- Twenty nine

1.8K 204 39
                                    

"Kapan kau akan kembali ke New York?"

"Entahlah, mungkin besok atau lusa. Ada apa?"

"Tak apa, aku hanya bertanya."

"Jaga kesehatanmu Harry, makan yang teratur. Dan yang paling penting berhentilah atau setidaknya kurangi minum-minuman beralkohol, kau tau itu membahayakan dirimu,"

"Jika aku melakukan itu semua, apakah kau mau kembali bersamaku?"

Diam, tidak ada sahutan lagi.

"Allison, jawab aku!"

"Jangan bercanda Harry, sebentar lagi kau akan menikah."

"Tapi aku hanya mencintaimu, Ally."

"Tapi aku sudah melepaskanmu, tolong mengerti itu."

"Mengapa kau melepaskanku? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?"

"Tidak seperti itu, aku melepasmu agar kau tahu rasanya mencintai seseorang seperti aku mencintaimu,"


***



Allison POV

Kembali menginjakkan kaki disebuah flat sangat yang tak asing lagi bagiku, sungguh terasa aneh kali ini. Bukan apa apa, aku merasa sudah sangat lama tidak kemari. Meskipun memang itu kenyataan nya.

Sial jika bukan karena sahabat tercintaku yang memintaku untuk kembali kesini, sejujurnya aku tidak akan pernah mau lagi kemari.

Begitu membuka pintu utama flat ini aku sudah merasakan ingatan-ingatan tentang masa lalu seakan berputar berulang-ulang. Oh god, terlalu banyak kenangan yang tersimpan di flat ini.

"Allison!!!"

Ya, itu dia. Sahabat tercintaku yang dengan teganya menyuruhku kesini. Tidak mengertikah ia jika aku sedang berusaha untuk move on?

"Hei, Barbs!" Tanpa aba aba apapun ia langsung menarikku kedalam pelukan nya, memang kita sudah jarang bertemu akhir-akhir ini. Ia terlalu sibuk dengan debutnya menjadi model terkenal.

"Ayo masuk, yang lain sudah menunggumu di ruang tengah."

Barbara menarikku keruangan yang biasanya digunakan untuk berkumpul. Disana Louis dan Eleanor sedang memainkan laptop yang berada dipangkuan Louis, kemudian ada juga Liam dan Sophia yang sedang bermain snapchat.

Begitu menyadari kehadiranku mereka semua sontak memberhentikan kegiatan mereka lalu menatapku dengan mata yang berbinar-binar.

Kalau boleh jujur, cara mereka menatapku layaknya Niall menatap seloyang pizza dengan topping kesukaan nya. Ya, kurang lebih seperti itu.

"Aku tau kau pasti akan datang untuk menjenguknya lagi, Ally." Liam berkata seraya melemparkan senyum hangat nya padaku. "Perempuan ini memaksaku, Li." Elakku, memberikan kode lewat mataku melirik Barbara.

Eleanor dan Sophia tertawa, "Ayolah, yang terpenting kau disini sekarang. Bersama kami," Kata Eleanor.

Aku mengedikkan bahuku lalu duduk disamping Louis, Barbara lebih memilih duduk dibawah bersama Liam dan Sophia. Tak lama, Niall muncul dari arah dapur dengan sekaleng coke ditangan nya. Raut wajahnya sangat menandakan jika ia sedang kesal.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang