8 - Ketahuan

2.1K 372 76
                                    

"Kak.. kenapa pindah ke sini?"

Kak Farlan tiba-tiba menoleh ke arah gue. "Isabel. Tuh anak ngerengek terus minta sekolah di sekolah yang diajarin kakaknya."

"Kakaknya..?"

"Levi."

Hoo pantesan Isabel kemarin sempet-sempetnya ngerangkul Levi-sensei. Ternyata kakaknya. Kirain selingkuhanya Levi-sensei dari Eren hehe. Gadeng.

"Oh, gitu." Gue meregangkan tangan dan kaki. Jadi mirip habis bangung tidur, ngomong sama Kak Farlan ngebosenin sih. Sifatnya terlalu pedes, untung ganteng.

Doi masih dengan gesitnya main basket. Tapi gue heran, kenapa dia nggak sekalian aja masuk klub basket?

Soalnya udah banyak rambut pelangi abnormal yang masuk klub basket-- salah satunya Kuroko yang sekelas sama gue dan Jean-- boleh lah sekali-kali ada yang warna rambutnya normal.

Kak Farlan dengan semangat memantulkan bola basketnya ke atas ke bawah, tapi kok-

Bentar, itu siapa di belakang Kak Farlan?

Tak!

"Aduh-! Woy Levi!"

"Bukan Levi, sensei."

Oh, Levi-sensei toh.

Tiba-tiba datang sang monyet cebol perusak suasana. Levi-sensei membawa sulak yang lalau ia pukul gagangnya ke Kak Farlan. Sakitnya pasti aduhai, lebih sakit dari penolakan cinta lo ke doi HAHA /authordipukul

Monyet cebol tersebut menatap sinis ke gue. Seakan berkata lo-ngapain-di-sini-cuk

Oke siap ini tatapan maut.

"Kalian berdua, kantor saya sepulang sekolah."

Apes banget gue hari ini yaampun

» --- «

"Woy, lo jangan ikut bete dong ah. Udah cukup si tai kuda yang begitu. Males gue ngeliat muka ngeselin kayak lo berdua tiap hari."

"Diem gih, Co."

Marco menopang dagu kesal melihat gue yang lagi memendamkan wajah di meja kantin. Jean? Dia masih ngilang ke dunia lain. gue berasa dia jadi kayak Bang Toyib. Gak papa sih, toh Bang Toyib lebih baik daripada Bang Sat yekan.

Marco mendecah kecil. "Lo coba dah, ngomong sama dia."

"Jean? Males."

"Nah itu. Kalo lo males nanya, mana mungkin dia mau njawab."

Nanya sama Jean ya.. Tapi perasaan seumur-umur dia nggak pernah curhat ke gue? Malahan gue yang sering curhat. Terus yakali dia mau nangis di depan gue, najong.

"Yodah."

"Nah gitu dong."

"Btw lo kenapa sih bujuk-bujuk gue untuk deketin Jean?"

"Habis lo berdua kayak tisu sama upil. Nggak bisa dipisahin."

"Hah?"

"Ya. Lo upilnya, Jean tisunya."

"Bangsat, co."

Gue sama Marco ketawa berjamaah. Rasanya aneh kalo nggak ada Jean, kurang seru gitu deh.

Absurd (SNK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang