- Nine

1.6K 210 14
                                    

Author POV

Pada Akhirnya, Allison terpaksa pulang bersama Barbara dan Niall. Sebenarnya ia merasa tidak enak pada Niall. Pasti sebenarnya laki-laki itu ingin mengajak Barbara pergi berdua sehabis dari kampus. Namun, dengan adanya dirinya Niall terpaksa menunda keinginannya untuk pergi berdua dengan Barbara.

"Terima kasih Barb, Ni. Maafkan aku merepotkan kalian." Ujar Allison begitu turun dari mobil yang dikendarai oleh Niall.

"Tidak apa Ally, sungguh." Niall tersenyum tulus kearahnya, begitu juga Barbara. "Ya, kami sama sekali tak merasa direpotkan." Timpal Barbara.

Sekali lagi Allison berterima kasih sebelum mobil Niall kembali melaju meninggalkan bangunan apartmentnya. Setelah mobil Niall sudah cukup jauh, barulah Allison masuk kedalam gedung apartmentnya.

Ia menaiki lift untuk menuju kamarnya yang kebetulan berada di tengah tengah. Setelah sampai didepan pintu apartmentnya, ia segera masuk dan tak lupa menguncinya dari dalam. Bahkan ia tak perduli apakah Harry membawa kunci cadangannya atau tidak.

Yang ada dipikirannya hanyalah; Sedang apa laki-laki itu diluar sana? Apa yang ia lakukan dengan model ternama kebanggaan Victoria's Secret itu? Dan sesibuk apa dirinya sampai tidak bisa mengecek ponselnya, barang hanya sebentar?

Berbagai macam pertanyaan mengenai Harry terus berputar dikepalanya, membuat dirinya sedikit pening. Tadinya Allison berniat untuk menelfon Harry lagi tapi ia segera mengurungkan niatnya karena takut malah mengganggu Harry.

Ia pun berjalan gontai kearah dapur, berniat membuat segelas coklat panas kesukaannya. Yang diyakini bisa mengurangi sedikit rasa peningnya karena terlalu banyak berfikir.

Setelah selesai membuat coklat panas didalam mug favoritnya, ia berjalan kembali ke kamarnya. Melihat jam dinding menunjukan pukul 6 sore. Sudah hampir malam tapi Harry belum juga menunjukan batang hidungnya, bahkan mengabarinya pun tidak.

Allison berusaha tidak memikirkan lelaki keriting itu dengan menonton beberapa reality show yang sedang ditayangkan di televisi, sambil menikmati coklat panasnya.

Krek....

Suara pintu kamar terbuka, menampakkan Harry dengan hoodie yang ia kenakan dari pagi tadi dan beanie yang bertengger manis dikepalanya, menutupi curly hair yang dimilikkinya.

Allison berusaha menghiraukan Harry meski lelaki itu sudah tersenyum bahkan menyapanya. Pandangannya tetap lurus menatap televisi yang sedang menampilkan acara Ellen Show.

Harry menghampiri Allison yang sedang duduk diatas tempat tidur dengan kaki yang disilangkan, ia tetap menyunggingkan senyumnya meskipun Allison sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari televisi yang sedang ditontonnya.

"Are you having a bad day, sweetheart?" Tanya Harry menyadari raut wajah Allison yang terkesan datar. Allison hanya melirik Harry sekilas lalu membuang wajahnya lagi.

"Yes."

"Kenapa? Ceritakan padaku." Harry memperkecil jarak antara dirinya dan Allison. Namun, Allison menggeser tubuhnya menjauh.

"Habis dari mana?" Allison menatap lelaki yang menjadi kekasihnya ini tepat pada matanya. Raut wajahnya sangat menampilkan jika ia benar benar sedang serius. Dan itu membuat Harry sedikit takut.

Ia paling tidak suka jika Allison sudah marah padanya, itu berarti Allison akan bersikap dingin padanya dan mendiaminya sampai rasa kesalnya terhadap Harry sudah hilang.

"A-aku? Habis bertemu—"

"Cara Delevingne, tentu saja."

Harry terdiam, Allison kini menatapnya tajam. "Kenapa kau tidak mengangkat telfonku atau membalas pesanku?" Cecar Allison.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang