pokoknya nggak begitu jauh kayak hubungan lo sama doi HAHAHA

Oke, fokus. Kak Farlan memandang gue sembari memegangi bola basket di tangan kirinya. Dan tangan kananya memainkan rambutnya yang berkeringat dengan aduhai seksi /eh?

"Ambilin gue handuk. Noh di kursi."

"Gue bukan pembantu kak hehe.."

"Ngakak sekali lagi gua jambak beneran rambut lo sampe botak."

"I-iya kak, sangar amat."

Refleks gue nengok ke kursi taman di depan lapangan basket. Ini juga karena dipaksa. Ada handuk sama taperwer di kursi tersebut. Karena Kak Farlan mintanya cuman handuk, ya cuman handuk yang gue ambil.

"Nih Kak.."

"Eh ketoprak massal, gue kecapekan lo cuman ngambil handuk  doang? Peka dikit napa."

"Ketoprak enak Kak."

"Iya enak- Bentar, napa malah jadi bahas ketoprak? Ambilin gue minum gih."

Gue pun langsung lari ke kursi taman itu lagi dan mengambilkan taperwer Kak Farlan. Eh ntar, kenapa warnanya pink? Seleranya Kak Farlan leh ugha.

"Thanks."

Kak Farlan langsung meminum air putih dalam taperwer itu. Sampai-sampai botolnya kosong.

"Ati-ati diabetes Kak."

"Kembung goblo."

"Eh iya itu maksudnya."

Sabar lahir batin.. Kalo ngomong sama makhluk ini kata-katanya pedes semua njir.

Doi memenaruh botol tersebut ke tangan gue lagi, sedangkan handuk yang tadi dia taruh di pundaknya. Gue memandang heran ke Kak Farlan. Ia hanya membuang muka.

"Kak.."

"Apa lo?"

Sabarr :)))))

"Kakak.. Masih sama kayak dulu..?"

Doi masih membuang muka, ia memandang ke langit-langit tanpa mengatakan sepatah kata. Eh nggak ding, noh dia mau bicara.

"Mungkin. Lo cari tau aja sendiri."

Kampret, kak.

"Eh.. Kak Farlan punya instagram?"

Ia tiba-tiba menengok ke arah gue.

"Lo pikir gue anak generasi berapa? Ya punya lah."

Kak Farlan merogoh sakunya, gue kirain mau ngasih duit THR, tau-taunya ada kertas kecil, dan sebuah pena. Kak Farlan menulis sesuatu di kertas itu, lalu menaruhnya di tangan gue.

Absurd (SNK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang